Jaehyuk meringis menahan sakit.
Seumur hidupnya, ini pertama kali dia merasakan lambungnya serasa dikoyak. Tubuhnya meliuk di atas ranjang ruang gawat darurat. Sebelah tangannya memegang perut dan sebelahnya lagi mencengekram tangan kakak laki-lakinya, menyalurkan rasa sakit.
"Sebenarnya aku tak ingin mengomelimu, tapi sepertinya sekali-kali kau perlu dimarahi." Jungmin menatap adik bungsunya dengan tajam. Tak memperdulikan Jaehyuk yang memasang wajah memelas minta dikasihani.
"Hyung..." Ratap Jaehyuk merana.
Kakak laki-laki nomor duanya itu hanya meliriknya sekilas sebelum melepaskan cengkeraman Jaehyuk dari tangannya.
"Aku akan mencari Paman Kim dulu. Doyoung bilang dia habis ada jadwal operasi. Kau tunggulah di sini, jangan kemana-mana. Nanti ada perawat yang akan memberimu obat."
Meskipun Jaehyuk merengek tak mau ditinggal, Jungmin tetap berjalan keluar dari ruang gawat darurat, menghampiri paman mereka di ruang kerjanya. Biarlah Jaehyuk sendirian menanggung sakitnya. Bukan karena Jungmin tak peduli. Dia hanya ingin memberi pelajaran sedikit untuk adiknya yang suka seenaknya itu.
Jadi, bagaimana Jaehyuk bisa berakhir berbaring kesakitan di ranjang ruang gawat darurat?
Sepeninggalan Asahi dan Jihoon sore tadi, entah kenapa Jaehyuk rasanya ingin sekali makan makanan yang pedas. Dia mengide menghubungi layanan pesan antar gerai ayam goreng ekstra pedas yang biasa dia dan temannya nikmati saat sedang stres karena tugas. Melupakan fakta kalau kondisi tubuhnya yang sedang tidak sehat, Jaehyuk memesan varian paling pedas.
Pada potongan pertama, kedua dan ketiga, dia masih bisa tertawa saat menonton video lucu yang diputar di ponselnya. Sampai ketika dia akan menghabiskan potongan keempat, tiba-tiba saja perutnya terasa melilit. Lupakan ayam goreng yang bahkan belum sempurna dikunyahnya itu. Dia sudah jatuh tertelungkup di lantai granit ruang makan, mengerang kesakitan.
Beruntung saat itu kakak keduanya melihat dan langsung membawanya ke rumah sakit. Tentu saja setelah drama penuh kekhawatiran yang memenuhi rumah megah keluarga Yoon. Si bungsu memang pandai membuat panik sejak kecil.
"Hyung..." Lirih Jaehyuk saat kakaknya sudah tak kelihatan.
Tangan masih setia memegangi perutnya dan rintihan terus terdengar. Jaehyuk hanya fokus pada rasa sakit yang terus mendera dan rasa kesal karena kakak laki-lakinya lebih memilih pergi menemui paman mereka. Padahal Jaehyuk sedang butuh ditemani.
Menjengkelkan sekali.
Jaehyuk sudah memikirkan balasan yang akan diterima oleh kakak laki-lakinya itu kalau dia sudah sehat. Tunggu saja.
Sampai,
"Jaehyuk?"
Suara itu membuat jantung Jaehyuk berdetak dengan kencang. Matanya membuka lebar untuk melihat ke sumber suara. Lalu sosok yang dia kenal tertangkap di retinanya.
"Jeongwoo?"
Itu Jeongwoo. Berdiri di balik tirai penyekat dengan pandangan melekat padanya. Jaehyuk terlonjak dari tidurnya untuk memastikan kalau matanya tak salah melihat. Dan itu benar Jeongwoo.
Mereka tak pernah bertemu lagi setelah hari itu dan kebetulan macam apa sekarang yang berani mempertemukan mereka di saat Jaehyuk sedang kelihatan kacau. Tidak hanya dirinya, Jeongwoo juga terlihat tidak dalam keadaan baik. Apa yang laki-laki itu lakukan di ruang gawat darurat di jam seperti ini dengan tangan kanan di gips.
"Oh, astaga!" Jaehyuk berseru tak payah memikirkan orang lain di ruangan itu merasa terganggu. "Kenapa tanganmu di gips?" Dia sudah berdiri tegap memindai balutan perban di pundak Jeongwoo. Sepertinya lupa kalau beberapa saat lalu dia meringis kesakitan.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Lucky Find | a Jeongjae Fanfic
FanficGlad it's you out of that fucking 8 billion people bxb fiction! not relate to face claim real life mature