ִֶָ % start ›
Haruka berjalan sambil mengucek matanya yang sebenarnya masih tidak mau untuk diajak kerja sama. Dirinya masih mengantuk, hanya saja ia tidak bisa tidur.
"Haruka baik-baik saja?"
Haruka dengan kaget melihat orang yang menanyainya, "sepertinya kondisiku lebih jauh lebih buruk karena bertemu denganmu." Perkataan tajam dan tidak sopan itu Haruka tunjukkan ke Asahi.
"Kamu tidak sopan dengan Kak Asahi!" ujar Juhoon marah.
Haruka menatap tajam mata Juhoon, ia tidak terima dikatakan seperti itu. "Oh ya? Lalu bagaimana dengan dirinya yang sok mengurus mu padahal tidak dapat mengurus anak kandungnya sendiri?"
Asahi tertegun mendengar perkataan Haruka.
"Kak Asahi?" Juhoon memegang pelan celana Asahi, berusaha untuk membawa kembali kesadaran Asahi.
"Ya?"
"Kakak tidak apa-apa?" tanya Juhoon melihat bagaimana saat ini Asahi seperti orang yang kebingungan dan pikirannya tidak seperti di tempatnya.
"Ya. Di mana Haruka?"
"Haruka sudah pergi setelah mengatakan hal tidak pantas, kalau Kakak mau marah. Marah saja. Dia bahkan tidak tau siapa Kakak, main mengatakan hal yang tidak sopan seperti itu." Juhoon menggenggam tangan Asahi dan membawa laki-laki itu menuju kamar mandi karena harus mengantarkannya.
"Juhoon tidak akan marah kepada Haruka karena aku 'kan?"
Juhoon mengetuk-ngetuk dagunya pelan, "kalau itu yang Kakak mau, aku tidak akan marah. Tapi sejujurnya aku sangat marah."
"Juhoon makanlah bareng Haruka." Asahi menyuruh Juhoon duduk di samping Haruka walaupun sempat ditolak oleh anak laki-laki itu. Mereka langsung ke ruang makan sehabis dari toilet.
"Kau harus minta maaf ke Kak Asahi, itu sangat tidak sopan." Mendengar perkataan Juhoon membuang Haruka tidak senang.
"Aku tidak merasa bersalah dan aku tidak merasa bahwa hal itu 'tidak sopan' kau tau?" balas Haruka sambil menekan kata tidak sopan.
"Kau mengatakan seolah-olah tau kehidupan Kak Asahi!" Juhoon tidak kalah membalas perkataan Haruka, merasa tidak terima bahwa orang kesukaannya dikatakan yang tidak-tidak.
"Dan aku memang tau! Apa kau tau bagaimana perasaan anak kandung yang ditelantarkan nya melihatmu akrab dengan Papa kandungnya?"
Minji dengan tergesa-gesa membawa Haruka pergi dari sana, "Haruka... tidak biasanya kamu seperti ini? Ada masalah di rumahmu?"
Anak kecil itu tidak menjawab, ia hanya mampu menundukkan kepalanya dan menangis. "Ada strawberry di makananku, aku tidak suka.
"Lalu kenapa bertengkar dengan Juhoon?"
"Hanya ingin." Balasan dari Haruka membuat Minji tercengang.
"Dan kenapa kamu menangis? Kamu bisa mengatakannya baik-baik atau menyingkirkan strawberry itu."
"Aku hanya ingin marah dan menangis. Apa Kakak puas?"
【 Till My Hearteches End 】
Pintu itu digeser oleh Asahi dan degan perlahan Asahi membawa langkahnya mendekati Haruka yang sibuk membaca buku.
"Aku tau kamu sedang tidak membaca buku, buku itu terbalik." Asahi tersenyum ketika Haruka menampilkan wajahnya dibalik buku yang tidak dia baca.
"Aku juga tau kalau kedatanganku di hadapanmu membuatmu marah, hanya saja aku tidak nyaman jika ada hubungan buruk dengan seseorang, apalagi kita akan sering bertemu, bukan?"
"Aku minta maaf. Aku pasti membuatmu sangat marah, ya? Aku ke sini hanya akan mengatakan hal itu. Aku sebisa mungkin akan menghindari mu kalau kamu menginginkannya." Setelah mengatakan hal itu, Asahi tersenyum manis sebelum kembali pergi dari hadapan Haruka.
"Kau bahkan tidak berniat menebus kesalahanmu? Kau bahkan tidak menyesali perbuatanmu."
Tubuh Asahi menegang sebelum tangannya bisa menyentuh pintu dan menutupnya.
Beberapa detik terdiam, tangannya menyentuh dadanya yang nyeri, ia tidak bisa bernapas.
"Asahi!"
Renjun membantu Asahi yang kesusahan bernapas menuju ruang kesehatan. Di sana Asahi terbaring dan mendapatkan obat penenang.
"Kau yakin tidak tau apa yang terjadi?"
"Aku hanya tau dia tidak bisa bernapas, hanya itu." Jawab Renjun kesal karena dirinya sudah menjelaskan lebih dari tiga kali kepada Mashiho.
Renjun yang berpikir Asahi akan ditemani oleh Mashiho berlalu pergi dari sana.
Renjun melihat Haruka yang bengong menatap tempat kejadian Asahi tidak bisa bernapas. "Haruka," panggil Renjun pelan yang mampu membuat Haruka tersadar.
Mata kecil itu berkata bahwa ia kaget dengan kehadiran Renjun tiba-tiba.
"Tadi ada kamu, ya? Kenapa ngga samperin Kak Asahi?"
"Aku tidak ingin membuang tenagaku untuk orang yang tidak aku sukai," ujar Haruka yang membuat Renjun kaget bukan main.
"Kamu tau kalau kamu tidak boleh mengatakan hal itu 'kan?" Renjun memastikan dan Haruka menjawab dengan anggukan pelan.
Renjun mendekatkan dirinya dengan Haruka, "Haruka sungguh tidak menyukai Kak Asahi?"
"Sikapku menjelaskannya."
【 Till My Hearteches End 】
Tangan kecil itu menghapus kasar air matanya yang terus-menerus mengalir sejak ia memutuskan untuk ke kamar mandi.
Sudah lebih dari lima menit Haruka berada di dalam kamar mandi sendirian. Ia hanya takut Asahi kenapa-kenapa, ia hanya takut Asahi tidak tau siapa dirinya.
Haruka keluar setelah bisa mengatur emosinya yang memuncak tadi.
"Menangis karena apa?" tanya Juhoon yang melihat enggan ke arah Haruka.
"Aku tidak menangis," jawabnya sambil tertawa kecil.
"Matamu tidak bisa berbohong! Merasa bersalah mengatakan hal jahat ke Kak Asahi?" tanya Juhoon remeh.
"Sudah aku katakan aku tidak merasa bersalah! Dia pantas akan hal itu!"
"Aku tidak tau kamu aslinya seperti ini Haruka," ujar Juhoon lirih yang melihat Haruka seperti bukan dirinya yang biasa ia lihat.
"Berkat Kak Asahi aku dapat mengeluarkan sisi yang tidak bisa aku keluarkan selama ini, berterima kasihlah kepadanya yang bisa memanggil diriku ini."
Juhoon terdiam setelahnya, otak kecilnya tidak mampu menerima apa yang sedang ingin dilakukan Haruka.
ִֶָ % tbc ›
jangan lupa dukungannya, ya!
makasii yang udah support dan nungguin cerita inii ^_^
KAMU SEDANG MEMBACA
till my heartaches end; harusahi
ContoHaruto berharap, agar mereka kembali dipertemukan. Menjadi lengkap. Ketika mereka dipertemukan, ia ingin menahannya untuk selalu bersama, tidak akan pernah melepaskannya dan menjadi bodoh untuk membiarkannya pergi begitu saja. ©velnopus ៸៸ bxb, m-p...