|selalu dibandingkan?

16 4 0
                                    

Kalian tau cerita ini dari mana nih?

kalian baca ini jam berapa?

Cerita "Kisah Cinta Yang Terakhir" yang masih on going sama seperti puncak yang belum didaki, yang masih menunggu kalian para pembaca sejati.

Makanya yuk cepetan baca

Awali dengan "bismillah" dan akhiri dengan "Alhamdulillah"

Ambil pesan di dalam cerita dan tinggalkan hal yang mungkin tidak pantas.

Semangat buat kalian!!

Happy reading 🦋

Jangan sakiti aku,
aku hanya ingin bahagia dengan
cara ku sendiri.

-kirana frilliyana


Terlihat mobil berwarna hitam di parkir kan di garasi rumah berwarna putih, seorang perempuan muda keluar dan mengunci mobil yang telah ia kendarai,  ia berjalan menuju pintu masuk dan membuka pintu, terlihat di ruang tamu sudah ada 3 orang yang sedang menikmati secangkir teh hangat, tentu mereka ayah dan ibundanya Kirana, ia berjalan perlahan menghampiri ayah dan bundanya menyalami keduanya lalu ikut duduk disebelah Radit
"Hai Bunda, ayah.. apa kabar?" Sapa Kirana sambil menyalami tangan orang tuanya

"Baik sayang, kamu bagaimana kabarnya, baik?" Tanya balik ayahnya sambil tersenyum.

"Baik yah.." jawab Kirana sambil tersenyum juga.

"Kamu dari mana sayang?" Tanya bunda pada Kirana, terlihat seperti intimidasi.

"Tadi Kirana ke taman sebentar Bun" jawab Kirana apa adanya, emang itu kebenarannya kan?

"Kamu tadi gak kerja kan? Mending pulang ke rumah bantuin Abang" ucap Bunda berniat menasehati.

"Ngapain bantuin? Tadi kan Abang gak di rumah, dan seharusnya Abang masih kerja di kantor kan?" jawab Kirana membenarkan, Radit diam dan hanya menatap Kirana dengan teduh.

"Enggak tuh, tadi bunda sama ayah datang kesini Abang lagi nyuci mobil tuh"
Ucap bunda yang dari tadi sudah ada disini dan mendapati Radit yang tengah mencuci mobil kesayangannya.

Kirana menghela nafas gusar
"Hah..  iya in dah" jawab singkat Kirana menanggapi, Kirana lalu berjalan menuju ke arah kamar tanpa memperdulikan orang tuanya yang masih di sana, pasti kalo kumpul gitu terus, sampai kapan sih?

"Mau kemana kamu?"  Tanya bunda tidak suka melihat tingkah Kirana yang tiba-tiba pergi tanpa berpamitan, tidak sopan.

"Kamar" jawab singkat Kirana malas menanggapi, "oke Kirana, seperti biasa, waktunya" batinya berucap

"1"

"2"

"3"

"Plis.. deh , dek. Berubah sedikit boleh gak sih?" Pinta bunda yang terlihat sudah lelah dengan kelakuan Kirana

"Kalau adek bilang gitu ke bunda , bunda pasti marah" ucap Kirana lalu berbalik badan menampakkan mata yang berkaca-kaca, entah kenapa setiap ia ingin membela diri pasti air mata selalu tidak bisa berkompromi.

"Adek.."

"Coba deh Bun, bunda tuh berubah, ga usah terlalu mengekang adek bisa gak!" Teriak Kirana frustasi, jujur saja Kirana sangat capek menghadapi sikap egois ibunya itu, sedari dulu emang selalu saja setiap Kirana melakukan sedikit kesalahan ia pasti dimarahi dan dibandingkan, "marah ya marah tapi jangan bandingin, aku punya keistimewaan sendiri bunda" sangat egois bukan? Ia selalu saja seperti itu apakah Kirana lahir di bumi ini salah? Kalo salah kenapa Kirana harus dilahirkan?

"Kalau bicara sama orang tua gak usah teriak" larang bunda sedikit menampakkan kalo ia sedang marah.

"Udah Bun, gak usah marah-marah" suruh ayah tidak tahan melihat anak perempuannya di marahi habis-habisan.

"Bunda gak marah ayah, bunda cuman menasihati adek" jawab bunda membela diri sendiri.

Radit berdiri menghadap sang ibu lalu berjalan menghampiri Kirana
"Tapi cara bunda nasihatin adek salah" saut bang Radit sambil merangkul Kirana

"Salah apa Radit, bunda cuman nasihatin adek baik-baik"

"Bunda emang nasihatnya dengan nada halus. Tapi bunda banding-bandingin adek sama Abang, Abang sama adek memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri Bun" penjelasan Radit pada bunda yang membuat bunda Lio terdiam sejenak.

"Bunda gak bandingin Abang dan adek, kalimat mana yang menunjukkan bunda bandingin Abang dan adek?" Tanya bunda tersulut emosi.

"Kalimat bunda emang gak ada yang menunjukkan perbandingan antara Abang dan adek , tapi kalau bunda masih debat adu mulut sama adek ujung-ujungnya bunda bandingin Abang dan adek, iya kan?" Tanya Radit pada bundanya yang terdiam mendengar kalimat Radit, benar juga kan?

"Bunda, adek selalu berfikir apa letak kesalahan adek selama ini? Apa bunda gak sayang sama adek? Apa salah adek Bun? Apa bunda benci sama adek? Apa adek nyakitin bunda? Enggak kan? Aku memikirkan itu semua berulang-ulang bun sampai kepalaku ingin pecah, jangan sakiti adek Bunda, adek hanya ingin bahagia dengan cara adek sendiri" setelah mengatakan itu semua Kirana pun berlari menuju ke kamar  meninggalkan tiga orang yang masih tersulut emosi sendiri.

Blam!

Terdengar di arah lantai atas suara pintu ditutup dengan keras, Kirana mengunci pintu lalu dia menuju ke arah meja belajarnya, dia pun mengambil buku note dan pena, Kirana pun menulis kata motivasi yang bisa membuat dia bertahan sampai sekarang

Tetap bertahan walau
menghadapi sebuah masalah dan tetap tersenyum walaupun terpaksa

ʘ⁠‿⁠ʘ

Setelah menulis kalimat tersebut,Kirana pun menyimpan buku note dan berjalan menuju kasur empuk, Kirana  menyelimuti tubuhnya dan mematikan lampu, selamat tidur Kirana.

.
.
.


Sampai sini aja deh

Gimana nih dapet gak suasananya?

Kayaknya gak terlalu menjiwai ya ⁠ꈍ⁠ᴗ⁠ꈍ

Mungkin kalian mau ngasih saran buat tulisan ku gitu?

Atau mungkin ada sedikit typo yang belum aku perbaiki, mohon dimaklumi ya...

Sampai jumpa di bab berikut.◠⁠‿⁠◕

AUTUMN LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang