Di tempat kerjanya, Mas Irsan baru saja menyelesaikan semua data keuangan. Pekerjaanya hari ini ternyata cukup padat. Menjadi seorang restaurant manager tentunya memiliki banyak tanggung jawab, di antaranya merekut dan mengelola karyawan secara efektif, mengawasi operasional, menangani keluhan pelangggan dan membuat laporan keuangan.
Setelah selesai membuat laporan keuangan. Ia menyandarkan punggungnya di kursi sambil meregangkan ototnya yang terasa pegal. Tidak terasa hari ini sudah pukul 7 malam. Ia pulang telat hari ini.
Karena pekerjaannya sudah selesai, Mas Irsan memutuskan untuk pulang di karenakan hari sudah mulai malam. Ia keluar dari ruangannya, membalas sapaan para karyawan yang menyapanya.
Ketika sampai di parkiran, Mas Irsan menghentikan langkah saat melihat Winarni yang sedang berdiri di dekat parkirnan. Kebetulan, restoran milik Mas Irsan letaknya dengan dengan jalanan. Sehingga mudah di lihat oleh para khayalak umum.
Mas Irsan yang tadinya akan memasuki mobil, kini berjalan mendekat ke arah Winarni.
"Nunggu angkot lagi?" pertanyaan Mas Irsan membuat Winarni kaget. Wanita itu menoleh, ternyata Mas Irsan rupanya. Pria itu selalu saja membuat dirinya kaget.
"I-iya Mas," jawab Winarni. Menunggu angkutan umum di jam segini memang susah, karena jarang ada yang lewat. Adanya juga taksi. Tapi biaya taksi mahal, ia tidak ada uang untuk memakai kendaraan itu.
"Bareng saya aja. Udah saya bilang, bareng saya aja kalau sekiranya susah nunggu angkot," kata Mas Irsan.
Mau tidak mau, Winarni mengangguk menyetujui. Keduanya berjalan memasuki mobil milik si atasannya itu.
Di sisi lain, Amel dan Kamila yang akan pulang pun tak sengaja melihat keduanya memasuki mobil yang sama. Lagi, ada apa sebenarnya dengan mereka?
"Mencurigakan, jangan-jangan si Winar jadi gundiknya Pak Irsan lagi," celetuk Amel ketika mobil milik atasannya itu sudah meninggalkan parkiran.
Kamila mengerutkan kening bingung. "Jangan-jangan iya lagi. Tapi, mana mau Pak Irsan sama pelayan."
Amel memutar bola mata malas. "Lah itu buktinya mereka bareng terus. Gimana mau positif thinking. Wong mereka kelihatan deket gitu. Lagian ya, pria dewasa dan wanita dewasa kalau udah berada di tempat yang tertutup, bisa aja 'kan melakukan hal tak senonoh," papar Amel.
"Ngeri gue kalau beneran iya. Secara 'kan cantikan Bu Rinjani ketimbang si Winar, mau-maunya aja Pak Irsan sama dia," ujar Kamila.
"Jadi pelakor mah gak perlu cantik dah, perlu nggak tau malu sama nggak tahu diri aja. Cuma modal selangkang*n doang mah bisa tuh jadi simpanan," ucap Amel.
Obrolan keduanya terhenti ketika ojek online yang mereka pesan sudah sampai. Keduanya berpamitan. Padahal sedang asik-asiknya bergosip.
Di dalam mobil milik Mas Irsan, keduanya mengobrol sesekali tertawa. Kini, tidak ada lagi kecanggungan di antaranya.
"Kayaknya mereka curiga deh Mas sama kita," ucap Winarni.
"Siapa?" tanya Mas Irsan.
"Amel sama Kamila. Soalnya tadi pas kerja, mereka lihatin aku aja, sinis gitu Mas."
"Biarkan saja."
Entah apa yang terjadi di antara keduanya, dinginnya udara malam bahkan dinginnya AC mobil membuat tubuh Mas Irsan merasakan panas. Ingin rasanya ia segera sampai rumah, untuk menuntaskan hasratnya pada sang istri.
Karena jalanan ibu kota tidak macet, keduanya sudah sampai di komplek perumahan. Mas Irsan menurunkan Winarni di jalan.
"Makasih Mas. Selamat malam, semoga mimpi indah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Misteri Selingkuhan Suamiku
RomansKeanehan yang di rasakan oleh Rinjani ketika dirinya mengandung lagi, membuatnya curiga terhadap perilaku suaminya. Merasa penasaran, Rinjani memutuskan untuk menyelidiki setiap gerak-gerik suaminya secara diam-diam. Ia memutuskan untuk membuntuti s...