Chapter 4

352 45 8
                                    

Happy Reading~




(Name) berdiri di pusat sebuah altar dengan 5 pilar bersama Isagi di depannya dan Kaiser disampingnya. Setelah mendengarkan penjelasan singkat dari Isagi, (Name) mulai melakukan apa yang harus ia lakukan. Ia memejamkan matanya, merasakan aliran mana di dalam tubuhnya mengalir ke seluruh tubuhnya. Dan semakin lama alirannya semakin deras, dalam keadaan memejamkan mata, ia bisa merasakan silaunya cahaya di sekitarnya. Perlahan tubuhnya terasa panas seolah terbakar dan ia merasa kesakitan karenanya.

"(NAME)!?" suara keras Kaiser memanggil namanya menggema ke seluruh ruangan, ia merasakan sepasang lengan merengkuhnya dan bibir seseorang menempel pada bibirnya. Perlahan rasa panas yang menjalar menghilang seiring cahaya menyilaukan yg perlahan meredup. (Name) membuka matanya perlahan dan mendapati dirinya berada di pelukan Kaiser.

"CIUMAN PERTAMAKU!?" teriak (Name) ketika menyadari apa yang baru saja terjadi, tangannya menutupi bibirnya dan ia menjauh dari Kaiser.

Kaiser tertawa keras melihat reaksi wanita di hadapannya. "Kenapa kau begitu heboh hanya karena sebuah ciuman. Lagipula yang menciummu itu suamimu sendiri" ucapnya masih sambil tertawa. Ia mendekat dan memegang dagu (Name). Ia berbisik di telinga sang wanita, "Itu ciuman pertamaku juga, jadi kurasa adil untuk kita"

Wajah (Name) memerah, seperti tomat dan membuah Kaiser terkekeh geli karena menurutnya (Name) sangat lucu. Ia pun memberikan sebuah kecupan di bibir sang wanita sekali lagi dan membuat wajah cantiknya semakin memerah karena ulahnya. "Ngomong-ngomong, itu cara tercepat untuk menstabilkan mana ditubuhmu yang hampir meledak tadi. Meski bukan aku yang mendampingimu, keempat suamimu yang lain tetap akan menciummu untuk mencegah manamu meledak" ucap Kaiser.

(Name) mengehela nafas, "Ternyata begitu. Kalau begitu, aku harus berterima kasih padamu" ucapnya.

Kaiser tersenyum dan mengelus pucuk kepalanya lembut. "Itu sudah tugasku sebagai suamimu, tidak perlu berterima kasih". (Name) mengangguk dan balas tersenyum.

Isagi berdehem memutus interaksi antara Kaiser dan (Name), membuat keduanya menoleh serempak pada pemuda itu, yang sepertinya keduanya sempat lupa bahwa ada Isagi bersama mereka berdua. Mungkin ini yang dinamakan dunia hanya milik berdua yang lain ngontrak.

"Maaf mengganggu, namun sepertinya nona (Name) harus beristirahat setelah mana-nya terkuras banyak" ucap Isagi.

"Kau benar, ayo (Name)" ucap Kaiser sambil mengulurkan tangannya pada (Name), yang diterima oleh sang wanita.

"Ngomong-ngomong, apa ritualnya gagal?" tanya (Name).

Kaiser tersenyum miring, "Kau akan segera tahu". Kaiser berjalan keluar ruangan dengan tangannya yang terus menggenggam tangan (Name), sedangkan Isagi tetap tinggal di dalam ruangan untuk entah apa yang ia lakukan disana, (Name) tak tahu.

Begitu mereka berdua melangkah melewati lorong, orang-orang yang sebelumnya (Name) lihat tertidur sudah terbangun dan semuanya berdiri, berkumpul di depan pintu kamarnya. Mereka yang menyadari kedatangannya langsung berlutut padanya.

"Yang mulia, terima kasih telah menyelamatkan kami" ucap mereka semua secara bersamaan.

(Name) tersenyum, ia merasa terharu karena usahanya berhasil dan ia merasa dihargai dan diterima oleh orang-orang di negeri yang masih terasa asing baginya. "Sama-sama" ucapnya.

Setelah mengobrol singkat dan berkenalan dengan orang-orang tadi yang ternyata merupakan para pekerja dan ksatria istana, (Name) dan Kaiser kembali ke dalam kamar untuk beristirahat.

"Tidurlah (Name)" ucap Kaiser dengan nada yang seolah tak ingin dibantah. Jadilah (Name) berbaring di kasurnya dengan patuh, berusaha untuk memejamkan matanya. Namun batal dilakukannya setelah mendengar suara kaca pecah disusul suara benda tajam yang menancap pada sesuatu dan juga erangan kesakitan Kaiser. (Name) langsung membuka matanya dan bangkit dari atas kasur dan ia mendapati Kaiser yang terduduk menahan sakit karena anak panah yang tertancap di pahanya.

"Kaiser!?" ia langsung bergegas mendekat pada pria itu. "Apa- Apa yang terjadi?" tanyanya dengan panik, jelas (Name) kebingungan apa yang harus ia lakukan. Bagaimanapun ia tak pernah berada di situasi seperti ini sebelumnya.

"Hey tenanglah oke? Aku baik-baik saja" ucap Kaiser dengan senyum miringnya yang seperti biasa. Ia mencabut anak panah yang tertancap dipahanya begitu saja.

"Bagaimana aku bisa tenang, kau terluka. Dan darahmu...... begitu banyak" ucap (Name) ketakutan, tubuhnya bahkan sampai gemetar.

"Kau bisa menyembuhkanku, kalau kau mau" ucap Kaiser.

"B-bagaimana caranya?" tanya (Name) yang masih ketakutan.

Kaiser meraih tangan (Name) dan meletakkannya diatas lukanya. "Sekarang lakukan hal yang sama dengan yang kau lakukan saat ritual tadi, hanya saja coba atur aliran manamu setenang mungkin ke arah telapak tanganmu" ucap Kaiser memberi instruksi yang paling sederhana yang bisa ia berikan. (Name) mengangguk dna melakukan sesuai instruksi dari Kaiser. Telapak tangannya bersinar dan perlahan luka di paha Kaiser menutup seolah tak pernah ada luka disana.

"Aku- aku berhasil!?" ucap (Name) sambil tersenyum senang.

"Terima kasih" ucap Kaiser sambil menghela nafas.

"Ngomong-ngomong, siapa yang melukaimu?" tanya (Name) sambil melihat kearah anak panah yang tadi lalu melihat ke arah lubang di jendela yang kacanya tadi pecah, sepertinya anak panahnya berasal dari sana.

"Entahlah, aku juga tidak tahu. Tapi, kurasa ia adalah orang yang sama yang menjadi dalang dibalik hilangnya ratu sebelumnya" ucap Kaiser.

"Kalian tidak tahu siapa yang melakukannya? Atau setidaknya petunjuk yang mengarah pada pelakunya?" tanya (Name).

"Belum ada bukti kuat, tapi setelah semua yang terjadi, kami mencurigai bahwa salah satu diantara kami adalah pelakunya" ucap Kaiser.

"Maksudmu...... para raja?" tanya (Name).

Kaiser mengangguk, "Dan Isagi juga perlu dicurigai"

to be continued~





Substitute Queen | Bluelock x readerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang