(05)

1.5K 130 14
                                    

Langit-langit kamar yang dicat warna putih gading itu menjadi objek yang Jaehyuk tatap saat ini.

Dia berbaring terlentang di atas kasur empuknya seperti bintang laut. Keningnya berkerut dengan bibir mengerucut. Sebuah tanda bahwa sel-sel otaknya sedang bekerja dengan maksimal. Dia menepuk-nepuk permukaan sprei dengan gelisah. Tak lupa menghela napas panjang.

Dia sedang bingung. Pikirannya dari sejak membuka mata hanya berputar-putar pada satu nama; Jeongwoo.

Jaehyuk ingin tau, sihir jenis apa sebenarnya yang Jeongwoo gunakan padanya sehingga dia merasakan ikatan yang kuat pada laki-laki itu? Seolah Jaehyuk ingin selalu melihat wajahnya, mendengarnya berbicara dan berada di sisinya. Padahal kalau dihitung, mereka baru bertemu dua kali. Dalam situasi yang serba apa adanya pula. Tapi kenapa nama Jeongwoo seakan selalu terhela di setiap napasnya?

Kenapa rasa nyaman mudah sekali dirasakannya saat bersama laki-laki itu? Kenapa pula Jeongwoo seperti membiarkan Jaehyuk melakukan apa yang dia mau? Kenapa Jeongwoo tak pernah ragu menyentuhnya, memberikan gestur seolah mereka sudah terlalu akrab untuk saling berkontak fisik satu sama lain?

Tentu saja Jaehyuk sangat penasaran. Sebelumnya dia tidak pernah merasa begitu tertambat kepada seseorang yang notabenenya hanya sekedar orang asing baginya. Bahkan dengan mantan pacarnya saja, Jaehyuk butuh waktu berbulan-bulan untuk pendekatan sampai akhirnya memutuskan untuk berkencan.

Ah, terserahlah.

Jaehyuk pusing. Berpikir ternyata tetap tak menghasilkan kesimpulan apapun. Jaehyuk tak akan banyak menggunakan otaknya untuk hal seperti ini. Dia akan membiarkan dirinya melakukan apapun yang dia inginkan. Terkadang hati dan pikiran memang tak perlu sejalan, bukan?

Jaehyuk bangun dari posisi berbaringnya lalu berjalan keluar kamar menuju halaman belakang rumah. Dia sudah memutuskan untuk kembali mendatangi Jeongwoo. Namun sebelum itu dia butuh sedikit informasi.

"Hyung, makanan apa yang bagus untuk orang yang sedang pemulihan patah tulang?"

Joohyun mengernyit dari balik kacamata bacanya. Dia sedang berjemur di pinggir kolam renang sambil membaca berita di tablet untuk mengisi hari libur saat tiba-tiba Jaehyuk muncul. Adik bungsunya itu duduk di kursi berjemur di sebelahnya, berpakaian rapi dan harum. Padahal biasanya kalau di hari libur dia hanya akan berkeliaran dengan kaus dan celana pendek yang dipakainya untuk tidur. Tidak mandi sebelum tengah hari.

"Siapa yang patah tulang?" Joohyun bertanya tanpa mengalihkan tatapan dari tablet.

"Temanku."

"Apa yang terjadi pada Jihoon sampai bisa patah tulang?" Tanya Joohyun heran. Bukankah Jihoon cukup kuat? Dia bahkan bisa mematahkan sumpit hanya dengan memegangnya.

"Bukan Jihoon." Geleng Jaehyuk. "Temanku yang lain."

"Asahi?" Bisa jadi. Anak itu memang terlihat lebih lemah. Disenggol sedikit dia mungkin akan terpelanting.

Jaehyuk berdecak. "Bukan, Hyung. Bukan mereka berdua."

Kening Joohyun berkerut lagi. Dia mendongak untuk melihat ke arah Jaehyuk dengan tatapan menyelidik. "Siapa temanmu selain Asahi dan Jihoon?"

"Ada seseorang yang baru-baru ini kukenal." Jaehyuk ragu bercerita kepada kakak tertuanya itu tentang Jeongwoo. Dia malas menjelaskan karena pasti Joohyun akan merentetinya dengan banyak pertanyaan. Dibandingkan dengan Jungmin, dia memang lebih kaku.

Joohyun menyipitkan matanya, "Pacarmu?"

"Bukan!" Seru Jaehyuk. Dengan cepat dia menyilangkan kedua tangannya di depan wajah. Raut wajahnya menjadi panik. "Hanya teman." Cicitnya. Hanya teman, dia mengulang dia dalam hati.

A Lucky Find | a Jeongjae FanficTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang