Terlalu serius dalam menghadapi masalah itu tidak baik kan?
Galaksi Bimasakti
.
.
.Dari kejauhan Aurelia dapat melihat Bima yang sudah menunggunya di parkiran yang hampir sepi sembari duduk di atas motor maticnya yang bewarna hitam kecokelatan itu. Laki-laki yang sering melayangkan jokes receh itu masih belum menyadari adanya Aurelia dari jarak sepuluh meter, ia masih fokus memainkan rambutnya, menyisir rambutnya dengan jari tangan, dan berkaca di spion sebelum menyengir lebar karena melihat sosoknya yang Aurelia akui cukup ganteng dan imut di saat yang bersamaan.
Aurelia ngedumel dalam hati. Andai orang-orang tahu kalau Bima itu adalah penulis yang suka membunuh karakter novelnya sendiri, apakah orang-orang akan kesal seperti dirinya? Ah, orang-orang juga tidak akan peduli. Toh Aurelia, Jun, dan Ayah Aurelia adalah karakter fiksi yang kematiannya dibutuhkan untuk kepentingan cerita. Yang jadi masalahnya adalah rasa sakit yang diciptakan itu terlalu nyata untuk sekadar dikatakan sebagai fiksi belaka.
Aurelia mendengus. Saat langkahnya terhenti tepat di samping Bima yang sampai sekarang masih belum menyadari kedatangannya, Aurelia langsung memukul bahu lelaki itu dengan kuat. Ya, dengan ini hutangnya untuk memukul Bima tadi sudah lunas.
Bima terlonjak kaget merasakan satu pukulan di bahu kirinya. Kini ia mengalihkan pandangannya dari kaca spion dan memerhatikan Aurelia dengan tatapan penuh tanya sambil meringis sakit mengelusi pundaknya. "Lo kenapa sih datang-datang langsung mukul orang?"
"Ini balasan karena lo sengaja mempermalukan gue!"
"Hah mempermalukan apa sih?!" Bima mengerutkan keningnya, masih belum mengerti.
"Nama gue yang pake nama ilmiah ubur-ubur!"
Otak Bima berputar memikirkan banyak hal. Oh jadi ini masalah nama yang diberikan darinya?
"Lo di-bully di hari pertama lo sekolah karena nama lo ubur-ubur?!"
"Nggak separah itu sampai di-bully sih... Tapi gue malu banget pas perkenalan tadi. Semua orang tahu nama aneh gue gara-gara Bu Ningrum yang ngasih tau artinya, arghhh!" Aurelia mengeluh sambil memegangi kepalanya frustasi.
Bima tertawa lepas membuat satu dua orang yang masih ada di parkiran menoleh padanya. Jadi hanya perkara nama Aurelia sampai memukulnya begini. Tapi Bima akui tenaga Aurelia saat memukulnya tadi sangat kuat dan tak main-main, seperti orang yang udah terbiasa bogem mentah untuk berkelahi. Eh tunggu, Bima sekarang berhenti tertawa dan berpikir satu hal absurd. Apa jangan-jangan seluruh tenaga Jun yang sering ikut tawuran malah berpindah ke Aurelia?!
"Lo ketawa karena seneng gue dipermalukan gitu, hah?!" Perempuan itu mencubit lengan Bima dengan pelan tapi Bima malah meringis kesakitan.
"Aduh, aduh lo kenapa sih pas di-summon berubah jadi kek bocah tantrum gini?"
"Dicubit pelan doang kok anjir. Lebay lu," balas Aurelia membela dirinya dengan tatapan mata sinis yang cukup terlihat menyeramkan di mata Bima.
Bima manggut-manggut. Bagaimanapun juga karakter fiksi ini sudah berubah 180°, Aurelia yang ada di hadapannya dan Aurelia yang ada di novel itu berbeda jauh!
Di novel, Bima mendeskripsikan Aurelia sebagai perempuan melankolis dan penyabar yang sangat membenci kekerasan. Oleh karenanya, ia berhasil membujuk Jun untuk berhenti tawuran dan mengajaknya fokus berjuang bersama-sama untuk memperbaiki diri. Tapi Aurelia yang sekarang terlihat seperti gorila yang mengamuk yang suka mengeluarkan kata-kata pedas. Pokoknya Aurelia di novel dan Aurelia di hadapannya saat ini bagai langit dan bumi!
KAMU SEDANG MEMBACA
Time Stopper Hunter
FantasyInsiden kecelakaan hari itu adalah awal dari segalanya. Setelah mengalami kematian yang tragis bersama Jun, kini Aurelia bisa hidup kembali di dunia yang berbeda karena kekuatan Bima. Aurelia tak menyangka kehidupan yang selama ini telah ia lalui te...