"Huh! Seharusnya semalam kita habiskan saja mereka!" Blaze merutuk kesal karena masih belum puas bermain semalam.
"Eh! Jangan gegabah Blaze, energi kita di habiskan karena para lanun itu yang tiada habisnya. Kalau kita lanjutkan, kita pasti akan kalah" Ucap Thorn.
Blaze mendengus kesal, namun kekesalan nya itu berganti menjadi senang melihat sesosok pemuda yang memakai sweater tebal di kantin.
"Icy yuhuu~" Nada bicara Blaze berubah 180° ketika memanggil Ice, membuat Thorn dan ada Fang juga menatapnya kesal.
"Huh?" Ice terbangun ketika ada yang memanggil nya, ketika ia menoleh matanya langsung melotot melihat siapa yang menghampiri nya.
Ice langsung sembunyi di bawah meja untuk menghindari Blaze.
"Eh kenapa kau sembunyi ni, Ice?" Heran Taufan.
"Haish, itu si kompor nyariin aku lah! Aku tak nak ketemu sama dia!"
Solar dan Taufan saling tatap, lalu mereka menyeringai.
"Kak Blaze, ini Ice lagi ngumpet di bawah meja nih~" Taufan berteriak sambil menunjuk ke arah bawa meja kantin, sedangkan Solar merekam video.
"Hoy! ember betul lah mulut kau ni!" Teriak Ice dengan kesal.
"Hai sayang, ngapain di sini?" Blaze tiba-tiba muncul di sebelah Ice.
"HUWA!"
Ice terlonjak kaget dia reflek ingin berdiri, lupa kalau dia sedang berada di bawah meja dan nyaris saja kepalanya terbentur meja jika Blaze tidak melindungi kepala Ice dengan tangan nya.
"Eh hati-hati, kalau kamu benjol terus lupa ingatan gimana nasib aku?" Ucap Blaze dengan dramatis.
Wajah Ice memerah antara kesal dan malu, ia keluar dari bawah meja itu dan langsung pergi ke belakang punggung Solar yang lagi liat-liat video yang baru saja ia rekam.
"Tolong aku"
"Gak mau"
"......"
Gempa menggelengkan kepalanya melihat tingkah dari mereka, dia melihat Blaze yang lagi deketin Ice dengan seringai nakalnya.
"Hehe Icy ayo kencan ama Blaze~" Rayu si kompor.
"Gak mau! sana ih!" Ice menggunakan tubuh Solar sebagai tameng, dia menggeser-geser badan Solar demi melindungi dirinya sendiri dari kompor gas.
"Hoy hoy! pening lah pala ku!" Protes Solar yang badan nya di geser-geser oleh Ice.
Taufan menatap mereka dengan malas, dia menoleh ke samping nya dan....
"Hi adik manis!" Sapa Thorn yang memang daritadi di samping Taufan.
"WAA?!" Taufan kaget, dia hampir jatuh dari bangkunya tapi sebuah tangan besar menahan pinggang kecilnya dan langsung menariknya kembali ke bangku.
"M-makasih Kak Thorn" Ucap Taufan dengan pipi merona.
"Ini bukan salah Ufan, ini salah Thorn gara-gara udah ngagetin Ufan. Maafin Thorn ya, Ufan~" Thorn memohon dengan muka memelas dan mata yang sangat menggemaskan, membuat Taufan jantungan.
"E-eh...i-iya" Taufan membuang muka melihat wajah menggemaskan Thorn dan juga mendengar nama panggilan dari sang alpha bermanik emerald.
Gempa kembali menggelengkan kepalanya, lalu ia merasakan kepalanya di elus oleh seseorang dan ketika ia mendongak ternyata itu adalah alphanya, Fang.
"Gak ke kelas?" Tanya Fang dengan lembut.
Gempa menggelengkan kepalanya, "Enggak, masih lama"
Fang mengangguk mengerti, dia duduk di samping Gempa sambil bermesra-mesraan dengan nya.
Solar mendengus kesal, dia sudah bebas dari Ice karena si kutub itu kabur untuk menghindari Blaze, eh sekarang dia di suguhkan dengan suasana romantis dari teman dan kakak tingkatnya.
'Kapan aku punya pacar?' Batin nya.
Solar bangkit dari duduknya dan pergi darisana, untung saja makanan nya sempat ia habiskan.
Omega itu melihat jam di handphonenya dan masih tersisa 30 menit lagi untuk masuk kelas.
Sibuk menatap handphone nya, Solar tak sengaja menabrak punggung seseorang.
"Eh aduh maaf! aku terlalu fokus dengan handpho-eh?" Solar tekejut melihat orang yang tidak sengaja ia tabrak.
"Kamu....kakak tingkat yang waktu itu nolongin aku kan?" Tanya nya dengan nada penasaran.
Orang itu mengangguk kecil, dia menunduk melihat bagaimana Solar mendongak menatap manik ruby nya.
"Kalo boleh tau nama kakak siapa ya? aku belum sempat nanya loh"
"Halilintar"
Solar kicep mendengar suara yang dingin dan datar itu, membuat bulu kuduknya merinding.
"A-ah oke, aku Solar salam kenal Kak Hali dan makasih udah menolongku saat tersesat di gedung ini"
Halilintar terdiam, namun matanya tetap menatap sosok omega yang tingginya hanya sedada nya saja.
Solar yang di tatap begitu langsung gugup, "Anu aku pergi dulu ya kak! Dadah"
Dia berlari melewati Halilintar yang setia menatap dirinya yang mulai menjauh. Halilintar menutup mulutnya dengan satu tangan nya, tak di sangka ternyata wajah nya sangat memerah.
'Sial sial! Dia sangat menggemaskan!' Batin-nya dengan jantung yang sudah berdisko.
Untung saja lorong itu sepi kalau tidak, sudah pasti di jadikan bahan berita yang menghebohkan satu kampus.
Halilintar kembali menatap Solar yang sudah menghilang dari pandangan nya. Entah karena apa, gledek merah inu memilih untuk mengikuti omega itu di banding pergi ke kelasnya.
Sedangkan dengan si manis, dia sedang mencari gedung fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Dia mencoba membaca peta yang ada di beberapa sisi gedung utama itu namun tetap saja, Solar ini buta map.
'Ck sial, aku tidak bisa membaca map ini' Batin nya.
Puk
"WAAA AKU YANG PALING GANTENG!" Solar teriak kaget ketika bahunya tiba-tiba di tepuk oleh seseorang dan ketika dia menoleh ke belakang ternyata itu adalah Halilintar.
"Apa?" Dia malah bertanya dengan ekspresi datarnya, tanpa ada rasa bersalah sekalipun.
"Hufft Kak Hali ngagetin!" Kesal si manis.
Halilintar tersenyum tipis, "Iya maaf, kenapa kamu terlihat bingung?"
Solar diam sejenak, dia sedikit malu untuk memberi tau apa masalah nya kepada kakak tingkat di depan nya.
"Itu...anu.."
Halilintar menatap Solar dan juga peta wilayah kampus itu dan dia mengerti.
"Kamu jurusan apa?" Tanya nya dengan tiba-tiba.
Solar mendongak dan dia tampak berpikir, "Euh...jurusan kimia kak"
"Oh kamu cari fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam ya?" Tebakan Halilintar ternyata benar, Solar mengangguk-angguk ketika dia menayakan hal itu.
"Ya udah, aku anterin ya?" Tawarnya.
"Eh gak papa? Emang Kak Hali gak ada kelas?" Pertanyaan Solar cuma di balas dengan gelengan kepala saja.
"Ikut aku" Halilintar berjalan duluan dan di ikuti oleh Solar di belakang nya.
Tampak di sepanjang lorong banyak orang-orang yang teriak-teriak ga jelas dan menyebut nama Halilintar.
Solar mendengus kesal, seberapa populer sih kakak tingkat di depan nya ini? Jalan aja di teriakin gitu, padahal mukanya Halilintar datar kayak triplek masa banyak fans nya.
'Padahal aku lebih ganteng' Batin nya dengan kesal.
.
.
.
BERSUMBANK
KAMU SEDANG MEMBACA
He Is MINE! {HalilintarxSolar} BXB (END)
Ficción GeneralBagaimana jika si cahaya narsis akut yang di tobatkan sebagai omega manis populer di SMA nya dulu malah di pertemukan dengan alpha dominan berekspresi datar seperti triplek dan irit bicara di kampus barunya. Dan ternyata banyak kejutan ketika ia ber...