CHAPTER 9 || Niat Untuk Menyingkirkan

31 2 0
                                    

Waktu telah menunjukkan pukul 12 malam ketika Leon keluar dari kamar mandi. Lelaki itu mengusap rambutnya yang basah dengan handuk di tangannya, kemudian mengalihkan perhatian sejenak begitu suara notifikasi yang berasal dari ponselnya berbunyi.

Dessert.cake memulai siaran langsung ....

Leon membaca tulisan itu sekilas, lalu mengklik notifikasi instagram tersebut. Sesaat setelah layar ponselnya loading, benda pipih tersebut menampilkan wajah seorang gadis—yang katanya pemilik asli akun tersebut—dan Leon tidak bisa untuk tidak tercengang seketika itu juga. Raut wajahnya benar-benar tak bisa dikondisikan begitu sadar jika gadis idola mamanya ada di tempat yang sama dengannya.

Tanpa kata Leon menyambar kaos putih polos yang terlipat di atas kasur.

“Mau ke mana, Yon?” Suara Bayu—Ketua Asrama—yang baru saja keluar kamar membuat Leon menoleh. Lelaki itu tampak terburu-buru, membuat Bayu dilanda penasaran detik itu juga. Well, Leon selalu tenang di mana dan kapanpun, jadi wajar jika dirinya bertanya.

“Lantai satu,” jawab Leon sekenanya.

Alis Bayu mengkerut. Lelaki itu lantas melihat jam di pergelangan tangannya dan kembali berkata, “Udah jam 12. Lo tau peraturan asrama gak boleh keluar kamar di atas jam 12, kan?”

“Bentar,” balas Leon masih kekeh.

No!”

Leon berdecak. “Serius, Bay!”

Akan tetapi, Bayu lagi-lagi menegaskan. “Nggak! Patuhi peraturan asrama. Masuk!”

Mau tak mau Leon kembali masuk ke dalam kamarnya. Lelaki itu mengunci pintu kamar, lalu merebahkan dirinya di atas ranjang.

Oh astaga.

Cukup lama Leon merebahkan diri tanpa bergerak. Lelaki itu menoleh ke arah pintu, setelahnya mencoba bangkit dan mengintip ke luar kamar—memastikan keadaan sekitar—agar aksi kaburnya berjalan mulus tanpa gangguan.

Helaan napas lega lolos dari bibir Leon begitu tak melihat Bayu yang biasanya akan berkeliling asrama untuk memastikan teman-temannya tetap mematuhi peraturan. Kemudian, tanpa banyak waktu ia melangkah menuju dapur kantin. Leon harus memastikan sesuatu.

***

Sementara itu, gadis yang tidak lain adalah Nathalia tengah tersenyum ceria menatap ponselnya sembari mengaduk adonan kue miliknya. Sesekali gadis itu membaca komentar-komentar teman maupun fans-nya di dunia maya.

“Kenapa lo pindah dari SMA Cempaka?” Nathalia membaca salah satu komentar. Bibirnya mengerucut seolah tengah bersedih. “Maaf ya ... sebenarnya gue gak ada niat buat pindah, cuma bunda mindahin gue ke sini tiba-tiba,” tuturnya, menjelaskan.

Nathalia jelas tahu jika teman-teman lamanya butuh penjelasan akan kepindahannya. Selama di Andara, baru sekarang Nathalia membuka kembali akun instagram setelah 5 hari ia abaikan. Gadis itu bahkan tak menyangka jika live streaming-nya malam ini begitu ramai penonton, padahal waktu telah menjelang tengah malam.

“Lo masih jomblo kan, Al?”

Lagi.

Nathalia geleng-geleng kepala begitu melihat komentar yang tak pernah absen begitu ia melakukan live. Nathalia baru akan menjawab sebelum sebuah tangan melingkar di perut, tak lupa sebuah kecupan di kening yang membuatnya tersentak.

“Leon ...?” beo Nathalia. Kepalanya menoleh ke sana ke mari—memastikan jika lelaki yang tengah memeluknya ini hanya sendirian. “Lo ngapain ke sini?” tanyanya kemudian.

“Mau lihatin lo.”

Masih dengan posisi Leon memeluknya dari belakang, Nathalia balas terkekeh dan enggan menjauhkan diri. Gadis itu seakan melupakan apa yang tengah ia lakukan sebelumnya. Bahkan, kalau saja Leon tak segera menyudahi aksinya, Nathalia tidak akan tersadar jika apa yang mereka lakukan barusan terekam oleh kamera yang tentunya telah dilihat oleh banyak orang.

Dessert.cake itu akun lo?” Leon bertanya penasaran. Meskipun telah melihat Nathalia yang berdandan di depannya sekarang, lelaki itu masih ingin mendengar langsung dari bibir kekasihnya.

Nathalia berdeham. “Kenapa?” tanyanya, dengan tangan yang kembali sibuk pada adonan kue. Nathalia menatap Leon tidak lama setelah mencetak dan memasukkan kuenya ke dalam oven.

Leon hanya menggeleng. Namun, meskipun begitu tatapannya tak pernah lepas sedikitpun dari Nathalia yang malam ini tampil beda. Gadis itu menggunakan make-up tipis dengan rambut yang dijepit asal. Bukannya senang, sisi posesif Leon justru keluar tanpa diminta. Laki-laki itu kini melepaskan jepit rambut gadisnya, membuat rambut Nathalia yang semula berkumpul menjadi satu sekarang menjuntai menutupi leher gadisnya yang sejak tadi mengganggu pemandangan matanya.

“Kenapa dilepas, Yon?” Nathalia berdecak kesal.

“Gue gak suka,” balas Leon seadanya. Ia berdecak dan spontan memasukkan jepit rambut Nathalia ke dalam saku celananya begitu melihat Nathalia yang ingin kembali menjepit rambutnya.

“Leon!”

“Apa, hem?”

“Balikin! Lo gak sadar kelakuan lo dilihat orang?” tanya Nathalia, melipat tangan di dada. Bibirnya mengerucut sebal.

Sementara itu, Leon otomatis melihat ponsel Nathalia yang sejak tadi masih melakukan sesi live instagram. Tanpa kata, lelaki itu menyambar ponsel  dengan case abu-abu tersebut, kemudian mematikan live setelah berpamitan pada penggemar kekasihnya yang ia lihat jumlahnya berjuta-juta.

Sedangkan di sisi lain, sosok lelaki yang sekarang tengah tengkurap sembari menatap layar ponsel yang beberapa menit lalu menampilkan wajah gadis yang begitu dicintainya, mengepalkan kedua tangan. Lelaki itu menggetakkan gigi setelah melihat gadisnya berinteraksi begitu dekat dengan laki-laki lain.

Sejenak lelaki itu menatap puluhan foto yang tertempel di dinding. Lalu menyeringai. “I will have all of you, Nathalia!” gumamnya, dengan mata berkilat penuh obsesi membara.

***

Pada malam berikutnya, pria yang tidak lain adalah Bara Alexander, tengah memandang geram sekaligus terkejut selembar kertas foto yang ia dapat dari orang suruhannya. Di sampingnya juga ada Dea yang menampilkan raut serupa.

Wanita itu kini menatap sang suami ketar-ketir. Dea tidak tahu apa yang ada dalam pikiran suaminya. Bara sulit ditebak. Pria itu mungkin dinilai sayang pada keluarga, tetapi tak banyak yang tahu jika Bara juga sosok sadis yang rela melakukan apapun demi mencapai tujuannya. Ya, itu yang Dea tahu.

Akan tetapi, sejauh yang Dea amati, Bara tak berani menyentuh Metta—mantan istri, yang ia tahu sampai sekarang masih memiliki tempat khusus di hati suaminya. Dea akui jika ia cemburu. Namun, apa boleh buat, setidaknya sekarang pria itu hanya miliknya seorang.

“Apa yang mau kamu lakukan, Mas?” tanya Dea, setelah cukup lama keheningan menyelimuti.

Bara hanya menggeleng. Pria itu menghela napas panjang, tak lama mulai bersuara, “Yang pasti aku mau hak asuh Al dan El. Mereka harus tinggal bersamaku, dan pastinya tanpa paksaan.”

Bara tahu betul jika putrinya yang keras kepala tidak akan mau mengabulkan permintaannya dengan paksaan seperti yang ia lakukan sebelum-sebelumnya. Sedangkan untuk Nathaniel, putranya itu tidak akan menurut jika saudara kesayangannya belum menyetujui keputusan ayahnya.

“Jadi, mau kamu apa, Mas?” tanya Dea, yang masih tak mengerti.

Bara tersenyum misterius pada sang istri. “Menurutmu ... bagaimana kalau aku menyingkirkan Metta?”

Bola mata Dea otomatis melebar sempurna. Wanita itu menatap sang suami horor. “Me–menyingkirkan bagaimana maksudmu?” tanyanya, mulai tergagap.

Bukannya menjawab, Bara malah menarik Dea yang posisinya sedikit berjarak darinya untuk dipeluk. Pria itu dapat melihat sorot waspada dari Dea, namun ia memilih untuk mengabaikannya. Ya, lebih baik Dea tidak mengetahuinya.

Jember, 20 Desember 2023

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 20, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ALLEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang