I

98 10 25
                                    

Jatuh cinta bukanlah sebuah aib ataupun kelemahan, semua orang layak dan berhak mendapatkannya. Namun di dunia yang kacau ini, cinta bisa jadi penghalang atas langkahmu yang harus terus maju itu walaupun kau sambil tertatih.

Dua insan yang terus bersama sejak awal keduanya tiba di dunia ini, pelan-pelan perasaan di antara keduanya pun tumbuh. Mereka tahu bahwa itu adalah hal yang salah, jatuh cinta adalah sebuah kesalahan di dunia ini.

Jangan biarkan semesta tahu tentang mereka, sebab ia akan segera memisahkan keduanya dengan paksa. Tidak perlu ada yang tahu bahwa mereka saling mencintai, sebab ia adalah tindakan yang diberikan dan bukan hanya sebatas perkataan.

Pemuda itu tersenyum tipis sembari mengelus helaian rambut berwarna coklat milik pria yang tengah tidur dengan posisi kepalanya diletakkan di atas pahanya, ia tahu benar bahwa pria itu masih terpuruk atas keruntuhan Asgard.

Tidak setiap hari mereka seperti ini, namun tidak ada satupun dari mereka juga yang mempermasalahkan tentang hal tersebut. Jiwa mereka telah bertaut sempurna, lebih dari apapun yang ada di dunia ini.

Tidak ada ucapan manis yang terlontar dari mulut mereka satu sama lain ataupun ciuman dan pelukan hangat sebelum tidur layaknya sepasang kekasih pada umumnya, namun sosok mereka selalu ada untuk satu sama lain dalam suka maupun duka.

Rasa bangga turut menyelimuti hatinya setiap kali dirinya melihat pria manis itu, tentu saja dirinya lebih mengenal pria itu dibandingkan dengan seluruh orang yang ada di dunia ini. Keduanya menjadi budak saat pertama kali bertemu di Valhalla, membuat keduanya sering kali melakukan sesuatu bersama-sama.

Lain halnya dengan Edib yang walaupun dirinya berstatus sama seperti mereka, ia tidak pernah benar-benar menjadi seorang budak. Noya yang notabenenya adalah tuan mereka, justru bisa dikatakan cukup menyayangi Edib.

Tiba-tiba tubuh pria itu bergerak, menandakan bahwa dirinya sudah bangun. Dirinya pun tersenyum ketika pria itu kini berpindah posisi menjadi duduk. "Selamat pagi, Man. Bagaimana tidurmu?"

Pria itu pun berdecak. "Kau buta waktu? Ini sudah sore, bodoh." Dirinya kemudian menatap malas ke arah tongkat pancing yang bahkan sudah dipegang oleh pemuda itu sebelum ia datang ke rumahnya. "Hei Megi ... sudah berapa lama kau memancing? Sudahlah dulu ... memangnya kau tidak merasa lapar?"

Megi pun terkekeh sebelum menarik kembali tali pancingannya dan menyimpan tongkat pancingnya di sebelahnya, kemudian dirinya pun merangkul bahu pria itu. "Kau sendiri mau makan apa?"

Tiba-tiba pria itu bangkit dari duduknya dan segera mengecek satu persatu peti yang ada di rumah pemuda itu. "Kau ada bahan makanan apa? Aku sedang ingin memasak."

Pemuda itu pun nampak berpikir untuk mengingat bahan makanan apa saja yang ia punya. "Selain ikan, sepertinya tidak ada lagi."

"Dasar anak muda."

Pemuda itu tertawa, kemudian dirinya pun menyeringai jahil. "Akhirnya kau mengaku juga bahwa kau sudah tua."

"Sialan kau, aku belum setua itu!"

Megi sendiri memilih untuk duduk dan memperhatikan gerak-gerik pria itu, entah apa yang sedang ia persiapkan dirinya memilih untuk bungkam. Memang hubungan mereka dapat terhitung baru, namun ikatan mereka sudah terbentuk sejak awal mereka bertemu.

