"Bangun!"
Jeruji itu ditendang dengan keras menimbulkan suara yang memaksa lima orang yang berada di dalam sel untuk bangun. Atau mungkin hanya sekedar membuka mata- tak satupun dari mereka bisa tidur sejak semalam.
Pintu sel Arleon terbuka, salah seorang penjaga masuk dan menarik borgol besi yang melingkari tangan Arleon agar sang kardinal segera melangkah keluar. Dengan perlahan ia bangkit, segera berjalan keluar tanpa menoleh sedikitpun.
Sam, Chris, Jonathan, dan Hazel saling bertukar pandangan dalam diam. Keempatnya mengangguk. Rencana penyelamatan Arleon akan segera dimulai.
~
Istana Kerajaan Detrio dikelilingi oleh banyak orang. Mulai dari gelandangan, pedagang, bangsawan, hingga pengelana berkumpul di depan istana untuk menyaksikan sebuah tontonan menarik.
Berita mengenai tertangkapnya Kardinal Laverios tersebar dengan cepat. Begitu pula dengan pengakuannya yang mengejutkan mengenai ulah Paus yang konon katanya sengaja ingin membunuhnya.
Dalam sekejap banyak teori konspirasi mulai bermunculan di kalangan rakyat. Mulai dari kemungkinan bahwa Paus memang ingin menyingkirkan Arleon, hingga teori liar seperti kemungkinan bahwa Arleon merupakan pangeran rahasia Kerajaan Detrio, serta pangeran Mikaelis berusaha menyingkirkan Arleon karena merasa cemburu sang kardinal mendapatkan perhatian lebih besar dari rakyat Detrio. Mereka seakan lupa dengan wabah yang terjadi, lebih menyukai cerita menarik tentang perebutan kekuasaan dari tokoh-tokoh paling berpengaruh di Detrio itu.
Mereka bersorak riuh ketika melihat Raja, Pangeran Mikaelis, dan Paus yang muncul secara bersamaan di balkon istana. Mahkota sang raja berkilau di bawah sinar matahari, menunjukkan seberapa besar kekuasaannya bahkan tanpa mengucap apapun. Dengan satu gerakan tangan, sang raja membuat semua orang dibawahnya terdiam. Ia lalu melangkah ke depan untuk mengucapkan beberapa kalimat.
"Akhirnya penderitaan rakyat Detrio akan berakhir! Kardinal Laverios yang akan menjadi kunci berakhirnya wabah yang terjadi belakangan ini telah tertangkap. Kalian tidak perlu merasa takut lagi akan wabah itu."
Orang-orang itu kembali bersorak mendengar pernyataan pemimpin mereka. Bahkan beberapa diantaranya menangis haru. Mereka akhirnya terbebas dari neraka. Mereka tidak perlu kehilangan orang yang mereka sayangi lagi secara mendadak.
"Semua ini berkat putraku, Pangeran Mikaelis yang dapat menemukan Kardinal Laverios. Aku sangat bangga kepada Pangeran Mikaelis."
'Hidup Pangeran Mikaelis!' terdengar bersautan dari seluruh penjuru istana. Sang pangeran hanya tersenyum tipis ketika mendengarnya. Pandangannya tertuju pada kerangkeng besi di dekat pintu masuk istana. Arleon berada di dalamnya bak hewan eksotis yang hendak dipamerkan dalam sebuah pertunjukan sirkus.
Raja, Pangeran Mikaelis, dan Paus kemudian turun dari balkon dan menuju pelataran istana. Pangeran Mikaelis dan Paus akan pergi ke gerbang iblis. Mereka akan mengadakan ritual pengorbanan Arleon di sana untuk menyudahi wabah yang terjadi di seluruh penjuru negeri.
Raja menepuk bahu sang pangeran sembari berujar pelan, "Aku percayakan semuanya kepadamu."
Mikaelis mengangguk mantap. Ia segera menaiki kuda putih miliknya untuk mengiringi perjalanan Arleon bersama Paus dan pasukannya.
"MAJU!"
Suara Mikaelis menggerakkan seluruh pasukan untuk memulai perjalanan. Ia berada di barisan terdepan bersama dua orang pengawalnya.
Ttak!!!
Sebuah batu dilempar hingga mengenai kerangkeng tempat Arleon berada. Reflek ia mengangkat kedua tangannya untuk melindungi kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Red Crown (Chanjin)✔️
Historical FictionSamuel tak pernah inginkan tahta. Ia hanya ingin hidup tenang seperti saat dirinya masih hidup di luar istana bersama ibunya yang merupakan rakyat biasa. Namun darah kerajaan yang mengalir dalam tubuhnya membuat dirinya tetap jadi ancaman bagi tahta...