"Dari mana kamu?!"
Baru juga Darren membuka pintu rumahnya, bentakkan berisi pertanyaan itu langsung dilayangkan kepadanya. Benar-benar memecahkan keheningan yang mendominasi rumah berlantai dua yang didominasi oleh warna putih dan hitam serta lampu hias dengan cahaya keemasan yang menambah kesan mewah rumah ini.
Perlahan Darren mendongakkan kepalanya ke depan. Kedua manik hitam pekatnya langsung menangkap presensi seorang wanita paruh baya dengan setelan khas orang kantoran yang berdiri tepat tiga meter di depan sana. Wanita berambut hitam lurus sebahu dengan sepatu hak tinggi berwarna merahnya itu mulai melangkahkan kakinya menghampiri Darren dengan tatapan datar yang mengarah pada Darren.
"Dua kali supir Mama jemput kamu di sekolah tapi kamu nggak ada..." ucapnya dengan nada suara datarnya. Mama menghentikan langkahnya tepat dua langkah di depan Darren yang hanya terdiam sembari menatap lurus manik matanya, "Dari mana kamu?" Tanyanya lagi dengan nada suara datarnya.
"Perpus kota. Darren udah bilang kan" jawab Darren dengan tenang, bahkan terlalu tenang untuk seukuran seseorang yang sedang memberikan jawaban penuh kebohongan.
Wanita paruh baya itu langsung menghela napasnya keras saat mendengar jawaban Darren barusan, jawaban yang sama seperti pesan yang Darren kirimkan sore tadi. Seandainya dia mempercayai pesan tersebut mana mungkin ia repot-repot menanyakan hal yang sama pada Darren ketika Darren sudah pulang. Ya, nyatanya dia tidak mempercayai jawaban tersebut. Tapi sialnya ketika ditanya ulang anak tunggalnya ini malah mengatakan jawaban yang sama seolah dia tidak merasa takut meskipun Mamanya ini sudah menaruh rasa curiga padanya juga memberikan dia kesempatan untuk jujur padanya.
"Awas ya kalau sampai kamu macem-macem Darren. Kamu tau kan kamu itu bisa buat Mama ribut sama Papa kamu" ujar Mama penuh dengan penekanan, pada akhirnya ia hanya bisa mengancam Darren untuk tidak berbuat macam-macam atau hal lainnya yang diluar kendalinya. Darren yang terkadang sulit sekali menuruti perintahnya. Padahal semua yang dia lakukan demi kebaikan keluarga mereka.
"Tiap ketemu Papa, Mama ribut terus kok" ucap Darren, mengatakannya dengan begitu santai seolah hal tersebut bukanlah hal yang sensitif untuk dibahas secara terang-terangan bersama Mamanya.
Mama membulatkan matanya terkejut bukan main saat mendengar jawaban Darren barusan, seolah Darren ingin membela dirinya dan tidak terima disalahkan olehnya. Secara langsung maupun tidak, perkataan Darren itu pun pada akhirnya berhasil membuatnya naik pitam. "Masih belum sadar juga ya kamu. Kalau semuanya itu gara-gara kamu Darren! Coba aja dulu kamu---" ucapan Mama terhenti seketika saat Darren dengan santai berjalan melewati Mamanya menuju ke kamarnya yang terletak di lantai dua. Mengabaikan perkataan Mamanya yang sudah seringkali Darren dengar sampai Darren terlalu muak untuk mendengarkannya lagi.
Mama pun langsung membalikkan badannya lalu menatap punggung Darren dengan tatapan emosinya, "Darren! Mama belum selesai bicara ya! Darren!" Teriak Mama yang tidak ditanggapi oleh Darren. Darren lebih memilih untuk terus melangkahkan kakinya menuju ke kamarnya lalu dia pun masuk ke dalam kamarnya.
Blam!
Darren menutup pintu kamarnya rapat-rapat bersamaan dengan teriakan Mamanya yang menggema penuh emosi dari luar kamarnya.
"Makin kurang ajar ya kamu sama Mama! Susah banget dikasih tau. Kamu sama Papa kamu itu sama aja... DARREN!!!"
Bruk!
Darren menghempaskan tubuhnya ke atas tempat tidur lalu dia menatap nyalang ke arah langit-langit kamarnya yang didominasi oleh warna putih, membiarkan telinganya menikmati suara teriakan Mamanya yang menyumpah-serapahi dirinya. Hingga beberapa menit setelahnya suara teriakan Mamanya sudah tidak lagi terdengar, mungkin Mamanya sudah lelah meneriakinya atau entahlah Darren tidak mau terlalu memikirkannya. Yang jelas, biarkan Darren merasakan ketenangan ini sejenak saja, karena sungguh dia merasa lelah sekali hari ini. Dia hanya ingin tertidur dan bangun di pagi hari, berangkat ke sekolah, menyelesaikan tugasnya sebagai ketua OSIS sekaligus ketua pelaksana acara ulangtahun sekolah, juga bertemu dengan Maura sebelum dia kembali ke rumah ini lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Maura & Darren (✓)
Fanfiction(Completed) Local Fanfiction Cast : Sunghoon & Chaehyun Romance | School | Teen-age MAURA & DARREN Hanya sebuah cerita cinta yang cukup klise antara Si Ketua OSIS dan Si Penyuka Kucing yang kerap kali di sapa Mao Mao. Ini bukan lagi ditahap meng...