BAB 36: BAHAGIANYA HATI PAK LURAH

17K 1.3K 78
                                    

SELAMAT MEMBACA
***

Rudi terus saja membaca tulisan-tulisan yang berderet di layar monitor laptopnya. Bahkan meski sedang sakit, pekerjaan tidak serta merta turut mendukung kesembuhannya.

Meski dia di rumah, tapi setiap hari pekerjaan datang melalui email ataupun ponselnya yang tidak berhenti berbunyi.

Rudi yang merasa lelah, melepaskan kaca matanya, lalu dia berdiri dari duduknya. Meregangkan ototnya yang terasa kaku. Berjalan pelan menuju kearah jendela sekedar untuk menggerakkan kakinya agar tidak terus-terusan duduk.

Kring ...

Belum lama di tinggal, ponselnya sudah kembali berbunyi. Entah pesan dari mana lagi kali ini.

Rudi yang mendengar ponselnya berbunyi langsung berjalan dengan pelan menuju meja untuk mengambil ponselnya. Saat dibuka, ternyata dia menerima beberapa pesan dari Radhika.

Rudi bertanya-tanya, tumben sekali Radhika mengiriminya pesan. Saat di buka, teranyata pesan yang di kirimkan Radhika berupa rekaman suara berdurasi pendek-pendek berjumlah beberapa. Hanya ada kiriman rekaman tanpa menambahkan keterangan apapun.

Rudi kembali duduk dan mulai mendengarkan rekaman suara yang di kirimkan oleh Radhika.

Ruma marah sama Pak Lurah

Supaya tidak marah bagaimana

Tidak tau. Pokoknya marah saja. Marahnya belum hilang. Sebenarnya marah yang kemarin sudah hilang tapi kalau di fikir-fikir lagi Ruma justru makin marah sama dia, kalau ketemu Pak Lurah bawaanya mau mukul.

Terdengar suara Rumana dan Radhika di sana. Lalu rekaman pun berakhir. Rudi kembali menyalakkan rekaman yang lainnya.

Pak lurah itu goblok Mas. Yang bikin Runa marah. Kenapa dulu setelah cerai dia tidak datang ke Ruma. Memang dia tidak punya uang untuk beli tiket ke Jakarta. Setidaknya dia datang untuk menjelaskan kalau memang cinta sama Ruma. Coba lihat mantan istrinya, dia sekarang hidup bahagia sama pasangannya. Karena apa? Ya karena dulu mau berjuang mau mengusahakan. Coba lihat Pak lurah sekarang merana. Ya karena dia goblok. Coba dulu dia mau berjuang sedikit saja. Dia pergi ke Jakarta, ketemu Ruma. Jelaskan semuanya, meski marah juga tapi kan Ruma tidak harus menyimpan emosi selama tujuh tahun ini. Pasti masalahnya sudah selesai sejak lama tidak sampai bertahun-tahun begini. Memangnya tujuh tahun itu waktu sebentar. Ruma harus move on, belajar melupakan semuanya. Giliran Ruma sudah baik-baik saja, Ruma sudah pulang dia baru datang lagi. Sok-sok an mengungkit masa lalu yang sudah basi, apa coba tujuannya. Kan bikin kesal. Kenapa tidak dari dulu. Tujuh tahun ini dia ngapain.

Rudi mengangguk sambil tersenyum mendengar suara Rumana yang menggebu-gebu bahkan ketika dia di katai goblok oleh gadis itu Rudi hanya mengangguk pelan tanpa marah ataupun tersinggung sedikitpun. Karena dia merasa apa yang di katakan gadis itu benar adanya. Juga suatu hal yang bisa di maklumi kenapa gadis itu bisa semarah itu padanya.

Jadi sebenarnya, Ruma maunya bagaimana. Bilang yang jelas, biar tidak berlarut-larut begini.

Ya tidak bagaimana-bagaimana. Harusnya Ruma tidak usah bilang, harusnya Pak Lurah itu kalau pintar punya inisiatif. Masa begitu saja harus di jelaskan dengan detail.

Waktu itu Pak Lurah kan sudah datang untuk minta maaf, tapi Ruma malah marah-marah dan ngusir dia.

Ya karena Pak Lurah datangnya setelah tujuh tahun. Ini ibarat luka, sudah sembuh. Kenapa dia baru datang bawa obatnya, kan sudah tidak berguna Mas. Mas ini faham tidak sebenarnya maksud Ruma.

Rudi masih terus mendengarkan remanan itu dengan seksama. Sampai di rekaman terakhir yang hanya berdurasi beberapa detik itu.

Mas tanya sekali lagi, Ruma masih suka sama Mas Rudi.

JODOH KE 2 PAK LURAH (TAMAT & PINDAH DREAME/INNOVEL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang