Ekstra part (1)

6.6K 249 30
                                    

Ibu adalah sosok pahlawan bagi setiap anak. Kasih sayangnya begitu besar dengan semua pengorbanannya. Selamat hari ibu untuk semua ibu terbaik di dunia.”

-Takdir Sang Ilahi-

°°°

5 tahun kemudian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

5 tahun kemudian.

Di sebuah tempat, seorang anak laki-laki tumbuh menjadi sosok anak yang tampan, pintar dan aktif. Anak laki-laki yang baru beranjak usia 5 tahun itu, seolah tak letih bermain bersama dengan saudaranya yang lain. Aktif, pintar, ceria dan penuh semangat itu menjadi ciri khas dari seorang anak laki-laki bernama Abidzar Faheem Ghaziy Al-Mirza. Tumbuh di suasana dan tempat pesantren dengan dikenal sebagai Gus kecil yang disayangi oleh para santri. 

Hentakan lari pada lantai dengan suara teriakan memanggil nama seseorang dari seorang anak kecil, menggema di seluruh rumah, membuat seorang wanita paruh baya yang sedari tadi ada di halaman belakang, melangkah terburu-buru ke dalam rumah.

"Jiddah.."

"Jiddah, ada di mana?" teriaknya memanggil sang nenek dengan sebutan jiddah.

Suara teriakan yang memanggil seseorang seketika berhenti ketika kedua netra anak kecil itu melihat pada wanita paruh baya. Senyum yang merekah lebar mampu membuat umi Fatimah bernapas lega karena mengira jika ada sesuatu yang terjadi pada cucunya yang berteriak memanggil seperti tadi.

Berlari kecil untuk menghampiri sang nenek hingga sampai di depannya, umi Fatimah menarik kedua ujung bibirnya membentuk lengkungan senyum lebar.

"Kenapa teriak-teriak manggil, jiddah? Jiddah udah khawatir kalau kamu kenapa-napa, nak." ujar umi Fatimah pada cucunya dengan raut wajah yang cemas.

Mendengar omelan dari sang nenek, membuat Abidzar cengengesan dan bahkan senyum itu masih mengembang lebar. 

"Maaf, jiddah. Bizar dari tadi cari-cari, jiddah. Bizar mau nunjukin sesuatu ke jiddah," ucap Abidzar dengan logat yang lucu dan ekspresi yang terlihat polos dan menggemaskan.

Umi Fatimah terkekeh kecil dengan tangan yang terangkat mengelus kepala cucunya dengan lembut.

"Emang Bizar mau nunjukin apa ke jiddah?" umi Fatimah bertanya dengan menatap wajah cucunya, sangat penasaran.

Abidzar tak langsung menjawab, justru menyunggingkan senyum yang semakin merekah.

"Ayo, jiddah. Bizar tunjukkin ke jiddah," ucapnya sambil menarik tangan umi Fatimah dengan pelan menuju ruang keluarga.

Tak lama dari itu, Abidzar meminta umi Fatimah untuk duduk di sofa. Melihat kertas yang terdapat gambar-gambar serta pensil warna yang ada di meja ruang keluarga, umi Fatimah memperhatikan cucunya yang mengambil sebuah kertas gambar yang telah di warnai. 

Takdir Sang Ilahi [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang