"Nah, sudah." Naru berujar begitu selesai membenahi toga yang Haechan kenakan. Ada senyuman bangga yang tersemat di bibir tipis nan mungilnya.
"Terima kasih."
Meski diucapkan dengan wajah datar, Naru tetap senang mendengarnya. Tanpa berkata lebih, gadis itu sungguh bangga dengan Haechan. Haechan berhasil bertahan dengan hidup mandirinya, menghidupi dirinya sendiri, mengantarkan diri hingga sarjana tanpa bantuan sang ayah.
"Sudah siap belum?"
Beberapa langkah dari mereka, ada Jaemin yang siap dengan kameranya. Tak jauh dari mereka, ada Jisung, Minjeong, Jeno, serta Jimin. Hari ini adalah hari kelulusan Haechan dan Jimin. Dan sekarang, mereka tengah mengabadikan momentum berharga tersebut.
Naru dan Haechan menghadap kamera. Tangan kanan Haechan memegang sebuket bunga, sedangkan tangan kirinya dipeluk Naru.
"Senyum sedikit!" Jaemin sedikit mengeluh melihat wajah datar temannya.
Haechan berdecak, namun menarik sudut bibirnya kecil―terlalu kecil.
"Tidak kelihatan!" keluh Jaemin lagi.
Naru lantas melirik ke Haechan. "Kenapa tidak mau senyum? Kau tidak senang, ya, aku gandeng begini?" Ia mencebikkan bibirnya lucu.
Haechan terdiam. Tatapannya tertuju intens ke wajah cantik Naru. Ada sesuatu yang berbeda dalam diri Haechan.
Perasaannya pada gadis ini tidak lagi seperti dulu. Entah mengapa, ada sentakan di hatinya tiap kali mendengar Naru berucap demikian, atau melihatnya berwajah muram. Entah sejak kapan, Haechan tak tahu persis.
"Terima kasih." Haechan berujar pelan―hanya untuk Naru dengar. Ia memalingkan wajahnya ke depan―menghadap kamera, lalu tersenyum lebih lebar kali ini. Ada kehangatan yang menyapa kala Naru mengeratkan pelukan di lengannya, bahkan menempelkan pipinya ke bahu.
Haechan menurunkan tangan Naru dari lengannya. Perlahan namun pasti, ia menuntun jemarinya merambat di sela-sela jari mungil Naru, membalutnya dalam kehangatan.
Naru menoleh ke Haechan―yang menghadap ke depan. Tatapannya tiba-tiba saja mengabur. Dalam senyum harunya, gadis itu tiba-tiba saja menjatuhkan bening kristalnya.
"Kenapa kau buat dia menangis begitu?!" Minjeong yang ikut memperhatikan kekasihnya memotret, jelas menyaksikan hal itu.
"Sayang, tunggu." Jaemin segera mencegat kekasihnya yang hendak menghampiri mereka. "Sepertinya mereka butuh momen berdua."
Minjeong melirik dan akhirnya memahami perkataan kekasihnya.
Sementara itu, Haechan jelas terkejut melihat Naru menangis tiba-tiba. Dengan telaten, ia manfaatkan ujung lengan jubahnya untuk menghapus jejak basah di pipi Naru.
"Kenapa menangis, hm?"
Naru menggeleng. Meski berusaha menahan, air matanya tetap saja mengalir. Bibirnya mencebik. Dengan suaranya yang sedikit gemetar, ia berujar, "Aku hanya bahagia, bisa melihatmu sampai di titik ini seorang diri. Aku bangga padamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
ROYAL AND NOBLE
Roman d'amourYoo Jimin tahu garis hidupnya sudah diatur, dan Royal Empire adalah masa depannya. Apa pun keputusan dalam hidupnya, semua sudah diatur oleh ayahnya yang otoriter. Jimin tidak terkejut kala sang ayah mengatakan bahwa ia akan segera bertunangan. Ia s...