Coba Premium
KAMU SEDANG MEMBACA
aku juga ingin bahagia [ terbit ]
Genç Kurgu"Semua orang pantas mendapat kebahagiaan, lantas aku bagaimana dengan aku" Jidan permata. Seorang remaja yang ingin mendapatkan kebahagiaan dan kasih sayang seorang kakak. Apakah remaja itu bisa mendapatkan kembali kebahagiaan nya? Sebelum baca ja...
27. Heart content
Siapa lagi yang akan meninggalkan ku setelah kedua orang tuaku dan nenek?"
Pria yang ada di sampingnya lantas menepuk bahu Jidan dan mengusapnya penuh kasih sayang.
"Kau tenang saja di sini masih ada kak Haikal, Melvin, Jilan, dan Jivan" jawabnya sambil tersenyum dan menepuk pelan punggung Jidan.
"Tapi, mereka bertiga membenciku" jawabnya.
"Mereka tak membencimu, mereka hanya gengsi untuk menunjukkan nya padamu" jawab Haikal.
Jidan hanya mengangguk sambil tersenyum miris. Sebenci itukah? Sampai sampai mereka tidak ingin memaafkan Jidan. Ia juga ingin merasakan kasih sayang sebelum pergi, apa ia harus pergi dulu baru mendapatkan kebahagiaan?
Hari mulai larut mereka berdua lantas bangun dari bangku taman itu dan pergi menuju rumah Jidan.
Jidan sangat beruntung memiliki orang orang yang masih bisa menerimanya, ia tak akan sia sia kan sisa hidupnya. Ia akan membalas apa yang telah mereka berikan untuk Jidan.
Sesampainya di rumah Jidan Haikal ikut ke dalam rumahnya untuk berpamitan dengan Jilan, Jivan, dan juga Melvin.
Melvin melihat Jidan dengan tajam, kenapa adik bungsu bisa pulang sore seperti ini.
Setelah Haikal pergi lantas Jidan menuju kamarnya untuk membersihkan tubuhnya karena rasanya tubuhnya sudah begitu lengket dan berkeringat.
Namun belum sempat memasuki kamarnya ia di panggil oleh Melvin untuk ke ruang keluarga.
"Jidan!" panggilnya.
Jidan tak menjawab namun ia menghampiri ia sudah tau pasti ia akan mendapat masalah karena pulang terlambat di hari libur.
Saat Jidan sudah ada di depannya ia langsung menampar Jidan dengan keras.
Plak!
"KENAPA KAU PULANG TERLAMBAT? KAU TAU INI HARI LIBUR?!!! KAU SEHARUSNYA MEMBERSIHKAN RUMAH BUKAN MAIN DAN BERKELIARAN TIDAK JELAS!!!"
Jidan hanya bisa menunduk karena ia tak berani menjawab Sang kakak, saat hentakan Melvin memasuki telinga nya entah kenapa tubuh Jidan terasa gemetar dan kepalanya juga pusing, begitu juga dengan perutnya yang sangat mual.
Namun ia berusaha menahannya karena tidak ingin terlihat sangat mencurigakan.
Melvin langsung menarik tangan Jidan dengan kasar walau Jidan sudah berdesis kalau tangannya benar benar sakit.
Atensi Jilan dan Jivan lantas teralihkan kala melihat Jidan di tarik begitu kasar oleh Melvin.
"Ada apa ini?" tanya Jilan pada adik yang ada di sebelahnya.
Mereka berdua lantas mengikuti Melvin menuju loteng rumahnya.
"Kak, aku mohon jangan bawa aku ke sana!" mohon Jidan.