Ditahun berikutnya, Iizuna sudah sembuh dan melupakan luka itu. Ia memperkuat dirinya dan sihirnya, membantu Shouya untuk bisa melemparkan beberapa jenis sihir kecil.
Ia sudah yakin bahwa ia sudah sangat kuat, tapi ia masih tak bisa bertahan saat mendengar kabar bahwa putra pertama sang pangeran telah lahir. Putranya akan dikenalkan pada banyak orang bersamaan dengan naiknya ia menjadi raja menggantikan ayahnya.
Kakinya lemas, tak mampu menahan berat tubuhnya saat mendengar kabar itu dari Shouya yang mencuri dengar dari istana yang ramai, selama ini gagak itu menjadi mata dan telinga Iizuna untuk mendapatkan kabar apapun itu.
Para maid terus menyuarakan tentang betapa tampan putra pangeran yang baru lahir, duplikat sang ayah dengan tambahan kecantikan dari ibunya. Tak henti-henti dibicarakan, dan semakin Iizuna sakit. Rasa dikhianati kembali muncul dipermukaan, menjatuhkan bulir bening dari manik hijau cantik milik sang penyihir.
Sakusa Kiyoomi menyaksikan itu semua disudut ruangan, menyaksikan manik hijau cantik itu perlahan menunjukkan kebenciannya, balas dendam semakin besar, dan ada hati yang sudah lelah, menyerahkan semuanya pada otak.
Lelah berharap kehadiran sang pangeran untuk meminta maaf padanya, mengatakan bahwa semua itu keterpaksaan, tapi nihil, sang pangeran tak kunjung datang mengobati hati yang terluka.
Iizuna datang ke istana tanpa undangan, siapa yang membutuhkan itu disaat ia bisa menggunakan sihir untuk mengelabui. Jubah hitam panjang menutupi lekuk tubuhnya dengan tudung jubah yang hampir menutupi seluruh wajahnya, hanya menyisakan kegelapan dengan manik hijau yang bersinar.
Kedatangannya membuat suasana dingin dan suram dengan pencahayaan yang tiba-tiba redup, dengan Shouya terbang di atasnya, mengeluarkan suaranya yang khas, yang mana hal itu membuat tamu undangan merinding, mengingat kematian.
Sakusa Kyo tau itu Iizuna, berdiri dari singgasananya hanya untuk berhadapan dengan manik hijau penuh kebencian dari Tsukasa Iizuna.
Tuhan, ia merindukan manik hijau cantik itu.
Ia merindukan Iizuna kecil yang penuh kesopanan.
Ia merindukan Iizuna-nya.
Tangannya terkepal disisi tubuhnya, menahan diri dari memeluk tubuh mungil yang tampak kelelahan itu. Matanya melirik ke seluruh ruangan, melihat semua ekspresi orang yang seolah menunggunya bertindak sesuai harapan mereka.
Lagi, lagi, Kyo tak sanggup mengatakan 'tidak' ia seolah telah disetting untuk bertindak sesuai harapan orang lain dan bukannya dirinya sendiri.
"Kau tidak diundang disini"
Suaranya tercekat, tak percaya ia bisa mengeluarkannya selancar itu. Menatap pada mata Iizuna dan menggigit bibirnya saat melihat bening cantik memenuhi manik hijau itu.
"Benarkah? Aku sedih padahal aku sudah menyiapkan hadiah untukmu..." Ucap Iizuna dengan nada sedih yang di buat-buat, tangannya terulur menyentuh ujung matanya sendiri.
"...Untuk keturunanmu" Lanjutnya dengan sorot mata yang langsung menatap pada manik hitam legam khas milik sang pangeran, atau raja sekarang. Sakusa Kyo mengerutkan dahinya tak mengerti.
"Kau tau itu bukan hal yang baik, kan?" Perkataan Iizuna lebih seperti tamparan telak bagi Kyo, disadarkan bahwa Tsukasa Iizuna kecil yang penuh sopan santun telah lama pergi.
Karena ulahnya.
"Aku bisa saja membatalkannya jika kau mau meminta maaf dan berlutut dihadapanku" Ucap Iizuna dengan dagu terangkat, seolah ia sudah menang, ya memang.
Kyo meremat tangannya di kedua sisi tubuhnya, ia ingin sekali meminta maaf dan melepas jubah serta mahkotanya untuk kembali pada kehidupannya bersama penyihir kecil, menghadiahinya buku-buku kuno yang langka dan penuh ilmu pengetahuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Vampire [OmiHina]
VampireSeorang pemuda bernama Hinata Shouyo nekat pergi ke hutan terlarang karena rasa penasarannya. Menurut cerita dari kakek yang ada didesanya, di hutan terlarang ini ada monster? Benarkah? >Sakusa Kiyoomi x Hinata Shouyo [OmiHina] ⚠️BL, BXB, GAY, HO...