.
.
.
.
.
.
.
.
.PRANG...
Seorang pria yang usianya terbilang tidak muda memecahkan barang-barang yang ada di sekitarnya. Pria tersebut terlihat sangat marah.
"KALIAN MASIH BELUM BISA MENEMUKAN ANAKKU!!" teriaknya sambil memecahkan gelas yang berada di mejanya.
"Maaf tuan, kami belum bisa menemukan tuan muda," tubuhnya terlihat bergetar. Butuh keberanian untuk mengatakan hal tersebut, tapi untungnya ia bisa mengatakannya.
Tiba-tiba, peluru dengan kecepatan sedang mengenai bodyguard yang tadi bicara. Bodyguard itu terkapar di lantai dengan darah mengalir di kepalanya.
"Kalian ini sebenarnya bodyguard yang seharusnya sudah terlatih, mengapa mencari anak kecil saja sulit?" rahangnya mengeras.
"Aku tidak mau tahu, cari anak laki-lakiku sampai ketemu, atau nasib kalian akan sama sepertinya. Bahkan, akan kujamin jauh lebih menyakitkan daripada yang dialami oleh anakku," menatap tajam kepada bodyguard yang sedang menyaksikannya, sambil menundukkan kepala mereka.
Tok, tok, tok...
Suara pintu terdengar jelas dari arah pintu. Seseorang sedang mengetuk pintu, di baliknya menunggu dirinya mengizinkannya untuk masuk ke dalam.
Ia menghela nafas kasar, mencoba meredakan amarahnya.
"Masuklah," ucapnya.
Setelah mendapatkan izin untuk masuk ke dalam, seseorang membuka pintu lalu berjalan mendekati tuannya. Sesekali, ia melihat para bodyguard yang lain. Sebagian ada yang terkapar di lantai.
"Ada apa, Hans?" tanya pria itu. Ia menjatuhkan dirinya di kursinya kembali, sambil menyilangkan kakinya.
Hans adalah seorang kepala pelayan kepercayaannya. Hans sedikit ragu sekarang setelah melihat pemandangan yang baru saja ia saksikan. Apakah ia harus mengatakan hal ini kepada tuannya sekarang? Bukan satu atau dua kali tuannya melakukan pembunuhan secara langsung terhadap bodyguardnya. Bahkan, ia pernah melihatnya melakukan hal yang jauh lebih parah.
Tapi kali ini masalah yang ia bicarakan menyangkut tuan mudanya yang sudah lama hilang. Dapat dipastikan tuannya ini akan semakin marah setelah mendengarnya. Namun, ia tidak punya pilihan lain. Ia juga khawatir setelah mendengarnya dari seseorang yang telah menemukan keberadaan tuan mudanya.
"Kenapa kau baru memberitahuku sekarang?" tanya tuannya, menatap tajam ke arah Hans.
"Maaf tuan, aku juga baru diberitahu oleh salah satu mata-mata yang tuan rekrut untuk menemukan tuan muda," jawabnya. Wajahnya terlihat tenang meski dalam hatinya ia merasa cemas.
"Seharusnya kau datang kemari dengan cepat setelah mendengarnya. Tunggu hukumanmu saat aku kembali membawa anakku kemari, Hans," ucap tuannya. Setelah mengatakannya, pria tersebut bangun dari kursinya dan melangkah keluar dari ruangannya.
Hans menundukkan kepalanya sebentar, lalu menatap tuannya yang mulai menjauh. Ini memang kesalahannya. Ia hanya bisa bersikap tenang dan menunggu tuannya memberikan hukumannya nanti.
Namun, di sisi lain, ia berharap tuan mudanya baik-baik saja.
Sedari tadi, anak laki-laki ini hanya diam, menatap ke arah anak-anak lain yang terus menangis. Ia juga bingung harus melakukan apa.
"Hua, Mama, Bian takut,"
"Tolong keluarkan aku dari sini,"
Dirinya ingin menyelamatkan mereka, termasuk dirinya sendiri, tapi ia sama sekali tidak punya rencana. Ia hanyalah seorang anak yang lemah dan tidak memiliki kekuatan untuk melawan para penjahat.
"Jio," seorang anak memegang lengan bajunya, menatap ke arahnya.
Ya, anak tersebut adalah Jio. Sejak ia bangun dan menyadari bahwa dirinya berada di tempat yang tidak ia kenali, Jio pikir Bi Gris membawanya ke toko. Namun, setelah meneliti lebih jauh, tempat ini sama sekali tidak mirip seperti toko. Malahan, terlihat seperti penjara yang mengurung para penjahat di dalamnya.
Jio awalnya juga menangis, tapi ia sadar bahwa menangis tidak akan menyelesaikan apapun. Jio harus lebih berhati-hati sejak awal. Ini juga adalah kesalahannya karena mengikuti orang asing tanpa kewaspadaan.
"Kenapa, Ken?" tanya Jio kepada anak yang saat ini memegang lengan bajunya, bernama Kendrick. Tatapan anak laki-laki ini terlihat datar, berbeda dengan dirinya dan anak-anak lainnya yang menangis setelah mengetahui bahwa mereka telah dibodohi oleh para penjahat dan terkurung di sini.
"Apa kita bisa keluar dari sini?" pertanyaan tersebut keluar langsung dari anak laki-laki berwajah datar ini, menatap ke arah Jio. Tatapannya seakan menunggu jawaban dari Jio.
"Tentu saja kita akan keluar dari sini," jawab Jio dengan nada yang yakin. Jio sangat yakin bahwa akan ada seseorang yang akan menolong mereka.
Jio menarik ucapannya yang dulu ia katakan bahwa tidak ada seseorang yang datang untuk membantu. Saat ini, mereka sedang berusaha melarikan diri secara diam-diam. Hanya sebagian dari mereka yang berhasil keluar, sementara sebagian lainnya masih menunggu di ruangan yang seperti penjara.
Rencana ini dibuat oleh Jio. Jika mereka semua pergi secara bersamaan, para penjahat akan segera menyadarinya setelah melihat sel yang kosong, dan pasti mereka semua akan tertangkap.
Menunggu seseorang untuk membantu mereka terlalu lama, bahkan bisa jadi tidak akan ada yang membantu atau menemukan mereka sama sekali. Jika benar, para penjahat pasti akan melakukan sesuatu pada mereka.
Awalnya, sebagian dari mereka ikut bersama Jio untuk keluar dari ruangan ini, tapi setelah melihat segerombolan penjahat dengan mata kepala mereka sendiri, mereka memutuskan untuk kembali ke ruangan yang seperti penjara. Mereka lebih memilih untuk kembali sebelum para penjahat itu menyadarinya, daripada harus terbunuh secara langsung.
Kaki mungil Jio terus berjalan, sesekali bersembunyi dan memegang erat lengan anak laki-laki yang mengikutinya. Hanya ada mereka berdua sekarang, Kendrick dan Jio. Kendrick tidak kembali bersama anak lainnya, malahan ia setia mengikuti Jio, lengan mereka tidak ingin lepas satu sama lain.
"Kendrick, jangan bersuara," ucap Jio dengan suara pelan, sangat pelan karena Kendrick dan Jio sangat dekat. Kendrick menganggukkan kepalanya sebagai jawaban, tanpa diminta sekalipun Kendrick sedari tadi diam.
KAMU SEDANG MEMBACA
baby are you oky?
De TodoHanya menceritakan seorang anak laki laki bernama Jio yang selalu mendapatkan siksaan dari bibinya hingga dirinya di culik oleh seorang wanita karena kecerobohannya sendiri