"Kau jangan memancing terus, lama-lama kau menjadi seperti Maji," gerutu Kirman tiba-tiba, namun Megi dapat merasakan perubahan intonasi dari pria itu.

Ia tahu bahwa Kirman masih merasa amat bersalah sebab kehancuran Asgard, tentu sebagai ketua dirinya merasa gagal akan hal itu. Dirinya sendiri pun tidak jauh beda, ia merasa bahwa kemanapun dirinya pergi akan membawa kesialan bagi orang yang berada di sekitarnya.

Ah, bisa jadi dirinyalah yang menjadi penyebab kehancuran Asgard. Andaikan dirinya tidak ada di sini, mungkin saja kemegahan itu tidak akan pernah luntur dari nama Asgard.

"Kau murung lagi."

Megi menoleh dan tersenyum miring. "Bukankah saat ini kau juga sama murungnya dengan diriku, Pak Ketua?"

"Percayalah, aku akan mengembalikan posisi sialan ini kepada Kaguwir. Dirinya lebih layak untuk memimpin Asgard dibandingkan dengan diriku," balasnya sambil menghidangkan sepiring ikan panggang di hadapan pemuda itu. "Aku bahkan menghancurkan Asgard di hari pertamaku menjabat, pemimpin macam apa diriku ini?"

Kemarin adalah hari Kiamat yang diberikan oleh Ragnarok sekaligus hari pengkhianatan Maji pada Asgard, yang mana membuat keadaan mereka benar-benar terpuruk sebab harus kehilangan salah satu tiang penyangga mereka.

Rumah Megi dan Kirman bisa dikatakan selamat dari peledakan yang dilakukan oleh Ragnarok sebelum mereka pergi, walaupun terdapat sedikit kerusakan pada dindingnya. Begitu pula dengan rumah yang kini telah ditinggalkan oleh Maji, rumah kayu tersebut kini telah diambil alih oleh Diablo yang rumahnya telah rata sebab peledakan itu.

Kastil Asgard memang masih berdiri kokoh, namun tidak ada lagi kemegahan dan kejayaan yang selama ini membayanginya. Ia kini hanyalah sebuah bangunan tinggi yang diselimuti oleh salju, hilang sudah semua kehangatan itu.

Megi pun tersenyum tipis sebelum mengambil sepotong daging ikan yang telah dihidangkan tersebut dan kemudian menyodorkannya ke depan mulut Kirman. "Ayo buka mulutmu."

Kirman pun menatapnya aneh. "Hei, kau pikir aku anak kecil sehingga harus kau suapi?" Namun setelah mengatakan itu, dirinya tetap memakan potongan yang diberikan oleh pemuda itu.

"Dasar aneh, padahal tadi kau menggerutu," ledek Megi, Kirman hanya berdecak sebagai balasan sebelum mengalihkan pandangannya.

"Ini semua masih terasa aneh, kau tahu?" ujar Kirman, wajahnya terlihat merona. "Aku tahu kita selalu bersama sejak dulu, namun saat menyadari kini kita memiliki hubungan ...."

Megi pun terkekeh, dirinya juga merasakan hal yang sama dengan pria itu. "Aku tahu, Man. Jujur saja, aku merasa cukup terkejut kau mau menerimaku."

"Aku tidak mau kehilangan dirimu." Setelah mengatakan itu, Kirman pun berdiri dan segera melangkah ke pintu. "Aku akan berkeliling Asgard."

Tanpa menoleh sedikitpun, Kirman segera pergi meninggalkan pemuda itu. Megi hanya terkekeh melihat tingkah laku Kirman yang menurutnya cukup menggemaskan itu.

"Ah, beruntung sekali diriku."

T.   B.   C.

=======================================

So don't forget to vote, spam comments, follow, and share if you like this story!

KLANDESTINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang