15

909 87 6
                                    

keesokan paginya benar saja ara marah kepada chika karna ia tak bisa menepati ucapannya

"araa ih maafin chika" ara hanya diam tanpa menoleh kepada chika

"ih gamau maafin? ya udah chika bakal lukain tangan chika pake ini" ucap chika menunjukkan sebuah pisau yang ia dapatkan entah dari mana

melihat itupun ara tentu saja langsung merebut pisau itu dari tangan chika

"jangan aneh aneh kak"

"kamu ga maafin aku"

"ya udah iya ara maafin kak"

"bener? "

"iya kakak"

chika pun senang mendengar hal tersebut dan dengan cepat mencium pipi ara

"ih cium cium"

"kenapa emang? gabole? "

"bole bole"




"gimana kak? enak ga? "

"heem enak banget kamu pinter banget kalo nyari tempat"

"iya dong siapa dulu"

kini ara dan chika sedang berada di sebuah resto untuk menggantikan janji chika kemarin yang tak bisa datang

saat mereka sedang makan datang seorang laki laki yang menghampiri mereka

"ra? mau nyanyi ga? "

"eh bang kevin? "

"boleh bang? "

"boleh lah"

ara pun beranjak dari duduknya dan menuju tempat live musik tersebut

"lagu ini aku nyanyiin buat orang paling cantik didunia yaitu kak chika"

Bagaikan bintang di langit
Yang takkan bisa ku raih
Begitu pun kamu
Yang tak mungkin bisa aku miliki

Ku tau siapa dirimu
Ku tau siapa diriku
Kita yang berbeda
Kau dan aku bagai
Langit dan bumi

Sesungguhnya aku
Tak sanggup tanpamu
Tapi tau kah kamu
Betapa ku mencintai dirimu
Tak sanggup ku melawan hatiku
Yang slalu menginginkanmu

Tolong yakinkan aku
Perjuangkan atau ku menyerah
Namun bila tak bisa bersama
Lebih baik ku menghilang
Namun bila tak bisa bersama
Ku harap kau bahagia

"terimakasih"

prok prok prok

bunyi tepuk tangan yang meriah tertuju pada ara yang menghampiri chika dan menuntunnya untuk menuju arah panggung

"kak? mau buat cerita lagi ga sama ara?"
chika yang terkejut pun tak bisa berkata kata apalagi banyak orang yang melihat kearah mereka berdua menyaksikan kedua insan yang akan menjalin kembali sebuah hubungan

namun entah mengapa tatapan tak suka terpasang diwajah chika, ara pun menatap heran dan akhirnya ia mengerti akan tatapan itu. Chika telah menolaknya...

ara pun tak ingin memaksakan kehendak chika sehingga ia membawa chika pergi dari tempat tersebut

kini chikara sudah berada didalam mobil

"maaf ya ra aku ga bermaksud"

"gapapa kak"

arapun mengantarkan chika pulang menuju rumahnya dan tanpa pamit ara langsung saja bergegas pulang menuju rumahnya

gracio dan shani yang melihat raut wajah tak menyenangkan dari anaknya pun menatap heran, namun mereka memutuskan untuk tak bertanya terlebih dahulu dan menunggu agar ara tenang

ara yang baru saja memasuki kamarnya pun dikagetkan dengan sebuah telfon yang masuk





bahagiakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang