Awal Mula Terjadi

4.8K 51 0
                                    


Tomas Matthew tidak pernah menyangka akan seperti ini. Dia berubah dari seorang bintang bola basket SMA yang populer, dikagumi teman-teman sekelasnya, dan disukai para gadis, menjadi bahan tertawaan, ditelanjangi baik pakaian maupun harga dirinya.

Semua berawal dari taruhan. Tomas dan rekan tim basketnya bertemu di lapangan di taman dekat sekolah mereka. Mereka bermain santai bukan berlatih. Saat itu hari Jumat, dan besok weekend yang panjang. Semuanya bermain santai setelah kemenangan terakhir mereka. Mereka berhasil mencapai semifinal setelah pertandingan yang sengit dengan rival mereka, tim Beavers. Tomas mencetak gol kemenangan di menit-menit akhir. Tidak ada yang menyangka bahwa dia memainkan peran besar dalam kemenangan tim. Namun, beberapa orang kesal ketika dia menyombongkan dirinya dan mengambil semua pujian atas kemenangan tersebut. Hal itu membuat kesal para pemain lain yang juga berkontribusi pada kemenangan.

Di hari lain dan situasi lain, tim mungkin akan menoleransi sikapnya. Bagaimanapun juga, Tomas adalah pemain bintang tim. Siapa yang tidak pamer kehebatannya sendiri, khususnya di depan cewek-cewek? Namun, kali ini berbeda. Hanya ada sekelompok anggota baru yang mendengar ocehan Tomas yang dihiasi ekspresi kagum di wajah mereka. Jika Tomas meneruskannya, anggota baru tidak akan memiliki rasa hormat kepada pemain senior. Tomas sudah keterlaluan!

"Woi! Sombong amat lu mentang-mentang cetak skor akhir!" Kata Oscar Peterson, pemain senior yang terkenal karena ketidaksabarannya, terutama dengan Tomas.

Pacar Oscar mencampakkannya demi Tomas. Fakta yang tidak segan-segan diungkit oleh Tomas. Jika ada yang memiliki dendam dengan Tomas, itu adalah si rambut merah bertubuh tinggi dan berkulit putih. Beberapa pemain yang sedang bermain tiba-tiba berhenti. Semua mata tertuju pada Tomas, bertanya-tanya bagaimana dia akan menanggapi ejekan Oscar. Suasana tiba-tiba penuh dengan ketegangan.

Tomas berbalik menghadap Oscar, matanya menyipit. "Apa maksud lu, k*****" ejek Tomas.

Wajah Oscar memerah karena marah. Tidak ada yang pernah memanggilnya k*****. Ia mengepalkan tinjunya, tapi berhasil mengendalikan diri untuk tidak membalas secara fisik. Kemudian dirinya melangkah lebih dekat ke arah Tomas.

"Oh, rupanya lu tolol. Perlu gua jelasin maksudnya." Kali ini giliran Tomas yang terlihat marah.

Oscar melanjutkan, "Lu gak bakal bisa cetak poin tanpa bantuan teman lain!"

"Oh, ya?" Tomas mencibir balik dengan ekspresi sombongnya.

Sekelompok anggota baru yang setia di belakangnya memberi Tomas kepercayaan diri.

"Gua sendirian juga bisa mengalahkan Beavers! Bahkan, gua bisa mengalahkan tim mana pun sendirian, termasuk tim ini. Gua serius!"

Wajah Oscar sangat marah dan dia maju selangkah lagi. Anggota tim lain yang selama ini hanya mengamati dengan tenang, kini berkerumun di belakangnya. Dari raut murka di wajah rekan-rekan timnya, tiba-tiba Tomas tersadar bahwa ucapannya bukanlah hal yang pantas diucapkan. Dia tak bisa menarik kembali kata-katanya karena dirinya akan kehilangan muka di depan penggemar barunya. Sesuatu yang tidak bisa Tomas lakukan.

Keadaan mungkin lebih buruk, jika Justin Smith tidak turun tangan. Dalam kapasitasnya sebagai kapten tim, remaja tampan berambut pirang ini mengambil keputusan untuk menengahi masalah agar berakhir dengan damai. Tomas selalu menganggap dirinya sebagai kandidat utama untuk menjadi kapten. Oleh karena itu, dia terkejut ketika pelatih memilih Justin daripada dirinya. Tomas mengabaikan sebuah fakta penting. Meskipun skill Justin tidak sebaik Tomas, dirinya jauh lebih populer di antara rekan-rekan timnya. Sang pelatih berpikir bahwa Tomas terlalu sombong, dan jabatan kapten hanya akan membuatnya dijauhi rekan tim. Hal tersebut telah terjadi.

Karma SombongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang