Juan & Jihan

373 27 6
                                    


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Jihan!" terdengar suara teriakan seorang perempuan bertubuh mungil dengan setelan kebaya warna black gold yang membalut tubuhnya yang cantik itu ke arah Jihan yang baru saja keluar dari Auditorium dengan sedikit berlari kecil.

Terkekeh sejenak, sebelum akhirnya Jihan merentangkan kedua tangannya, menyambut sahabatnya untuk saling berpelukan.

"Happy graduation ya, Ji!" ucapnya lirih yang teredam di dalam pelukan. "Omg, gue bakalan kangen lo sih nantinya," lanjutnya dengan nada yang dibuat sedih dan mimik wajah nelangsa.

"Ya elah, kan kita masih bisa ketemuan lagi abis ini, Jean!" mendengus kesal dengan sedikit menjitak kepala sahabatnya yang bernama Jean itu setelah ia merenggangkan pelukannya. "Kecuali lo yang emang udah nggak mau ketemu sama gue lagi sih."

"Sakit anjir!" Mengaduh kesakitan, perempuan itu berdecak kecil, "ya, maksud gue tuh kita nggak bakal sesering dulu Jihan buat ketemuan! Awas aja ya kalau lo sok sibuk nanti kalau udah dapet kerjaan!" itu bukan sebuah perintah, namun terdengar seperti ancaman di rungu Jihan.

Menggeleng gemas, Jihan tak kuasa untuk tidak mencubit pipi chubby sahabatnya itu dengan kedua tangannya. "Iya, iya, bawel lu! Udah yuk, mending kita nge-bakso Mang Ujang yuk, Jen?"

Mengangguk setuju, Jean yang merasa lapar pun akhirnya mengikuti langkah Jihan ke luar Auditorium.

Duduk berhadapan dengan menunggu pesanan dua porsi bakso urat dan telur puyuh kesukaan mereka berdua, kini baik Jean dan juga Jihan tengah sibuk melipat jubah serta toga kelulusannya ke kursi samping tempat mereka duduk.

"Jadi, gimana? Lo udah tahu habis ini mau ke mana, Ji?"

Jihan mendengus kecil, sebenarnya pertanyaan seperti itu sudah sering kali ia dapatkan ketika dirinya menempuh semester akhir. Sejujurnya, Jihan pun juga sedikit bingung akan ia apakan ijazah Sarjana Psikologi nya ini.

"Jujur, gue juga masih belum tahu sih, Jen," helanya kecil sembari mencampurkan sambal serta kecap ke dalam mangkok baksonya yang sudah datang beberapa menit yang lalu. "Gue bingung. Ntar deh, gue pikir sambil jalan."

Mengangguk kan kepalanya kecil, Jean juga akhirnya ikut menyantap seporsi bakso di hadapannya dengan hikmat.

"Kemarin sih ada temen kakak gue yang keterima kerja di Agency gitu, Ji. Nanti coba gue tanyain deh ke doi," sahutnya lagi setelah perempuan itu mengunyah satu potong bakso ke dalam mulutnya.

"Okay! Thanks ya, Jen!"

"Sama-sama," balas Jean dengan ikut tersenyum. "Eh, atau lo mau kerja di Perusahaan Papa gue aja Ji? Sekalian nemenin gue gitu?"

Ah ya, Jihan hampir lupa jika sahabatnya ini adalah salah satu putri konglomerat Indonesia. Ya, mungkin Jean tidak akan sepusing dirinya yang bingung mau ngapain setelah ini. Berbeda sekali dengan dirinya yang masih harus luntang-lantung kesana kemari untuk mencari pekerjaan.

Love Me GoodbyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang