Istana kekaisaran Ayrus memiliki dinding yang tinggi dan megah. Terbuat dari batu batu kuat yang dipahat dengan indah dan dihiasi dengan lambang-lambang bercorak matahari.
Di atas dindingnya terdapat benteng-benteng dan menara-menara yang menjulang tinggi. Memberikan pemandangan indah dan mengesankan bagi siapa saja yang melihatnya.
Dengan kolam-kolam tinggi yang dihiasi dengan ukiran-ukiran anggun. Atapnya terbuat dari logam berkilauan yang terbuat dari perak dan emas. Menghadirkan kesan kemegahan yang spektakuler.
Meski gelap sudah menyambut, tidak melunturkan kesan kemegahannya. Lentera-lentera disepanjang lorong istana yang kulewati membuat kilauan emas semakin indah dan misterius.
Tepat dibelakangku Bibi Kal berjalan dengan tatapan menghadap ke bawah dan mengarahkanku menuju ruang makan. Aku heran, sepanjang orang yang kutemui terkecuali pangeran muda selalu menunduk dengan tangan menyatu didepan. Apa mereka tidak pernah menabrak sesuatu saat berjalan? Aneh sekali.
Langkahku tiba-tiba terhenti saat melihat sebuah kilauan cahaya keemasan yang menarik perhatianku. Tepat ditengah istana sebuah pohon besar dengan daun berwarna emas berdiri dengan kokohnya dibawah sinar bulan. Persis sekali seperti sampul pada buku sialan itu, tapi ini lebih memukau.
"Ini apa bibi Kal?" Netraku masih terpaku pada pohon penuh kilauan di depanku.
"Harta Ayrus yang sangat berharga, Pohon Kehidupan." Tidak, itu bukan suara bibi Kal. Ku tolehkan kepalaku kebelakang untuk memastikan.
"Salam kepada Pangeran Muda Kekaisaran Ayrus, cahaya matahari selalu menyertai yang mulia." Benar saja Bibi Kal kini tengah menunduk 90° dan menghadap Pangeran Muda dengan senyum khasnya.
Meski tidak mengerti dengan yang di ucapkan Bibi Kal, aku te tap mengikutinya. Samar aku dapat mendengarnya terkekeh beberapa detik.
"Ku terima salam kalian." Bibi Kal kembali menegakkan tubuhnya dan kuikuti, sepertinya aku harus belajar banyak tentang tata krama kerajaan.
Menoleh padaku, pangeran muda bertanya, "Apa yang membuatmu menanyakannya, Lir?"
"Pohon itu sama persis seperti yang dibuku."
"Benar. Itulah yang kupikirkan pertama kali saat melihat bukumu. Mungkin saja buku itu ada hubungannya dengan pohon kehidupan atau bahkan Kekaisaran Ayrus. Maka dari itu aku memutuskan membuatmu menetap disini untuk memastikan."
Kutatap pohon didepanku dengan sendu. Apa yang sebenarnya takdir inginkan dariku? Apa yang bisa diharapkan dari gadis SMA yang menganggap hidupnya hanyalah lelucon? Aku masih tidak mengerti.
"Ingin mendengar dongeng, Lir? Ini mungkin bisa membantumu." Pangeran menatapku dengan senyum yang tak pernah pudar dari bibirnya.
"Tentu, Yang Mulia."
"Dahulu sekali, kekaisaran Ayrus tidak semakmur saat ini. Tanah yang tandus dan setetes air bahkan sangat langka saat itu, membuat kerajaan kami terpaksa berhutang pada kerajaan tetangga. Kakek buyutku yang sudah sangat putus asa melihat rakyatnya satu persatu pergi meninggalkan kerajaan kami, memohon kepada Dewa Matahari dengan bertapa. Usaha kakek buyutku memuahkan hasil, Dewa Matahari mendatanginya dan memberikan sebuah biji emas.
'Dengarlah anakku! Aku terkesan akan pengabdianmu, maka sebagai hadiah kumakmurkan kerajaanmu lebih dari yang kau harapkan. Namun ingatlah! Jaga biji ini dan apapun yang dihasilkan olehnya, apabila suatu hari nanti keturunanmu berani menghancurkannya maka malapataka bagi kerajaanmu.' Itulah mandat dari Dewa Matahari.
Biji yang ditanam tumbuh dengan subur membentuk pohon besar dengan daun berwarana emas. Bagaikan keajaiban kerajaan kami menjadi sangat makmur, air mulai mengalir dengan deras, para petanipun dapat memulai panennya. Kami percaya pohon itulah yang memberi kehidupan baru untuk kekaisaran Ayrus, sehingga kami menyebutnya pohon kehidupan.
Pohon itu selalu berdiri kokoh dan tak pernah mati meski dalam cuaca apapun, buahnya tumbuh setiap 400 tahun sekali. Mengejutkannya buah itu tidak seperti buah kebanyakan, teksturnya yang sekeras batu dengan bentuk yang unik serta warnanya yang bercahaya menjadi harta kami yang paling berharga.
Buah pertama yang tumpuh berwarna biru laut disebut batu pertama. Kami mengartikannya sebagai sumber mata air yang menghilangkan dahaga kekaisaran Ayrus.
Buah kedua yang tumbuh berwarna coklat terang disebut batu kedua. Kami mengartikannya sebagai kesuburan bumi yang memberi kehidupan untuk makhluk hidup di Ayrus.
Buah ketiga yang tumbuh berwarna putih disebut batu ketiga. Kami mengartikannya sebagai pembawa kekayaan yang melimpah untuk kekaisaran Ayrus.
Sedangkan buah terakhir tumbuh berwarna merah darah disebut batu terakhir. Berbeda dengan batu lainnya, batu terakhir memiliki arti yang mengerikan yaitu api yang melahap habis kekaisaran Ayrus. Konon batu terakhir memiliki kekuatan yang sangat besar hingga mampu meratakan kekaisaran Ayrus."
"Dimana keempat buah itu sekarang, Pangeran?"
Tatapannya beralih pada bangunan tinggi yang berdiri kokoh tidak jauh dari pohon kehidupan, "Kami sangat menjaganya, menempatkannya pada ruangan khusus dengan penjagaan ketat. Tidak boleh ada yang melihat atau bahkan menyentuhnya. Termasuk diriku."
Belum sempat aku bertanya kembali, seorang laki laki gagah dengan pedang tersimpan rapi ditangannya mendekati Pangeran. "Sudah waktunya yang mulia."
Berbeda dengan tatapan Pangeran yang hangat dan ramah, dia sekilas menatapku dengan tatapan acuh. "Dia adalah Panglima Tak, pengabdi paling setia Kekaisaran Ayrus. Hiraukan saja, sifatnya memang selalu seperti itu." Jelas pangeran dengan senyuman. "Maaf karena tidak bisa menemanimu makan malam, Lir. Nikmatilah makan malammu."
Saat akan beranjak pergi, dia kembali menoleh. "Apa aku sudah mengatakannya?" Keningku sedikit mengkerut, "Kau nampak lebih cantik dengan gaun panjang ini dari pada gaun pengemis yang memperlihatkan kakimu."
Sebenarnya dia sedang mengejekku atau memujiku? "Saya anggap itu sebuah pujian, terimakasih Yang Mulia."
Miracle4714, 03/02/24
KAMU SEDANG MEMBACA
AYRUS {The Legend Of Last Stone}
FantasíaLyra, seorang gadis berseragam putih abu-abu, tanpa sengaja menemukan sebuah buku aneh yang membawanya ke tempat asing, negeri penuh misteri yang jauh dari peradaban modern. Negeri ini berpusat pada sebuah kepercayaan akan Pohon Kehidupan, pohon leg...