"Je, kapan lu mau meriksa tuh kertas," omong Toni pada lembaran kertas yang menumpuk di meja Jeriel
Kertas tersebut bertumpuk banyak, Haksa benar-benar memberikan semua kertas hasil ulangannya dari bahkan dari sekolah nya dahulu
Jeriel diam bahkan enggan menatap tumpukan kertas tersebut, jika bisa dirinya ingin membuangnya, sedikit menyesali ucapannya tempo hari
"Nanti aja," acuhnya kembali memainkan game
Toni mengangkat alisnya, ia berbalik menatap Angga yang baru sampai, "Tumben masuk kelas,"
"Harusnya gua yang bilang gitu," sentilnya pada dahi Toni, "Si Raden mana?" Toni melihat sekelilingnya, "Gaada tuh, ngapain nyari si Raden?"
Angga menggeleng, "Tumben aja belom ada, biasanya paling pagi dateng walah ujung ujungnya ngikut bolos,"
"Tuh, panjang kaki- aduh!" Raden menendang punggung Toni keras, "Sembarangan!"
"Mentang-mentang gua pendek," seru Raden kesal dengan tatapan sinis kearah Toni. Dirinya langsung duduk di sebelah Jeriel
"Loh kan pen-"
"Diem kagak?" Bukan Raden yang menyela tetapi Angga, kupingnya terganggu gara-gara mulut Toni yang tidak berenti berbicara. Pantas saja Jeriel mengabaikannya dan memilih memainkan game
Raden menatap sekelilingnya, hari menuju siang tetapi bel belum berbunyi, padahal hari ini dirinya memutuskan untuk masuk kelas tidak ikut pada tiga teman sesatnya
Matanya menatap kearah meja dengan tumpukan kertas yang dirinya kenali beberapa hari lalu, "Masih ada tu kertas?"
"Seenggaknya di lihat doang walau nggak di cek, hargain usaha orang," lontar Raden
Toni setuju, ia mengangguk sembari mengangkat alisnya, "Tuh dengerin,"
"Iya nanti," sahut Jeriel yang fokus pada gamenya, "Nanti-nanti, gua lihat tu kertas udah 3 hari di meja lu, kemarin juga gua lihat tu bocah bolak balik terus tiap jam istirahat nungguin lu," tambah Angga
"Siapa si namanya tu bocah?" Tanya Toni, Jeriel menggeleng ia tidak mengetahuinya, lebih tepatnya lupa
Dirinya serasa melihat nametag lelaki tersebut saat pertama kali mereka bertemu tetapi bagaikan di sapu angin namanya hilang begitu saja dalam ingatannya
"Lu, gatau?!" Kaget Toni, "Bro, yang bener aja?"
"Kagak, lagian buat apa diinget, gua cuman perlu ngajarin doang ngapain harus tau namanya," jawab Jeriel
Toni menggeleng tak percaya, Angga hanya menghela nafas, bingung dengan perilaku temannya
"Btw, tu bocah mirip banget sama 'dia' iya ga?" Lontar Raden tiba-tiba, membuat Angga dan Toni diam seribu bahasa
"Iya, ga?"
"Diem lu," Jeriel menatap sebentar tumpukan kertas tersebut kemudian meletakkan hpnya asal dan pergi dari sana meninggalkan ketiganya, "Ah, lu si Den!"
"Kok gua?" Sahut Raden tak terima, tanpa membicarakan hal lain lagi mereka segera bangkit dan mengejar Jeriel yang ntah pergi ke mana
Haksa mengintip kelas Jeriel namun nihil, Jeriel kembali tidak ada hari ini, lenguhan kecewa terdengar begitu jelas membuat Riri yang menunggunya di depan kelas menyadari hal tersebut
"Dia gaada lagi?" Tanya Riri yang di angguki Haksa dengan lesu, ini sudah hari ke tiga dan Jeriel masih belum menanggapinya, malah bocah tersebut hilang setelah jam istirahat
KAMU SEDANG MEMBACA
One More Chance || Hajeongwoo
Cerita Pendek."Gua pengen mati," _ . "Gua takut mati," _ .Jeriel lebih memilih berjalan menuju kematian daripada menghargai setiap detik dalam hidupnya seperti Haksa .Sebelum Haksa datang meminta Jeriel untuk mengajarinya tentang beberapa pelajaran. Mereka hanya...