part 1

80 6 0
                                    

Yah awal yang bagus untuk mendatangkan sebuah masalah, heh lihatlah dirinya saat ini, jauh dari kata emm dirinya seperti gembel yang habis dibantai, rambut yang basa dan penuh dengan lumpur ah jangan lupakan pakaiannya yang ikut basah juga, menenteng tasnya disebelah kanan dan err apakah itu sepatu? Terlihat seperti sedang menenteng kotoran sapi.

"Aduh Aden kok jadi kotor gini" si satpam penjaga melonggo melihat tuan mudanya itu, ingin menertawainya tapi takutnya ia malah ditertawakan takdirnya sendiri, kan tidak lucu sama sekali.

Dan pemuda itu? Sangat santai tanpa merasa terbebani, bau got yang mulai menyengat juga tak ia hiraukan, mungkin hidungnya sedang tersumbat.

"Ayo sini den," si satpam itu mendorong tuan mudanya sampai dibelakang tempat pos jaganya, disana terdapat selang, langsung saja satpam itu menyiram tubuh tuan mudanya, dan tuan mudanya itu hanya diam saja seperti patung, tak bergerak membiarkan si satpam itu membersihkan seluruh bagian yang terkena lumpur itu.

"Dari mana sih den, kok kotor gini" si satpam masih menyiram tuan mudanya, hingga atensinya tak sengaja melihat bekas noda darah yang ada di pakaian tuan mudanya itu.

"Aduh den ini kenapa lagi," satpam itu terus saja bertanya tapi si tuan muda ini masih diam, tak menanggapinya sama sekali.

Helaan nafas terdengar dari si satpam setelah membersihkan tuan mudanya yah tuan mudanya saat ini sudah bersih, tapi masih terlihat seperti gembel karena bajunya yang basah belum ia ganti.

"Masuk lewat belakang Aden, pelan pelan nanti jatuh," si satpam hanya mampu menasehati, tuan mudanya ini sangat sulit untuk mengeluarkan suaranya.

Si tuan muda itu berjalan dengan santai melalui pintu belakang, yeah terlihat disana nampak sepi, entahlah ia tak tahu orang orang pada kemana, dengan hati hati menaiki tangga,

Shh

Kakinya tergelincir, untung saja ia tak jatuh terguling, bisa dipastikan ia akan mati saat itu juga jika jatuh, eh tapi sepertinya boleh juga, ia coba menjatuhkan dirinya dari tangga sepertinya seru.

"Eh," badanya yang tiba tiba melayang, apa ini tak mungkin iya terbangkan, oh mungkin seseorang mengangkatnya dan akan melemparnya kebawah sepertinya seru.

"Anak nakal," ucap si pria yang mengangkat pemuda itu mamasuki kamarnya.

"Masuk kamar mandi bersihkan dirimu," yah dia hanya menurut masuk kemar mandi dan tak lama ia keluar dengan baju santai.

"Ayo," Manarik tanganya pelan menuju kebawah dan saat mendekati tangga kembali iya mengangkat pemuda itu. Sampai akhirnya ia sampai di garasi mobil membuka pintu mobil dan meletakkan pemuda itu di dalamnya lalu baralih kini ia duduk di kursi kemudi dan menjalankan mobilnya keluar dari pekarangan rumah, si pemuda itu hanya diam saja terserah ia akan di bawa kemana, jika ia akan dibuang juga terserah.

Mobilnya kini berhenti di sebuah rumah yang menurutnya sederhana namun sangat elegan saat melihatnya, terkesan estetik.

Si pria itu kini mengandeng tangan si pemuda memasuki rumah itu.

"Reno!" teriaknya saat langkahnya memasuki ruang tamu, dan seorang yang bernama Reno itu lari terbirit birit saat seseorang meneriakkan namanya.

Mengatur nafasnya yang sempat ngos ngosan, hei ia lari dari lantai dua banyangkan saja ia juga harus berlalu menuruni tangga, untung saja ia tak terjatuh.

"Apa!" ucapnya nyalang, menatap dengan datar seseorang yang dengan santainya duduk sambil memakan cemilan yang ada diatas meja.

Si pria itu melirik pemuda di sampinya, membuat Reno juga ikut melihatnya.

Helaan nafas terdengar dari Reno, ia kira ada apa tadi, hah rasanya ingin melempar pria ini ke Pluto biar hilang sekalian, cape dia menghadapi tingkahnya yang selalu memancing emosi.

"Ano, kemari," pemuda yang bersama si pria tadi bernama Ano, dengan malas mendekat kearah Reno dan duduk disampingnya.

