Chapter 19 : Nelayan

1.2K 72 5
                                    

"How about your last meet with Karl? Apakah ia masih bisa mencari semua data yang hilang?" Di sofa anti air yang ada di pinggir kolam renang, Sean dan Andrew bicara berdua.

Keduanya cukup dekat dibandingkan dengan dua temannya yang lain. Salah satu alasannya karena Sean yang menangani semua urusan perusahaannya yang akhir-akhir ini sering diserang hacker bayaran.

Entah berapa kali Andrew mengurut kepalanya karena data yang hilang itu. Meskipun disimpan di tempat yang menjanjikan, bahkan paling aman sekalipun, lawannya bukan orang yang lemah. Bisa jadi ada dua pihak yang mencuri bukti pembunuhan orang tuanya. Entah si pelaku, atau mungkin polisi. Ya, Andrew menaruh curiga karena bukti itu ia dapatkan dari polisi. Andrew mengambilnya diam-diam dengan bantuan orang suruhannya.

Bukan karena apa-apa, Andrew sudah mendengar kabar jika kasus kedua orang tuanya sulit naik karena Richard Clark dibantu oleh sejumlah pejabat kepolisian. Ia bisa saja menaikkan kasus ini sekarang. Namun, antek-antek Richard kini masih berkuasa di kursinya masing-masing.

"Karl tidak bisa menjanjikan apa pun." Andrew menghembuskan nafas beratnya. Ia bekerja keras selama ini untuk membayar semua orang yang sudah membantunya. Ia mau keadilan setelah kedua orang tuanya dibunuh. Ia cuma mau Richard dihukum, setidaknya dipenjara atas apa yang ia lakukan beberapa puluh tahun yang lalu. "Setidaknya, aku tahu siapa pelakunya."

"Siapa pelakunya?" Sean menatapnya serius. Ia juga ingin tahu siapa yang sudah melakukan kekacauan besar hingga membangkitkan kemarahan Andrew.

"Richard Clark." Ungkap Andrew dengan yakin. Semula ia tak begitu yakin atas asumsinya. Apalagi, waktu itu ia masih kecil. Namun, semuanya berbalik ketika ia melihat Richard yang tak begitu senang. Ada sesuatu yang disembunyikan oleh laki-laki itu. Ia seperti tengah berlakon hingga kadangkala Andrew buyar dan tak fokus. "Aku hanya perlu menunggu laporan dari beberapa anak buahku yang lain. Aku sudah meminta mereka untuk mengikuti Richard satu minggu ini."

"Sama hal-nya seperti Karl, sampai saat ini harus aku akui jika The Vibes menyembunyikan semua data di tempat yang tidak diketahui." Andrew bisa akui jika sekumpulan orang-orang yang menamai mereka The Vibes ialah orang-orang yang cerdik. Sengaja ia menaruh file itu di Dubai. Ia bekerja sama dengan salah satu perusahaan ssecurity kelas dunia. 

Tapi mereka masih bisa mencurinya. Ajaib. Bukan lawan yang mudah di kalahkan. 

"Selain mencari data-data itu, aku minta tolong carikan data-data yang mendukung soal keterkaitan The Vibes dan Richard Clark," Sean mengangguk, ia tahu jika tugasnya tak akan pernah mudah. Ia pernah mengurus The Vibes, dan itu tidaklah semudah yang ia pikirkan. 

Angin malam bergerak lebih kencang dari biasanya. Sedikit dingin, sepertinya akan hujan nanti malam. Dari tempatnya duduk, Andrew tidak melihat bintang-bintang yang menandakan jika langit cukup berawan. 

Dari belakang mereka, keduanya bisa mendengar suara semua orang yang sibuk tertawa sembari bermain billiar. Beberapa diantaranya hanya duduk, sibuk minum vodka yang Sean bawakan.

Hanya kolam renang tempat yang paling tepat untuk bicara dengan Sean. Bukan bicara, lebih tepatnya mereka masih bekerja memikirkan kelanjutan penyelidikan yang tengah dilakukan keduanya.  

Sesekali Andrew mendengar tawa Jane yang tak ia dengar beberapa hari terakhir. Ia paham jika Jane mungkin kesal padanya. Apa lagi, pertemuan mereka yang terakhir kali dapat dibilang kurang baik.

Perempuan itu jadi tak banyak bicara, keduanya seakan kembali seperti dua orang yang tak saling mengenal. Berharap Jane memperhatikannya sedikit, tapi Andrew terlalu banyak berharap setelah apa yang ia lakukan pada Jane. Tingkahnya membuat perempuan itu tidak peduli apapun. 

Games With LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang