32. Rindu Lagi?

74 10 5
                                    

Heyyoooo! Ada yang masih nungguin cerita ini update gak? Huhuuu, sedih banget masih sepi🤧 Yuuu bantu aku ramein cerita ini🥺❤️

Selamat membaca, semoga suka❤️

Pintu gerbang setinggi hampir tiga meter itu dibuka lebar oleh Mbak Ning saat suara deru motor berhenti di depan rumah mewah tiga lantai yang terletak di perumahan komplek B nomor 15

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pintu gerbang setinggi hampir tiga meter itu dibuka lebar oleh Mbak Ning saat suara deru motor berhenti di depan rumah mewah tiga lantai yang terletak di perumahan komplek B nomor 15.

Si pengendara memasuki halaman rumah yang cukup luas lalu memarkirkan kuda besi kesayangannya tepat di sebelah mobil Civic putih milik salah satu si empu rumah.

Ia menundukkan kepala sekilas pada Mbak Ning tanda berterima kasih karena telah dibukakan pintu oleh wanita itu.

Laki-laki berbadan tegap dengan rambut sekelam malam itu melepas helm full facenya. Sebelum masuk ke dalam rumah, ia sempat merapikan jaket kulit yang membalut tubuhnya dengan begitu pas.

"Selamat malam Mbak Ning," sapa Jendra sumringah. Ia melempar senyum manis pada Mbak Ning. "Naya-nya ada Mbak?" tanya Jendra sembari mengekori Mbak Ning dari belakang.

Seulas senyum tipis Mbak Ning pamerkan pada Jendra. "Selamat malam juga Jendra. Ada kok, masuk aja. Naya lagi santai di ruang tengah," balas Mbak Ning.

Jendra lantas berjalan lebih dulu meninggalkan Mbak Ning yang ada di belakangnya.

"Permisi ... paket!"

Mbak Ning geleng-geleng kepala melihat Jendra, ia memilih berjalan melewati ruang tengah dan kembali ke dapur untuk membuatkan minuman.

Salah seorang penghuni rumah kontan memutar kepalanya ke sumber suara. Suara yang begitu familiar di telinganya mengusik atensi Naya yang tengah menonton acara televisi. Tanpa melihat siapa yang berucap, Naya sudah lebih dulu mengetahui siapa pemilik suara tersebut.

Benar saja, beberapa langkah di belakangnya tampak Jendra yang senyam-senyum tak jelas sembari berjalan mendekatinya. Naya mengerutkan keningnya ketika jarak dirinya dan Jendra semakin dekat. Sebelum akhirnya Jendra mengambil tempat di sebelah Naya.

"Lho tadi katanya mau ke warkop, kok malah ke sini?" Naya langsung melayangkan satu pertanyaan pada Jendra sesaat setelah laki-laki itu duduk manis di sampingnya.

Cengiran khas yang selalu Jendra pamerkan seolah sudah mampu menjawab kebingungan Naya. "Aku kangen. Emang gak boleh ya kalo aku mampir ke sini?" Jendra balik bertanya, seraya memandangi wajah Naya dari samping.

"Bukan gitu Na, soalnya kan tadi kamu bilang kalo mau ke warkop sama anak-anak yang lain."

Naya yang tengah duduk sambil menonton acara televisi favoritnya dibuat bingung dengan Jendra.
Pasalnya sore tadi setelah mengantar Naya pulang, Jendra bilang kalau dia ingin pergi ke warkop bersama Geng Janur nanti malam. Tapi kenapa sekarang dia malah ada di sini? Apa mereka tidak jadi pergi?

Burung Kertas untuk NayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang