DUA PULUH DUA | Belati yang Menyayat

7.7K 508 82
                                    

DUA PULUH DUA | Belati yang Menyayat

"Kini bukan hanya jarum, tapi ada puluhan belati yang silih berganti menyayat hatinya. "

🌸🌸🌸

Jevano lumayan sibuk karena beberapa pekerjaan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jevano lumayan sibuk karena beberapa pekerjaan. Belum lagi meeting dengan pihak party organizer untuk acara gender reveal buah hati ketiganya. Jevano memang mengambil alih tugas itu, dia tidak ingin Kanaya turun tangan dan kelelahan.

Rencananya pesta itu akan diadakan di halaman belakang. Jevano juga tak mengundang banyak orang, mungkin hanya keluarganya saja dan sahabat Kanaya. Meski begitu, pesta itu harus meriah. Menjadi kenangan tak terlupakan karena bayi ini adalah hadiah terindahnya bersama Kanaya setelah hubungan mereka membaik.

Jevano juga menyiapkan sendiri beberapa berkas untuk pekerjaannya di Bandung. Tanpa Windy, dia memang lumayan keteteran. Tapi setidaknya itu lebih baik daripada harus melihat raut masam dan curiga dari Kanaya.

Bertepatan dengan itu Windy masuk, memberikan file yang Jevano minta. Windy juga membawa satu cup hot coffee, karena sekarang memang jam makan siang.

"Bapak berangkat sebentar lagi? Perlu saya siapkan sopir pribadi?" tanya Windy melihat Jevano beranjak dari meja kerjanya. Memasukkan berkas ke dalam tas.

"Enggak usah, saya nyetir sendiri aja. Besok pagi udah pulang kok."

Windy tidak ikut dalam dinas kali ini. Pria itu tiba-tiba melarangnya. Padahal di setiap urusan pekerjaan, kehadiran Windy selalu sepaket dengan Jevano. Dia bukannya tidak tahu alasan dibalik itu. Sudah pasti karena Kanaya.

Wanita itu pasti curiga padanya. Tatapannya terakhir kali saja tampak tidak suka. Tapi itu justru hal bagus bagi Windy. Rencananya memang untuk mengusik Kanaya. Lalu pandangan Windy jatuh pada paper bag berlogo butik Kanaya. Tapi dia tidak bertanya. Sesaat sebelum Jevano menarik handle pintu, baru dia berujar, "Jev, dia mendatangiku lagi," maksud Windy adalah Satya.

Windy sengaja memancing Jevano. Melihat bagaimana reaksi pria itu. Tidak akan dia biarkan segalanya berjalan mulus. Windy sudah lama berada di sisinya. Jevano harusnya sadar bahwa dia tidak mudah untuk ditinggalkan begitu saja. Windy pun tahu, Jevano tak akan mengabaikannya.

Gerakan Jevano itu otomatis terhenti. Tapi dia tidak menoleh. Windy yakin sebentar lagi Jevano akan kembali datang dan membantunya.

"Win, aku sudah bilang kemarin itu adalah yang terakhir."

Ah tidak, bukan seperti ini yang Windy inginkan. Kenapa Jevano tiba-tiba mengatakan demikian? Raut wajah Windy langsung berubah, dia cemas dan kesal.

"Tapi dia datang untuk mengancamku lagi," ujar Windy lebih keras, kembali meminta perhatian.

Kali ini Jevano menoleh dengan raut diliputi amarah. Dia sudah bersumpah pada dirinya untuk tidak lagi terlibat dengan masalah Windy dan Satya. Dia takut masalah ini akan diketahui Kanaya jika dia masih terhubung dengan kedua orang itu.

After OctoberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang