05

3.2K 215 0
                                    

[Revisi]

Happy Reading

---

"Mengapa berhenti?" Asael menatap heran kepada Zayden yang sedang duduk di kursi kemudi di sampingnya.

"Aku rasa mobil ini mogok."

"Huh?"

Zayden melepas sabuk pengaman yang melilit tubuhnya lalu beranjak menuruni mobilnya.

Asael yang tidak ingin tinggal di dalam mobil pun segera mengikuti. "Kamu bisa memeriksa mobilmu sendiri?"

Zayden yang membuka kap bagian depan mobil seraya menggelengkan kepalanya.

"Yang benar saja, lantas mengapa kamu membukanya?" Asael menggeleng tidak habis pikir dengan perilaku Zayden yang menurutnya aneh.

"Aku hanya ingin melihatnya."

"Hhh." Asael menyandarkan tubuhnya secara penuh kepada mobil Zayden. Matanya beralih fokus yang sebelumnya mengawasi gerak-gerik Zayden menjadi menelisik area sekitar mereka yang sepi.

"Hm, sebelumnya aku tidak pernah datang ke sini." Asael kembali menatap Zayden. "Kamu tau daerah sekitar sini?"

Mendengar pertanyaan Asael sontak mendongak. Dia menatap ke sekelilingnya lalu berdecak pelan. Sungguh dia juga tidak tahu daerah sekitar sini. Dimana ini?

"Oh melihat ekspresimu sepertinya aku sudah tau jawabannya." Asael memutar bola matanya jengah. "Kita tersesat, bagus!"

"Baiklah, aku akan segera menelpon bantuan--" Zayden berhenti berkata setelah merasakan ada kejanggalan ketika dia hendak mencari ponselnya di saku jas dan celana bahannya.

"Oh, kemana ponselku?" Zayden berkedip bodoh seraya merogoh setiap kantung di pakaiannya. "Astaga bodohnya, bagaimana bisa aku kehilangan ponselku?"

"Brengsek bodoh," decak Asael dengan alis berkedut kesal. "Sekarang kita harus bagaimana?"

Zayden kembali menatap Asael. "Bagaimana dengan ponselmu?"

"Ah benar!" Asael menegakkan tubuhnya dengan segera lalu merogoh sakunya untuk mengeluarkan ponsel miliknya. Omega pria itu segara menyerahkan ponselnya kepada Zayden dan menitahnya untuk menghubungi seseorang yang mungkin bisa menolong mereka.

"Ah sial, tapi benda ini juga tidak berguna, ini mati."

"Benarkah?"

Zayden mengangguk membenarkan. "Benar-benar mati dan tidak berguna," cibirnya membuat Asael merengut kesal.

"Bagus, dan disinilah kita berada sekarang."

Asael terkekeh sinis.

Zayden menutup kembali kap mobil miliknya sedikit keras. "Tidak ada pilihan lain selain menunggu orang lewat."

"Dasar gila, jalanan ini terasa asing dan sepi, aku sudah menebaknya pasti akan jarang orang melintas kemari."

"Jarang ada bukan berarti tidak ada sama sekali."

Asael mengangkat bahunya acuh. "Yah, terserahlah."

Zayden kembali menatap ke area sekitarnya.

Ini benar-benar sepi.

"Apa kamu sedang terburu-buru?" tanya Zayden kepada Asael.

"Untungnya tidak."

"Bagaimana dengan suamimu?"

"Suamiku sedang melakukan perjalanan bisnis di luar kota, tidak akan ada yang mencariku sekarang."

Zayden mengangguk mengerti mendengar itu. Alpha itu kembali terdiam.

Berada di tempat sepi hanya berdua dengan omega dan dirinya adalah seorang alpha. Terlebih lagi omega itu adalah omega yang telah dia sukai sejak lama. Bukankah ini kesempatan bagus?

Zayden menggeleng pelan untuk mengenyahkan pemikiran anehnya.

Hm, entah kenapa tiba-tiba pikirannya menjadi sedikit laknat.

