10. Sosok Baru

1.8K 67 0
                                    

Hasan berbicara dengan Ayah Claudia cukup lama, sampai beberapa menit yang lalu akhirnya Hasan pulang juga. Selama Ayahnya dan Hasan mengobrol, Claudia tidak bisa mendengar apa yang mereka bicarakan tapi sepertinya hanya seputar kehidupan Hasan sekarang dan basa-basi biasa. Ayah Claudia juga sepertinya paham untuk tidak membahas tentang Claudia dan hubungan mereka.

"Odi. kamu masih nyuci piring? Dari tadi belum selesai juga?" Ibu Claudia menghampiri Claudia yang sedari tadi masih berada di depan wastafel. Cucian piringnya memang tidak banyak tapi sedari tadi Claudia hanya melamun memikirkan tentang semua yang Hasan lalukan. Dia bingung dengan situasi ini.

"Ini udah mau selesai ko Ma."

"Yaudah cepet sini, Mama mau ngomong."

"Ngomong apa Ma."

"Selesain dulu nyuci piringnya terus duduk di sini sama Mama." Mama Claudia saat ini sedang duduk di meja makan dekat dapur.

"Iya." Tanpa banyak bicara lagi Claudia buru-buru menyelesaikan cucian piringnya.

Setelah selesai Claudia menghampiri ibunya yang saat ini sedang memotong kue brownies pemberian Hasan.

"Ini makan." Ibunya Claudia memberikan sepotong kue kepada Claudia.

"Mama mau ngomong apa?"

"Mama mau ngomongin tentang kamu sama Hasan?"

"Aku udah gak ada hubungan apapun lagi sama dia Ma. Alasan aku bisa bareng dia tadi semuanya karena Bayu, dia ternyata masih akrab sama Hasan."

"Mama tahu, Bayu akrab sama Hasan, dan gimana menurut kamu? Hasan baik Di. Dia pernah beberapa kali kesini pas kalian awal-awal putus."

"Kenapa Mama gak bilang sama aku? Aku tuh udah putus sama Dia seharusnya kalian jangan terlalu akrab sama Hasan lagi."

"Kalian putus baik-baik kan? Jadi gak ada alasan Mama benci dia. Selama ini juga dia baik ke keluarga kita. Setelah putus dari kamu dia datang kesini, minta maaf karena gak bisa jagain kamu lagi, dia lepasin kamu karena dia pengen kamu dapat yang terbaik. Dia bilang semua ini katanya memang salah dia. Lagian kenapa kalian harus putus? Kalau kalian gak putus mungkin sekarang kalian udah menikah." Ucapan ibunya Claudia membuat Claudia cukup terkejut. Dia tidak menyangka Hasan akan datang ke orang tuanya.

"Kalaupun aku gak putus sama Hasan aku kurang yakin dia akan nikahin aku Ma. Dia tuh gak pernah ada rencana menikahi aku dia masih senang dengan dunia dia yang bebas itu. Lagi pula kenapa Mama jadi berpikiran kaya gitu? Dia udah punya pacar sekarang Ma, jadi jangan terlalu berharap apapun lagi dari aku sama Hasan. Dan sebaiknya Mama gak usah terlalu dekat lagi sama Hasan."

"Oalah udah punya pacar ya, Mama kira masih nungguin kamu. Kalau gitu kamu juga seharusnya udah punya gandengan baru Di. Jangan mau kalah"

"Cariin dong Ma kalau gitu, aku mau dijodohin aja deh kayanya biar gak ribet." Dengan santainya Claudia berbicara seperti itu, Claudia memang sudah pasrah mencari pasangan dia lebih baik dijodohkan dan mempercayakan keputusan yang dipilih oleh orang tuannya dari pada harus pusing-pusing mencari kesana kesini dan ujung-ujungnya malah dapet yang seperti Bagas.

"Waktu itu kamu udah Mama kenalin sama anak temen Mama tapi kamunya cuek gitu."

"Yang Mana? Mama banyak ngenalin aku jadi aku pusing sendiri."

"Mas Panji, masa kamu lupa. Dia  mau serius banget sama kamu." Claudia ingat, dia adalah pria yang memang beberapa waktu lalu pernah dekat dengan dirinya. Bahkan mereka sempat beberapa kali bertemu.

"Oh iya inget, aku gak cuek sama dia Ma, dianya aja yang tiba-tiba gak ada kabar." Panji adalah orang yang paling mendekati kriteria Claudia dalam memilih pasangan yang serius. Panji lebih tua tiga tahun dari Claudia, dia pria yang sangat baik dan sayang keluarga dengan pembawaan yang cukup dewasa. Selama jalan bersama juga Claudia merasa pembicaraan mereka cocok. Tapi entah kenapa tiba-tiba Panji mulai jarang memberinya pesan mungkin karena dia sibuk tapi lama-kelamaan menjadi hilang kontek.

Belum Usai (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang