Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
▵ ▵ ▵
"Mas bangun! Udah siang loh!?"
"Hmm lima menit... ."
Haechan mendengus, lima menit lima menit palingan sejam lagi masih molor. Lihatlah suaminya ini, kembali mendengkur dengan mulut terbuka lebar, terlihat begitu kelelahan. Kaya yang abis kerja rodi aja.
"Yaudah kalo gitu adek pergi sendiri sama Chenle. Mas jaga rumah," final Haechan jengah dengan Mark. Padahal sudah berkali-kali Haechan bangunkan sejak tadi tapi masih saja pria itu mengorok.
Mendengar ucapan Haechan yang terdengar sedikit sayup-sayup di telinganya, Mark sontak langsung membuka kedua matanya. Ia terduduk menatap linglung ke arah Haechan yang masih berdiri tepat di samping ranjang.
"Emang mau kemana?" tanya Mark bingung.
"Ck, lupa? Mau ke pesta pernikahan temen adek kan?"
Haechan merollingkan kedua matanya melihat Mark yang masih terdiam plonga-plongo di atas ranjang. Ia memutuskan untuk pergi keluar kamar, mengecek Chenle yang baru saja ia tinggal sebentar di ruang televisi.
Namun Mark tiba-tiba menarik tangan Haechan, menyebabkan dirinya jatuh terduduk di depan Mark.
Haechan mengernyit bingung. Ia menatap Mark yang masih memegang pergelangan tangannya.
"Kenapa?"
"Mas lupa, yaudah ayo mandi bareng sekalian."
Haechan terperangah saat Mark tiba-tiba turun dari atas ranjang menyeret tangannya menuju kamar mandi. Di sela-sela tarikan Mark, Haechan berusaha melepaskan cengkraman jari-jari suaminya.
"Mas! Adek udah mandi! Sana mandi sendiri!"
Haechan menghentakkan tangannya menyebabkan tautan tangan keduanya terlepas. Enak saja mau mengajaknya mandi lagi.
"Kok ga bilang-bilang dari tadi?"
"Mas aja yang kebo, udah adek bangunin berkali-kali masih aja bilang limi minit limi minit," cibir Haechan memutuskan berbalik badan menyusul anak manisnya.
