Game 1

12 1 1
                                    

"Bukankah Allah Hakim yang seadil-adilnya?"

Kringg .. kringg ...

"Hadeuhh,"

Gadis itu bangun dari tidurnya, merapikan tempat tidur, mengambil handuk dan bergegas ke kamar mandi. "Dinginnya pagi hari ini," gumamnya dengan kesadaran yang belum kembali sepenuhnya. Ia menyalakan shower dan mulai membersihkan tubuhnya dengan air yang hangat.

Disisi lain, pintu kamar diketuk dengan suara yang beriringan dari luar, itu suara mamanya, "Nduk, belum bangun ? Subuh ndukk bangun to," Sang ibunda hendak membuka pintu dan alangkah kaget melihat kamar anak keduanya yang sangat berantakan. Kertas-kertas soal yang berserakan di meja belajar, buku buku yang tergeletak di karpet dan begitu banyak kaleng isotonik yang berceceran di sudut kamarnya.

"Kenapa bu?" Ucapnya yang baru saja selesai dari kamar mandi.

Ibunda hanya menggeleng, "Ibu kira kamu belum bangun nduk, tapi ternyata sudah." Ia hendak menutup pintu itu, namun ia lupa akan memberikan pesan kepada anaknya, "Nanti ibu ada pengajian, kalau kamu ada kegiatan di luar chat ibu aja," Gadis itu mengangguk, "Iya ibu,"

˜ " * ° • 𝐒 𝐀 𝐓 𝐔 𝐑 𝐍 • ° * " ˜

Seorang gadis menuruni tangga dan menghampiri sosok wanita yang tengah memasak di dapur "Mah ayolah, masa mamah mau jodohin Mas Ale sama Teh Zeva?" Si mamah hanya menggelengkan kepala, "Ya bagus toh, masmu juga ga nolak," Ucapnya sambil memasukkan adonan kedalam loyang, "Mah! Ya gabisaaa, mereka itu beda!"

"Beda apanya?" Tanya sang mamah "Ya, beda!"

"Nah, kamu sendiri ga bisa kasih alasan ke mamah kenapa gaboleh masmu itu sama Zevandra gimana mamah bisa setuju sama kemauanmu?"

"Ihhh mamaaaaa!"

Sang mamah hanya terkekeh melihat anak bungsunya yang terus merengek layaknya bayi, mirip seperti ayahnya, Le Andrean. Ia jadi teringat perkataan terakhir darinya,

"Le Ayana itu beda sayang, kalau ia bilang tidak ya tidak. Jika diteruskan akan bersifat fatal."

"Fatal, maksudnya apa?" gumamnya,

Tanpa sadar, gadis di depannya melambaikan tangan tepat di mukanya, awalnya tidak menyadari akan dunianya yang sekarang.

"Mah ?" Ucapnya, tidak digubris? Ia melambaikan tangan, "Mamah?" Ucapnya sekali lagi.

Tidak dijawab sepertinya, ia mundur beberapa langkah dan ..

"MAMAAAAA!" Teriakannya yang begitu nyaring melebihi bentakan sang papanya dahulu.

Sang mama tersentak akan teriakan anaknya, "E-eh? Iya kenapa?"

Seseorang menaruh gelas di meja dan menghampiri sang mamah, "Ma, kepikiran ayah lagi ya?"

Sang mamah yang mendengar pun sadar sepenuhnya. Menyadari suara seseorang. Bukan, bukan suara Le Ayana ini. Ia melihat kebelakang dan . .

"Kok kamu pulang lagi mas?" Tanyanya,

"Hah/Lah?"

˜ " * ° • 𝐒 𝐀 𝐓 𝐔 𝐑 𝐍 • ° * " ˜

Suara kicauan burung bernyanyi di atas dahan pohon jambu yang ada di rumahnya sembuat suasana rumah tidak terasa begitu sepi. Dirinya sendiri, ibunya tengah mengikuti pengajian, Mba Han tengah kuliah dan kedua adik kembarnya yang masih sekolah. Ia menghela napas, "Kenapa gua ga langsung nembak Geografi UI sih?" Gumamnya yang tengah menyesali perbuatannya.

SATURNUS &- c e r i t a n y aWhere stories live. Discover now