Tangan Zayden reflek bergerak untuk menutupi hidungnya ketika dia tiba-tiba merasakan aroma manis mulai berhembus memasuki hidungnya.

Tunggu, Aroma ini?!

Zayden menoleh kepada Asael yang tiba-tiba mengusap dahinya yang sedikit demi sedikit mulai berkeringat seperti orang yang sedang kepanasan. Bahkan tidak hanya keringat, wajah omega pria itu perlahan mulai memerah.

"Asa..."

Belum selesai Zayden memanggil, tubuh kecil Asael sudah limbung dan hampir tumbang jika saja Zayden tidak bergerak cepat untuk mendukung tubuhnya.

"Asael?!"

"Nghh."

Zayden menegang kaku. Ditatapnya sosok Asael yang perlahan menjadi lemah dalam pelukannya. Sialan!! Asael memasuki siklus heat?!

"Zay~"

Brengsek!

Zayden tidak bisa berkutik atau menghindar ketika Asael dipelukannya mulai menduselkan wajah di bagian dadanya.

"Panashh~"

Asael berucap diiringi dengan desisan aneh yang mampu membuat darah Zayden terasa berdesir menggelikan.

"A-asael a-apakah kamu membawa obat penekanmu?" tangan Zayden yang mendekap tubuh kecil Asael mulai gemetar.

"Ti-tidakhh~"

"Asa- apa yang kamu lakukan." Zayden membulatkan matanya ketika dia tiba-tiba merasa pipinya telah ditangkup oleh kedua tangan kecil Asael.

"Zayden panas~ aku merasa gerah."

Zayden panik bukan main ketika wajah Asael mulai maju seperti ingin menciumnya.

"..." Zayden tidak bisa berkata-kata. Dia melirik area sekitarnya yang sepi untuk sejenak sebelum kembali menunduk untuk menatap wajah merah yang berada dalam jarak dekat dengannya.

Asael, dia adalah omega yang menjadi incaran Zayden sejak lama.

Zayden mencintainya seperti mau gila rasanya. Namun hanya karena ibunya tidak menyukai pilihannya, Zayden harus merelakan Asael untuk dimiliki oleh orang lain. Zayden ikhlas? Tentu saja tidak!

Rasa ingin memiliki yang belum benar-benar dapat dia tekan kini muncul kembali mendobrak pintu kewarasannya.

Gila!

Zayden merasa dia akan gila sekarang.

Hasratnya menjerit untuk segera mengklaim Asael menjadi miliknya. Namun, kewarasannya juga tidak ingin mengalah untuk terus bertahan.

Asael sudah memiliki suami, jika Zayden nekat memenuhi hasrat iblisnya sekarang maka akan terjadi masalah besar untuknya nanti.

"Zay~ tolong aku." Asael masih merengek. Aroma manisnya semakin pekat menggoda Zayden untuk membuatnya tidak bisa berpikir jernih.

Tanpa sadar Zayden juga mulai mengeluarkan aroma dominannya membalas aroma manis si omega dan mulai berbaur dengan sensual di udara.

Pelukan Zayden pada pinggang Asael mengerat. Otaknya sudah terkotori oleh nafsu bejat. Dia sudah gila!

"Zayden~ mari lakukan bersama."

Suara sialan menggoda itu berhasil memutus tali kewarasan Zayden yang terakhir. Sang alpha telah termakan bujuk rayunya dan hendak mengeklaim apa saja yang berada di depan matanya.

Tapi tepat pada saat itu,

"PENCURI TERKUTUK!"

Sebuah teriakan keras menggelegar membuat sepasang alpha dan omega yang mulai mabuk itu sedikit tersentak.

Duaghh!!

Melesat cukup cepat dan tepat.

Zayden membeku ketika merasakan kepalanya seperti ditembak oleh benda keras.

Tak!

Sebuah batu menggelinding jatuh setelah mengenai sisi kepala Zayden yang langsung melepaskan pelukan posesifnya kepada Asael dan limbung terjatuh ke atas tanah kemudian pingsan.

---
Tbc

[END] (ABO) Crazy AccidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang