૮₍´start'₎ა
"Gimana kabar cucu kita?"
Chizuru menengok ke arah suaminya yang terbaring lemah di ranjang rumah sakit.
"Haruka baik," balas Chizuru sambil terus mengupas kulit mangga.
Fumiya mengambil mangga yang ditawarkan oleh istrinya, "kalau menantu kita?"
Perubahan raut wajah Chizuru tak luput dari pandangan Fumiya, "kau tidak kasihan dengan anak kita? Kenapa masih tidak juga menerima Asahi?"
Mendengar pertanyaan itu membuat Chizuru mengeraskan rahangnya. "Aku tidak sudi orang rendahan seperti Asahi bersanding dengan anak kita!"
Fumiya menggelengkan kepala tidak habis pikir, "masih tidak melihatnya? Haruto sangat mencintai Asahi. Kau tidak dapat melihat itu?"
"Aku hanya ingin Haruto bahagia," balas Chizuru.
"Dan kau hanya akan membuatnya menderita. Jika ingin membuat Haruto bahagia, biarkan dia bersama pilihan hidupnya."
Chizuru memandang tajam ke arah suaminya, "kalau kau hanya ingin mengatakan hal ini. Lebih baik aku pergi."
"Tidak-tidak, aku hanya ingin kau tidak menyesal nantinya. Tolong bawa Haruka ke sini, aku kangen karena sudah lama tidak melihatnya." Tangan Fumiya tak kunjung lepas untuk menggenggam tangan Chizuru yang mungkin saja akan kembali ke negara asal.
Chizuru yang tidak tega melihat suaminya hanya dapat kembali duduk dengan tenang.
TMHE: HaruSahi
"Paman Yoshi! Ayah mana?"
Pagi-pagi sekali, ketika selesai rapi-rapi Haruka menuju dapur. Berharap Ayahnya sedang serapan di sana dan akan mengantarkannya menuju ke sekolah.
Tetapi melihat Yoshi yang saat ini sedang menunggu sambil berdiri di dekat meja membuat wajah kecewanya tak dapat ia sembunyikan.
"Maaf, Haruka. Ayahmu langsung ke kantor lagi sehabis kamu tidur." Yoshi menghampiri Haruka yang terlihat sedang mengatur napasnya.
Haruka kemudian tersenyum, "ya... aku sudah dapat membacanya. Paman, apakah aku boleh tidak ke Daycare hari ini?"
"Kenapa? Ada yang menyakitimu di sana?" tanya Yoshi khawatir.
Haruka menggeleng lemah, "aku hanya tidak suka."
Yoshi yang saat ini sedang fokus mengemudi karena Haruka menolak sarapan membuatnya pergi lebih cepat.
"Tiba-tiba banget kamu jadi ngga suka? Ada masalah di sana?" tanya Yoshi sekali lagi tanpa menghilangkan rasa khawatirnya.
"Paman, paman tau tidak di mana Papa ku?"
"Au! Sakit─" Haruka memijat keningnya yang terbentur dasbor mobil karena Yoshi yang mengerem mendadak.
Yoshi membawa tangannya ke pipi Haruka, melihat dengan teliti apakah Haruka terluka parah atau tidak. "Maaf, maaf, Paman tidak sengaja."
"Tidak apa-apa. Tapi Paman beneran tidak tau di mana Papa Haruka?"
Yoshi meminggirkan mobilnya terlebih dahulu sebelum menjawab pertanyaan Haruka yang sejujurnya belum tau harus seperti apa jawabannya.
"Kenapa tiba-tiba?"
Haruka mengedikkan bahunya, "hanya ingin tau saja. Papa tidak sayang dengan Haruka 'kan? Kata Nenek, itu alasan Papa pergi ninggalin Haruka sama Ayah. Bukankah itu jahat? Ayah sayang banget sama Papa, tapi Papa malah ninggalin Ayah gitu aja."
Yoshi mengatupkan bibirnya, lidahnya kelu untuk menjawab dan membalas perkataan Haruka.
"Aku benci Papa, aku ngga suka..."
"Haruka... pasti ada alasan Papa melakukan hal itu, Haruka jangan ngomong kayak gitu. Kalau Papa Haruka dengar gimana?"
Haruka tertawa pelan, "itu akan sangat bagus, Paman Yoshi! Karena Papa jahat."
"Sudah-sudah, lebih baik kita selesaikan membicarakan kita kali ini. Paman antar kamu sekolah dan habis itu langsung ke Daycare."
"Tidak mau! Aku tidak mau ke Daycare! Ada seseorang yang aku benci di sana!" Haruka berteriak di dalam mobil.
"Ayah yang menyuruhnya, Haruka tidak ingin menuruti perkataan Ayah?" setelahnya Haruka terdiam, ia tidak punya alasan menolak jika Yoshi mengatakan hal itu.
Setelah mengantarkan Haruka, Yoshi kembali ke kantor.
"Bisa kau yang menjemput Haruka untuk di bawa ke Daycare? Aku akan menggantikan jadwal mu, itu bisa digantikan."
Haruto yang sedang membaca berkas-berkas untuk ia tandatangani mengangguk mengiyakan. Lagipula tadi dirinya tidak sempat mengantar Haruka.
"Tadi Haruka gimana?"
"Aku rasa dia tidak baik-baik saja."
"Maksudmu?"
Yoshi menghembuskan napasnya pelan, "dia tiba-tiba bertanya tentang Asahi."
Gerakan tangan Haruto terhenti, selama beberapa detik dirinya mengatur detak jantungnya yang tiba-tiba berdetak kencang mendengar hal itu.
"Lalu?"
"Aku tidak dapat menjawabnya, aku hanya mengatakan 'Papanya pergi karena ada alasan yang menyuruhnya.' tapi kurasa Haruka sudah sangat dewasa untuk umur dirinya sendiri." Yoshi melihat bagaimana reaksi Haruto, walaupun laki-laki itu tidak dapat melihat ke arahnya karena yang sedang dibicarakan adalah Asahi.
"Mungkin aku akan bicara dengannya jika ingin."
TMHE: HaruSahi
Sesuai janjinya dengan Yoshi, Haruto mengantar Haruka ke Daycare. Susah sekali anak itu melepaskannya untuk mengikuti Minji yang sudah menunggu, sempat menangis dan berteriak untuk dirinya tidak menaruh Haruka di Daycare.
"Haruka kenapa, Kak Asahi?" Juhoon, yang lagi-lagi sedang bersama Asahi sedikit takut dengan Haruka yang mengamuk di pelukan Minji.
Asahi sedang membacakan buku untuk Juhoon.
"Haruka mungkin sedang tidak ingin di sini..." jawab Asahi bingung, pasalnya ia juga tidak tahu apa yang sedang terjadi.
"Sudah, Juhoon. Jangan melihatnya, nanti Haruka malu kalau kamu melihatnya. Kakak bacakan lagi ceritanya, ya? Nanti kamu samperin Haruka jika dia sudah tenang." Tangan Asahi membawa pipi Juhoon yang sibuk memandangi tempat Haruka dan Minji lewat. Buru-buru Juhoon mengangguk.
Setelah beberapa saat, Juhoon mengantuk dan meminta Asahi menggendong dirinya, dengan senang hati Asahi membawa Juhoon lalu menidurkan anak itu hingga terlelap.
"Minji, apa yang terjadi? Kamu tidak apa-apa?" Asahi bertanya khawatir kepada Minji yang meringis sambil memegang bahunya.
"Haruka benar-benar mengamuk, dia tidak ingin di sini tetapi Ayahnya tidak dapat menjaganya jika tidak dititipkan. Dan bahuku mungkin akan sakit sedikit, tapi baik-baik saja. Jangan khawatir."
"Bagaimana dengan Haruka?"
"Tadi sempat bersama Mashiho. Kau ingin melihatnya?"
Buru-buru Asahi menggeleng, "tidak-tidak. Haruka tidak akan senang jika melihatku, mungkin dia akan kembali mengamuk jika aku ada dalam jarak pandangnya."
Mendengar perkataan Asahi tentu membuat Minji bingung, hanya saja ia tidak berani bertanya dan merasa tidak sopan juga menanyakan urusan dan masalah orang lain.
"Aku pergi dulu, sudah waktunya tidur siang. Aku akan beres-beres." Haruka mengangguk dan membiarkan Asahi pergi.
૮₍´tbc'₎ა
hai, hai. aku bawa satu part lagi hari ini ^_^
terima kasih yang udah mau nungguin cerita ini ♡
KAMU SEDANG MEMBACA
till my heartaches end; harusahi
Short StoryHaruto berharap, agar mereka kembali dipertemukan. Menjadi lengkap. Ketika mereka dipertemukan, ia ingin menahannya untuk selalu bersama, tidak akan pernah melepaskannya dan menjadi bodoh untuk membiarkannya pergi begitu saja. ©velnopus ៸៸ bxb, m-p...