Reno menggeser tubuhnya sedikit memberikan ruang pada Ano, agar dirinya merasa bebas tak terlalu dekat namun kali ini Reno menatap Ano dari samping sedikit memiringkan badan, dan juga badan Ano membuat mereka saling berhadapan.

Mengamati raut wajah dan gestur Ano, dengan tatapan kosong dan selalu saja melamun.

"Tak ingin bercerita?" tanya Reno yang tak pernah lepas menatap mata Ano.

Ano remaja itu hanya diam, tak merespon, bahkan bergerak pun tidak, matanya juga melihat mata Reno namun hanya matanya tidak dengan pikirannya yang berkelana entah kemana.

Reno masih setia menatap Ano, tanganya teluruh mengelus rambut Ano yang mulai agak kering.

"Kenapa?" Ano masih saja diam tak menanggapi, hanya menganggap Reno sebagai patung yang bisa berbicara.

Hup

"Eh," Ano tersentak, yah ia tak menyangka Reno memeluknya, tapi kembali lagi Ano tak merespon sama sekali, Reno juga mengelus punggung Ano tapi tetap saja, pemuda itu tak merespon ya sama sekali sampai akhirnya ia mendorong Reno dan berjalan ke pria yang membawanya kemari.

Hup

Kini giliran Ano yang memeluk pria itu, pria itu mematung di tempatnya, seumur hidup baru kali ini ia dipeluk, tidak tidak bukan itu sebenarnya yang membuatnya terkejut, Ano? Yang bahkan tak bergerak jika tak diperintah kini memeluk dirinya? Dengan keinginannya sendiri haruskah ia senang sekarang?

Si pria itu kini melihat ke arah Reno meminta penjelasan, dan mendapati gelengan tanda dirinya juga tak tahu.

Dengan kaku si pria itu membalas pelukan ano, cukup lama Ano memeluknya kini melepaskannya, kembali lagi pada setelan awalnya diam seperti patung.

"Pulang sana lu, mau tidur gua," ucap Reno mengibas ngibas tanganya mengusir si pria itu.

Si pria itu berdiri tak lupa menarik Ano, berhenti sebentar dan mengarahkan jari tengahnya ke arah Reno.

"Sean anying," desisnya, kenapa pula dirinya bisa mendapati teman seperti Sean, hah.

Sean dan Ano kini sedang bersantai dirumah, tentu saja di ruang keluarga dengan Ano yang menatap tv yang menyala didepannya, yah hanya menatap dengan pikiran yang kembali berkelana entah kemana.

"Hei," seseorang datang dan langsung mengangkat tubuh Ano ke pangkuannya, dan yah Ano tak mempedulikan itu kembali ke setelahnya itu, sudah biasa di perlakukan seperti itu, ia sudah terbiasa dipeluk secara tiba tiba, jadi sudah tak kaget lagi dia.

Hah

Sudah berapa orang yang menghela nafas hari ini melihat tingkah Ano, ah bukan hari ini tapi beberapa hari belakangan ini.

"Ayo waktunya makan malam," ucapnya dan mengangkat Ano, menuju ruang makan.

Semuanya makan dan Ano? Apakah dirinya akan makan? Oh tentu saja tidak, yah ia tak akan makan kembali pada setelahnya diam seperti patung, seseorang didekat Ano menyuapinya makanan, dan Ano menerimanya, seseorang disampingnya sudah terbiasa menyuapinya, setiap hari bahkan setiap Ano makan.

Saat ini semuanya tengah berkumpul di ruang keluarga, dan Ano? Berada dipangkuan seseorang, yah mungkin dirinya terlalu ringan jadi mereka dengan mudah mengangkat tubuhnya.

Seseorang saat ini berada di hadapannya dengan mengupas buah dan tentu saja saat ini Ano fokus kesana, lebih tepatnya fokus pada pisau yang di pegang ya, dan tentu saja semua tingkahnya tak luput dari semuanya, semua orang memperhatikannya saat ini.

Ano ingin turun dari pangkuan seseorang, tapi seseorang itu memeluknya dengan erat, Ano juga tambah bergerak tapi sia sia saja, ia jadi cape sendiri, sudahlah ia menyandarkan tubuhnya pada seseorang yang tengah memeluknya dan memejamkan matanya, tentu saja ia tak tidur, ia hanya cape bergerak berlebihan tadi, dan mereka semua hanya menatapnya dengan pandangan yang sulit diartikan.


Next ...

AnoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang