Suara berisik mesin kompresor memenuhi pendengaran, terdengar nyaring memekakkan telinga. Bengkel yang menyatu dengan tempat cucian mobil selalu saja sibuk. Mobil-mobil bagus datang silih berganti membuat pegawai hilir mudik melayani. Sapa dan teriakan komando sesekali mengudara.
Jihoon yang baru saja sampai, keluar dari mobil untuk menyerahkan kuncinya kepada pegawai yang menghampirinya. Selesai berbasa-basi akrab karena mengenal orang itu, dia berjalan menuju ruang tunggu diikuti Asahi di belakangnya.
"Tempat ini selalu ramai setiap kali kita datang." Asahi agak berteriak ketika berbicara, suaranya kalah oleh suara berisik mesin.
"Pelayanan mereka bagus, Asahi. Sekalipun mahal biaya jasanya, orang yang paham kualitas akan tetap datang."
Asahi hanya mengangguk-angguk mengerti.
Keduanya duduk bersisian sambil mengamati cara kerja pegawai yang sigap kesana-kemari.
Bengkel ini termasuk top tier di kalangan pengemudi. Bahkan dalam beberapa kesempatan, perlu melakukan reservasi terlebih dahulu untuk mendapatkan slot layanan bengkel. Beruntung hari ini Jihoon hanya akan mencuci mobilnya jadi dia bisa langsung mendapatkan tempat. Selain itu, orang dalam adalah kunci. Pemilik tempat ini merupakan kenalan dekat Ayahnya. Otomatis Jihoon punya jalan khusus untuk diprioritaskan.
"Apa kau sudah memberi kabar kalau kita akan datang?" Tanya Jihoon membuka obrolan.
Asahi menunjukkan layar ponsel yang sedang dibukanya, "Anak itu belum membalas pesanku dari semalam. Sudahlah, kita datang saja. Lagipula dia tak akan kemana-mana dengan tubuh lemas begitu."
Tangan Jihoon menyisir rambutnya ke belakang sebelum menimpali. "Ini pertama kalinya aku mendapati dia sakit sampai tak bisa beranjak dari tempat tidur." Katanya yang langsung diiyakan oleh Asahi.
"Wajar saja, dia nyaris tak menyentuh apapun dan terus belajar untuk persiapan ujian. Beruntung dia tidak tumbang di kelas." Asahi melipat kedua tangannya di dada. Pikirannya kembali mengingat saat dimana Jaehyuk menolak semua makanan yang Jihoon dan Asahi belikan supaya laki-laki itu mau makan. Dan ketika mereka mengomelinya karena tak kunjung beristirahat.
Sepertinya Jihoon juga memikirkan hal yang sama. Namun sebenarnya Jihoon juga menangkap sesuatu yang agak janggal dari sahabatnya itu. "Tapi, menurutku selain karena ujian, ada hal lain yang mengganggu pikirannya. Dia terlihat kurang bersemangat, banyak diam dan kadang terpergok sedang melamun. Apa mungkin dia pernah memberitahumu kalau dia sedang ada masalah?"
Bahu Asahi terangkat sebagai respon. "Aku kurang tau. Kita berdua paham betul dia tak pernah mau menunjukkan kalau dia sedang kesusahan."
Jihoon berdecak. "Kau benar. Jaehyuk punya banyak rahasia." Ungkapnya agak putus asa.
Saat nama Jaehyuk disebut, meskipun sebenarnya tak terlalu terdengar karena bising, seseorang sempat terkesiap. Nama itu membuat perhatiannya teralih. Efeknya seperti memberi kejut listrik yang membangunkan seluruh syaraf di tubuhnya.
Jeongwoo sedang berdiri di belakang meja kasir yang berada tak jauh dari tempat Asahi dan Jihoon duduk. Matanya yang tadi fokus pada monitor kini melirik ke arah dua orang itu. Jeongwoo secara tak sadar memasang telinganya untuk menguping pembicaraan.
Dua minggu sudah berlalu. Bagi pasangan semalam yang hanya bertemu sekali untuk meluapkan napsu, tak ada untungnya mengingat-ingat. Kesenangan sesaat, apa yang diharapkan? Namun bagi Jeongwoo, kasus ini entah kenapa berbeda. Bertemu dan melakukan hubungan seksual tanpa sengaja dengan Jaehyuk malam itu berhasil menyentuh emosinya. Bayangan kejadian yang terjadi sepanjang malam juga di hari esoknya terekam jelas di memori Jeongwoo.
Ada rasa rindu yang menelusup di dalam rongga dada Jeongwoo. Rindu menggebu yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Keinginan untuk bertemu lagi dengan laki-laki itu tanpa melibatkan napsu. Sekedar untuk melihat matanya yang berbinar seperti anak anjing.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Lucky Find | a Jeongjae Fanfic
FanfictionGlad it's you out of that fucking 8 billion people bxb fiction! not relate to face claim real life mature