29. Bintang

589 45 4
                                    



"Gue udah daftarin lo lewat Bu Salma. Minggu depan, lo bakal ikut tes pertama. Nanti gue bakal ajarin lo."

Langit menatap sinis kearah Alaska yang tengah duduk santai diatas bangku dengan buku ditangan kanannya. Kini mereka berada digudang sekolah. Kumpul seperti biasanya, kala jam istirahat tiba.

"Serah lu!" Dengkus Langit kesal.

Cakrawala tertawa. "Kalo lo sampai lolos ya, bos. Gue janji bakal jajanin lo selama sebulan penuh."

Baskara menyiku perut Cakrawala. "Jajanin apa maksud lo?"

"Jajanin makanan, lha. Lo kira cewek? Emang si bos doyan cewek cafe?"

"Orang si bos doyan-nya sama cewek cuek kaya Neng Bulan." Celetuk Angkasa yang duduk bersebelahan dengan Fajar.

"Oh iya. Kata cewek gue Neng Bulan udah sadar. Besok atau lusa udah boleh pulang." Balas Cakrawala.

Sontak, ucapan Cakrawala membuat Alaska dan Langit menoleh berbarengan.

"Kenapa lu baru bilang, anjing!?" Ujar Langit penuh emosi, ia bahkan sampai berdiri dari duduknya. "Gara-gara olimpiade sialan itu, gua jadi lupa sama semuanya." Imbuhnya.

"Iya, ni anak kenapa baru bilang lo." Balas Baskara seolah memanas-manasi.

Cakrawala terkekeh sambil menggaruk kepala bagian belakangnya. "Lupa gue, sumpah."

"Gua mau bolos aja, dah."

"Lo mau ke rumah sakit?" Tanya Fajar pada Langit.

"Ho'o. Kangen banget hati ini dengan Neng Bulan." Mendengar ucapan Langit, membuat Alaska mendecih diam-diam, ia lantas menyahut.

"Mending lo belajar, Lang. Tes udah deket, lagian bentar lagi lo bakal ikut bimbingan dari Bu Salma."

"Anjing!!!"





•••




Bell pulang sekolah sudah berbunyi sejak lima belas menit yang lalu. Sekolah sudah mulai sepi, hanya ada beberapa siswa-siswi yang menanti jemputannya datang.

"Nah.. kamu pelajari tentang kaidah kebahasaan sama strukturnya. Kemarin, Ibu dapat bocoran kalau beberapa soal uraian bakal muncul tentang materi itu."

Langit sedang diberi bimbingan oleh Ibu Salma didalam ruang guru. Duduk berhadapan dengan Ibu Salma yang notabe-nya adalah guru yang mengajar pelajaran Bahasa Indonesia dikelasnya.

"Iya, Bu."

"Ini juga, kamu perlu jawab soal-soal ini. Siapa tahu nanti bakal muncul juga." Bu Salma menunjuk beberapa butir soal yang tertulis dibuku yang berada diatas meja.

Didalam ruangan itu ada sekitar enam belas meja guru. Yang hanya ditempati oleh guru perempuan. Dimasing-masing meja, terdapat sebuah nametag agar mudah mengenali siapa penghuni dari meja tersebut.

Sekarang, disana tertinggal lima orang guru termasuk Bu Salma. Sisanya sudah pulang lebih awal. Ada Bu Dessi sebagai guru sosiologi, Bu Rahma sebagai guru Bahasa Inggris, Bu Tyas sebagai guru Biologi, dan Bu Ayu sebagai guru Matematika wajib. Yang mana guru yang paling dibenci oleh beberapa siswa-siswi karena terkenal sebagai guru killer.

Bagaimana tidak dibenci, lihat saja bagaimana ia mengomentari Langit yang tengah sibuk mencatat dibuku tulisnya dengan ekspresi menjengkelkannya.

"Tumben-tumbenan kamu ikut olimpiade, habis mandi kembang ya kamu?" Cetus Bu Ayu dengan ekspresi khasnya.

Langit mendongak, memandang Bu Ayu dengan datar. Kebetulan, meja Bu Salma dan Bu Ayu dekat. "Ada apasih, Bu? Ikut campur urusan orang mulu." Balas Langit jengkel.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 22, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BRITTLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang