Fate

51 11 1
                                    

"Wah-wah! Lihat, siapa ini?" Gumam pria besar itu, tersenyum menyeramkan kepada Lea. "Masih kecil saja wajahmu sudah secantik itu!"

Komentar pria itu membuat Lea bergidik takut, otomatis hendak melarikan diri andai saja dia tidak kalah cepat. Pria itu meraih bahunya, menariknya mendekat dan menangkap leher Lea.
"Mau kemana? Percuma kamu berlari! Tidak akan ada yang menolongmu disini!" Katanya, lalu tertawa sambil membawa Lea keluar dari gedung.

Lea memberontak, lehernya terasa tercekik di antara lengan pria itu.

"Lepaskan!" Ucap Lea, berusaha menjauhkan lengan pria itu dari lehernya.

"Cobalah, kalau kamu bisa!" Sahut pria itu, terdengar meremehkan. "Selagi kamu berusaha, aku akan menerka berapa harga yang harus aku kenakan untukmu. Selain cantik, sepertinya kamu cukup pintar. Kemana aku harus menjualmu?"

"LEPASKAN AKU!" Seru Lea, kesal. Pria itu meliriknya tajam, tapi kemudian tersenyum menyeramkan. Lea mulai merasa panik, isi kepalanya mendadak kacau. Dia ketakutan dan tidak berdaya sekuat apapun dia berusaha melepaskan diri dari cengkraman penculik itu.

"LEPASKAN AKU! DASAR OOM-OOM JELEK! AKU TIDAK MAU IKUT DENGANMU? LEPASKAN AKU!" Lea berteriak kuat-kuat. Tidak ada hal lain yang bisa dia lakukan selain itu. Toh, tidak akan ada orang yang akan membantunya. Dia berusaha sendirian, atau pria jahat itu akan membawanya pergi.

"Ayo ikut! Aku bisa mendapat banyak uang kalau menjualmu ke saudagar yang lewat!" Ucap pria paruh baya itu, yang kemudian tertawa melihat usaha Lea untuk melepaskan diri sangat tidak berguna.

Sebuah kejutan terjadi. Seorang pemuda, pemuda yang tadi Lea sesatkan kembali dan menerjang pria paruh baya tersebut hingga terkapar di tanah. Lea jatuh ke tanah dan mengaduh, tapi menyadari kalau dia sudah bebas. Ada orang yang membantunya!

Lea buru-buru mendekat untuk mengecek keadaan pria yang hendak menculiknya itu.

"Apa dia mati?" Suara bocah perempuan itu terdengar penasaran.

"Dia pingsan," jawab sang pemuda. "Kamu baik-baik saja?"

"Ya, terimakasih sudah menolongku," sahut bocah itu. Sekarang ekspresi wajahnya terlihat jauh lebih tulus. Lea menatap penolongnya, agak kagum karena dia berhasil melumpuhkan seorang pria dewasa sendirian dengan sekali pukul.

"Berapa umurmu?" Pemuda itu bertanya.

Lea mengerutkan kening mendengar pertanyaan mendadak itu. "Dua belas tahun. Kenapa?" Sahutnya.

"Kamu masih kecil, kenapa berkeliaran sendiri?" Pemuda itu kembali bertanya.

"Memangnya harus bagaimana lagi? Kamu pikir semua orang punya seseorang yang akan mengawasi dan menjaga selama dua puluh empat jam?" Gadis itu mendengus, teringat para pelayan yang menemani majikannya kemana-mana. Beberapa siswi kaya di sekolahnya seperti itu, pun korban kejahilannya sebelum ini. "Ayo! Kuantar kamu ke jalan besar!"

Lea menawarkan diri untuk menebus jasa lelaki itu. Yang membuat Lea agak merasa aneh, pemuda itu mengikuti tanpa merasa ragu bahkan setelah dia sesatkan. Wah, orang ini pasti punya banyak pembohong di hidupnya, batin Lea prihatin.

"Ngomong-ngomong, tadi itu jalan apa? Mengerikan sekali," ucap Si Pemuda sementara Lea memimpin jalan.

"Tempat para perampok, pencuri, gembong narkoba, dan lain sebagainya berkumpul," jawab gadis itu enteng. Lea bersikap jujur karena dia ingin. Lea merasa kasihan saat memikirkan orang di belakangnya hidup dikelilingi pembohong. Jadi, bukankah menjadi salah satu orang yang jujur adalah hal yang bagus? Walaupun hanya sejenak?

"Lalu kenapa kamu menunjukkan jalan itu padaku? Sementara sekarang kita berjalan ke arah yang berbeda? Dan tampak lebih aman?" Aneh sekali, tidak ada nada protes ataupun marah dari suaranya, batin Lea.

The Crown PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang