15. Can I? Pt. II

26 3 5
                                    

Harley mengetuk pelan permukaan pintu kamar Paris, ia mendapat kabar dari Gemini dan Sydney mengenai wanita Bae tersebut bahwa sejak pagi hingga jam kerjanya berakhir, Paris sama sekali belum makan.

"Aku menawarinya beberapa makanan. Namun, responnya hanya diam saja bahkan ia menutup pintu dengan sangat keras," ucap Sydney pada Harley yang masih mengetuk permukaan pintu kamar Paris.

Gemini mengangguk setuju dengan pernyataan Sydney. "Benar. Mungkin Paris sedang datang bulan atau ada masalah. Jujur aku tidak peduli tapi setidaknya ia harus menjawab bukan mengabaikan pertanyaan Sydney."

Paris yang berada di dalam merasa sangat terganggu oleh suara ketukan pintu yang semakin nyaring dan hal tersevut mengganggu ketenangannya. Ia menutup telinga dengan bantal guna meredam suara ketukan pintu tersebut.

Suara ketukan pintu tersenyum semakin nyaring. Paris melemparkan bantal dan bangkit dari tempat tidur. Dengan kasar tangan kanannya membuka kunci kamarnya dan saat ia membuka pintu bersamaan dengan Harley yang mendorong pintu tersebut.

Tanpa mengeluarkan satu kata, Harley meraih pergelangan tangan Paris untuk ia genggam dengan erat. Paris menghela napas kepasrahan kala Harley membawanya pergi menggunakan mobil mewahnya. Keheningan yang menyelimuti mereka membuat Harley memutar musik—mengisi udara dengan dentuman melodi yang menenangkan.

Paris by The Chainsmokers.

Paris masih setia membungkam bibirnya—diam, memilih untuk menikmati pemandangan malam yang berjalan dengan tenang melalui jendela mobil. Langit gelap diterangi oleh cahaya ribuan bintang menciptakan atmosfer yang tenang dan penuh pesona disekitarnya.

Terdengar suara dehem kecil dari dalam tenggorokan Harley, membuat Paris menghela napas panjang dan masih tidak ingin menatap pribadi Harley. "Aku sangat kesal."

"Ada apa, Paris?" tanya Harley dengan tulus.

Sebelum Paris menjawab pertanyaannya, terlebih dahulu Harley tertawa kecil. Ia menatap Paris yang kini tengah menatapnya juga—menelisik jauh ke dalam netra wanita itu yang dipenuhi oleh amarah, kesal, dan kekecewaan yang menjadi satu.

"Aku kesal karena saat Summer sedih atau mengalami berbagai cobaan yang ia coba ia selalu bisa bersandar padaku, menangis seperti anak kecil. Namun, saat aku berada dititik terendah apalagi saat aku begitu sensitif dengan lingkungan sekitar, tidak ada yang bisa aku lakukan selain membenci diriku sendiri." Paris mengutarakan apa yang menjadi sumber masalahnya sehingga ia tidak ingin makan dari pagi hingga saat ini.

Kini giliran Harley yang menghela napas—turut merasakan apa yang dirasakan oleh Paris. Ia melihat wanita itu dengan tatapan sendu, Paris terlalu muda untuk merasakan semua ini.

"Tuan Harley, kau sayang padaku?"

Sontak Harley mengedipkan sebelah kelopak matanya pada Paris yang sedari tadi menatapnya dengan datar. "Katakan, kau ingin apa dan aku akan mengabulkannya."

"Aku tidak punya teman cerita. Semua temanku menceritakan kesedihannya padaku dan itu membuatku tidak enak ingin cerita pada mereka. Jadi aku ingin cerita padamu, tuan Harley." Paris menepuk bahu kanan Harley dan ia dapat pria itu mengangguk setuju untuk mendengarkan semua cerita Paris.

"Menjadi ketua tim itu tidak mudah ... ," ucap Paris sembari jari telunjuknya menyentuh dashboard mobil Harley. "Orang-orang itu membuat rumor dan langsung mempercayainya, padahal aku sudah berusaha sebaik mungkin untuk menjadi seorang ketua tim."

Dipenuhi oleh rasa penasaran yang tinggi membuat Harley mengajukan pertanyaan. "Rumor apa itu?"

"Bahwa aku wanita simpanan pemilik perusahaan IT Sinyeom. Mereka heran kenapa aku tidak pernah dapat surat evaluasi kerja padahal aku sering meninggalkan kantor pada jam kerja bahkan tidak kembali, terkadang." Paris menatap Harley yang kini masih diam setelah ia memberitahu rumor tersebut.

Your Favorite VillainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang