Hujan turun dengan derasnya sore itu. Membuat beberapa pengendara motor meneduh sejenak. Halte bus penuh dengan pekerja kantor maupun murid sekolah yang baru pulang, salah satunya adalah gadis cantik dengan rambut sebahu bernama Anindiya Giselline. Kedua lengannya mendekap tas sekolah miliknya dengan erat. Giginya bergemeletuk, menggigil kedinginan.
"Sore, Anin" sapa seseorang di belakangnya. Yang disapa pun menoleh. "Rendi! Dari kapan kamu disini?" tanya Anin, giginya yang tadi bergemeletuk sekarang mengukir senyum, memperlihatkan gigi kelincinya.
"Udah daritadi. Kamu pakai hoodie saya aja dulu" seakan peka dengan kondisi Anin lelaki dengan name tag Rendi Atmaja itu melepaskan hoodie yang dipakainya, memberinya pada Anin. Mau tak mau gadis itu menerimanya sambil tersenyum. Pipinya memerah.
"Kalau gitu boleh tolong pegangin tas aku dulu ga?"
"Boleh, sini"
Sore itu Anin berbicara banyak dengan lelaki yang disukainya. Biasanya Rendi sangat sibuk di sekolah, mengikuti banyak organisasi dan dikenal oleh semua guru sehingga sering diberi kepercayaan oleh sekolah untuk memegang acara.
Anin senang bukan kepalang saat ini, sudah bisa ngobrol berduaan dapat hoodie pula.
Kalau di tanya kenapa Anin bisa suka sama Rendi ya jawabannya gampang. Rendi Atmaja itu sempurna. Akademis pinter, non akademis jago, sopan, pengertian, bisa dipercaya, bertanggung jawab, rajin menabung. Plus, plus deh.
Anin mulai suka sama Rendi itu pas MPLS karena lelaki itu adalah tipenya, setelah pembagian kelas ternyata mereka berada di kelas yang sama dan lagi-lagi Rendi terlihat keren di matanya. Rendi menjawab soal-soal matematika di papan tulis dengan mudahnya, ketika diminta menjelaskan materi di depan kelas ia mampu menyampaikannya dengan baik. Ditambah lagi ketika olahraga, Rendi terlihat sangat-sangat menawan hingga sering membuat Anin tidak bisa melepaskan pandangannya. Anin yang kurang suka olahraga pun mulai saat itu menyukai jam pelajaran olahraga.
Seisi kelas, bahkan mungkin satu angkatan tau bahwa seorang Anindiya Giselline menyukai Rendi Atmaja seorang. Tapi anehnya Rendi seperti tidak tau jika Anin menyukainya, entah memang tidak tau atau pura-pura saja.
***
Hujan hanya tersisa rintiknya saja, semua orang yang meneduh di halte tadi sudah pergi semua, menyisakan Rendi dan Anin yang telah menyelesaikan percakapannya, lebih tepatnya Rendi menutup topik pembicaraan mereka.
"Udah mau maghrib, Nin. Saya pamit pulang duluan, ya. Kamu juga cepat pulang, pamali" lelaki itu tersenyum dan menundukkan kepalanya sedikit lalu pergi meninggalkan Anin yang jantungnya berdetak tak karuan dengan wajah memerah bak apel. Padahal baru diperhatikan sedikit tapi reaksi tubuhnya sudah seperti ini.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Maybe in Another Life
Teen FictionSeisi kelas, bahkan mungkin satu angkatan tau bahwa seorang Anindiya Giselline menyukai Rendi Atmaja seorang, lelaki sempurna baginya. Segala pendekatan sudah Anin lakukan hingga Rendi berhasil menjadi miliknya. Namun tak disangka banyak kejadian ya...