Di sebuah kamar yang tidak diketahui siapapun di sekolah sihir Hogwarts. Suara rintihan Harry mengisi kamar tersebut.
Harry merintih kesakitan untuk lehernya yang dicekik dari belakang. Kedua tangan Harry yang bebas berusaha sekuat yang dia bisa melepaskan lengan yang mencekiknya.
"Draco ... Uhukk!"
Draco. Pemuda berambut pirang yang berstatus sebagai kekasihnya itu mengabaikan rintihan Harry dan semakin menggeram marah.
Selama menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih semenjak tahun ke 3 hingga kini mereka menduduki tahun ajaran ke 4, Harry kerap menjadi bahan samsak tinju Draco jika pemuda pirang itu sedang kesal. Sebenarnya Harry sudah tidak tahan dan ingin memutusi pemuda pirang itu, tetapi Draco adalah tempatnya untuk mendapatkan kasih sayang.
"Kau tahu kenapa aku menghukum mu?" Draco semakin senang melihat pantulan wajah cantik Harry yang kesakitan di kaca. Harry menggeleng dengan susah payah karena lehernya masih dicekik oleh Draco, bahkan lidahnya sedikit keluar.
"Aku sedang kesal, ditambah lagi aku melihatmu berduaan dengan Diggory!" dilepasnya cekikan itu dengan kasar. Harry segera mengambil napas dengan rakus, dia sangat membutuhkan oksigen setelah dicekik dengan erat.
"Drac, kau salah paham!" Harry berbalik, menatap kekasihnya dengan memohon. "Cedric hanya memintaku memberikan surat untuk Oliver!"
"Kenapa harus kau?!" Draco mendorong tubuh Harry hingga terlentang di kasur, meletakkan kedua lututnya di antara perut Harry, dan kembali mencekik leher pemuda cantik itu dengan kedua tangannya. "A-ampun!" Harry kembali merintih merasakan tenggorokannya ditekan dengan kuat.
Harry melakukan perlawanan dengan menghentak-hentakkan kedua kakinya dan berusaha melepaskan kedua tangan kuat yang mencekiknya meski tenaganya tidak sebanding.
"Kau harus dihukum, sayang."
Draco menatap wajah cantik Harry yang kini memerah dan mulut Harry yang sedikit terbuka dengan tatapan datar. Entah kenapa wajah Harry yang sedang tersiksa itu terlihat sangat seksi di matanya. Itulah kenapa dia terkadang suka menyiksa Harry.
"Hah ... Hah ..."
Menyadari Harry yang akan kehilangan kesadarannya, Draco segera melepaskan cengkramannya dan menampar pipi Harry hingga kesadaran Harry kembali. "Jangan dekati pria lain selain Ronald, mengerti?" Draco menunduk, lalu menciumi leher Harry yang memerah akibat cekikannya.
Harry mengabaikan Draco yang kini mencium dan mengecap lehernya, yang dia lakukan sekarang yakni memasukkan oksigen ke dalam paru-parunya. Harry memejamkan mata ketika rambutnya dielus Draco dengan lembut, lalu dia merasakan Draco mencium sudut bibirnya dan melumatnya.
Tanpa Harry sadari kancing pakaiannya sudah dilepas oleh Draco. Satu desahan keluar dari mulutnya saat Draco meraup nipple pink miliknya dan melumatnya.
Draco menatap tubuh bagian atas Harry dengan penuh nafsu. Sudah sering dia menikmati tubuh ini, dia tidak akan berhenti sebelum puas.
"Dra-Draco!" Harry benar-benar sudah tidak memiliki tenaga ketika Draco membuka paksa celana yang dia kenakan dan langsung mengocok miliknya.
Gerakan mengocok yang Draco lakukan semakin lama semakin kencang, membuat tubuh Harry melengkung dan mengeluarkan cairannya.
"Seperti biasa kau cepat klimaks," Draco menyunggingkan smirknya dan semakin mengeluarkan aura gelap.
"Draco ... Hentikan ... Kumohon ..." Harry menatap kekasih yang dicintainya dengan memelas.
"Kita belum ke intinya, love."
Draco membuka celananya yang sudah mengembung sejak tadi.
"Ah! Hiks ..." Harry merintih, bagaimana bisa Draco memasukkan miliknya yang berukuran besar itu kedalam tubuhnya tanpa menggunakan pelumas sedikit pun.
Harry tidak berdaya, benar-benar tidak berdaya, dia merasa tubuhnya terbelah menjadi dua.
"Sa-sakit, Draco ..." Harry mengucapkannya dengan nada yang sangat putus asa.
Lemas.
Sementara Draco hanya menggeram rendah dan mulai memaju mundurkan miliknya dalam tempo cepat. Bercinta dengan Harry adalah kegiatan yang sangat menyenangkan dan nikmat.
Air mata Harry tidak berhenti mengalir. Tidak bisa melawan Draco yang sedang dalam amarah yang memuncak.
Draco semakin mempercepat gerakannya. Lebih keras, kasar, dan brutal.
"Kita sudah sering berhubungan, tapi kau tetap sempit." racau Draco. Tangan Draco memilin nipple Harry.
"Argh! Draco!" Harry mencapai puncaknya, sementara Draco belum keluar sama sekali.
Harry merasa tubuhnya remuk seketika. Draco terus menghajarnya tak kenal lelah.
Draco menjilat kedua puncak nipple pinknya bergantian, "kau menyukainya?" Harry hanya diam sambil menutup mata.
"Dasar keras kepala." Draco mendesis marah karena diabaikan.
Draco mencium bibir mungil Harry dengan kasar dan penuh nafsu. Dia memandangi wajah Harry yang tersiksa, menyembunyikan manik hijau yang ingin sekali dia tatap.
Harry akhirnya membuka mata ketika merasakan cairan hangat masuk ke dalam tubuhnya. Dapat Harry rasakan kedua nipplenya kembali dilumat dengan penuh gairah.
"Jangan coba-coba mendekati pria lain lagi. Atau aku akan menghukum mu lebih dari ini."
Kata-kata terakhir yang Harry dengar sebelum kehilangan kesadarannya.
.
.
.Pagi itu, yang pertama kali Harry rasakan adalah sakit di seluruh tubuhnya. Dia mengernyit merasakan sebuah tangan kuat memeluk tubuhnya dari belakang.
Harry menoleh, mendapati wajah kekasihnya yang masih tertidur dengan nyenyak. Kemudian kembali pada posisinya.
Pikiran Harry melayang pada kata-kata Draco. Mungkin Draco benar, dirinya tidak akan bisa lepas dari pemuda pirang itu. Meski Draco seperti itu, Harry sangat mencintainya.
Dia tidak akan bisa lepas dari Draco walaupun dia sangat ingin.
Draco yang sebenarnya terbangun akibat gerakan kecil Harry sedikit merasa bersalah. Apalagi melihat memar di leher dan seluruh tubuh Harry yang lebam.
Well, dia akan berusaha merubah sikapnya meski sulit.