03 : Selamat Datang di Kelas 11 MIPA 2

30 3 4
                                    

Tidak ada yang lebih menakutkan daripada merasakan kematian dan merasakan waktu yang terhenti.

Aurelia Aurita

.
.
.

Berdasarkan hasil diskusi antara Bu Widya dan Bu Ningrum, Aurelia ditempatkan di kelas 11 MIPA 2 dengan Bu Ningrum sebagai wali kelasnya. Diskusinya tidak rumit seperti apa yang Aurelia bayangan. Alasannya sederhana, ia ditempatkan di kelas Bu Ningrum karena kebetulan pagi ini beliau mengajar mata pelajaran kimia di kelasnya. Alasan lainnya adalah, kelas 11 MIPA 2 masih mampu menampung satu orang pindahan, tidak seperti kelas 11 MIPA 3 yang sudah penuh.

Saat bel masuk telah berbunyi, Bu Ningrum mengajak Aurelia ke lantai dua di mana kelas barunya berada. Selama perjalanan menuju kelas yang banyak dihabiskan dengan menaiki tangga, Bu Ningrum membicarakan banyak hal dari keunggulan sekolah ini bahkan membicarakan tentang anaknya sendiri yang masih kelas 10 dan aktif mengikuti ekskul paskibraka.

Selesai menaiki anak tangga terakhir, mereka berdua tiba di depan kelas 11 MIPA 3 yang berada di dekat tangga dan bersebelahan dengan kelas 11 MIPA 2.

"Oke kita udah sampai," ucap guru kimia itu yang kini membuka pintu kelas yang suara berisiknya terdengar sampai ke luar. Saat pintu kayu itu terbuka dan mereka berdua memasuki kelas, suasana kelas langsung berubah menjadi sunyi. Beberapa siswa yang awalnya masih bermain-main kini mulai duduk di bangkunya masing-masing. Aurelia menunduk, tak berani melihat suasana di kelas itu karena dirinya yang menjadi pusat perhatian.

Bu Ningrum mulai menepuk bahu Aurelia dari samping dengan akrab. "Selamat pagi anak-anak sekalian. Hari ini kita kedatangan murid baru. Silakan perkenalkan namamu dengan lengkap."

Aurelia mengembuskan napas dalam, berusaha rileks. Tenang, ini hanya perkenalan biasa. Setelah perkenalan selesai, ia akan duduk dan belajar seperti biasa -dan tak lupa mencari clue peri waktu diam-diam. Tapi Aurelia tak mampu membayangkan reaksi orang yang sekelas dengannya saat mendengar nama lengkapnya yang punya arti ubur-ubur ini. Semoga teman sekelasnya tidak menyadari kalau namanya adalah ubur-ubur. Semoga... Tapi mengingat bahwa kelas yang ia masuki adalah 11 MIPA 2 -yang pastinya belajar biologi dan pernah mempelajari nama ilmiah hewan saat kelas 10- ia kembali gusar. Kalau Bu BK berada di kelas sekarang, beliau pasti tahu betapa kalutnya pikiran Aurelia saat ini. Belum perkenalan saja dia sudah overthinking duluan.

"Perkenalkan nama saya Aurelia Aurita. Salam kenal ya," ucap Aurelia dengan senyum tipisnya yang rasanya sangat sulit untuk ia pertahankan karena sedikit gemetaran.

Tidak seperti apa yang ia bayangkan. Suasana di kelas ini sunyi, tidak ada orang yang menertawakan namanya. Aurelia bersyukur dalam hati.

"Namanya kek nggak asing."

"Iya ya kek pernah denger gitu. Tapi gue lupa."

"Ntar gue ingat-ingat dulu. Di mana ya..."

Terdengar beberapa orang hampir menyadari keanehan pada nama lengkapnya Aurelia.

"Jangan ingat, jangan ingat, jangan ingat," batin Aurelia ketar-ketir setengah mati, walaupun ia sudah pernah mati satu kali di dalam novel karena tertabrak truk.

Bu Ningrum ayolah alihkan perhatian orang sekelas dengan menyuruhnya duduk atau apalah. Aurelia benar-benar ingin menyudahi sesi perkenalan yang rasanya sangat mengintimidasi melebihi tatapan dingin Bu BK.

"Aduh gimana sih, kalian ini kan anak IPA masa lupa sama pelajaran biologi kelas 10? Kalah sama ibu yang udah puluhan tahun belajar biologi tapi masih ingat. Aurelia Aurita itu nama ilmiah dari ubur-ubur bulan. Benar kan, Aurelia?"

Time Stopper HunterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang