Aku mengenalnya melalui media sosial bernama WhatsApp. Kita dipertemukan dalam sebuah group di WhatsApp, aku ingat, awal itu aku yang pertama nge chat pribadi ke akun WhatsApp miliknya. Hingga pada akhirnya kita berkenalan, dekat, teramat dekat, hingga akhirnya mengukir kisah-kisah yang dirajut menjadi kenangan."Hai kak, boleh kenalan?" Pesan pertama yang aku kirim padanya.
"Oh boleh."
"Namaku, Andi Purnama, asal Bandung Jawa Barat, umurku 20 tahun." Pesanku memperkenalkan diri.
"Lengkap banget ya memperkenalkan dirinya. Ckckckck."
"Hahahaaa, iya kak."
"Namaku, Yuni Hartina, asal Padang Sumatra Barat, umurku 23 tahun." Balasan pesan darinya memperkenalkan diri.
Dia perempuan yang sedikit lebih tua dariku, lahir di tanggal 25 bulan Juni, makanya namanya Yuni. Untuk tahun lahirnya, intinya dia lahir setelah Indonesia merdeka.
Setelah dari awal perkenalan itu kita berdua sering chating melalui WhatsApp, bahkan terkadang kita sering telpon atau video call hingga salah satu dari kita ada yang ketiduran. Intinya kita saling dekat, berbagi cerita, saling ada, saling menyemangati, dan aku suka apa yang dia ceritakan, sebisa mungkin aku selalu berusaha menjadi pendengar baik untuknya saat bercerita.
"Assalamualaikum bodoh." Pesanku padanya.
"Udah pakai WhatsApp lagi?"
Itu adalah awal pesan pertamaku padanya lagi, setelah beberapa bulan sebelumnya aku tidak memakai aplikasi WhatsApp. Entah apa alasanku dulu tidak memakai WhatsApp. Saat aku tidak memakai WhatsApp, aku dengannya chating melalui pesan SMS, bahkan kadang hanya telpon biasa.
"Udah, kemarin mulainya.
Sekian lama tenggelam dari WhatsApp, baru mulai lagi. Wkwwkwk." Pesanku padanya."Wkwwkwk. Kenapa pakai WhatsApp lagi? Katanya mau pakai WhatsApp pas lebaran saja."
"Pertama, mau tanya kabar-kabar sama keluarga, yang pada di kota pada mudik gak. Kedua, biar bisa video call sama keluarga. Ketiga, rindu kamu." Pesanku, dengan diakhir pesan memakai emoticon kedua mata berkedip dan menjulurkan lidah.
"Yang ketiga hoax." Balasan darimu, dengan diakhir pesan memakai tiga emoticon ketawa miring.
Awal aku memakai WhatsApp lagi, kita memulai chating baru di WhatsApp. Telpon bahkan video call. Hal aneh, kenapa kita bisa teramat dekat. Hingga pada suatu ketika ada panggilan "sayang."
Kita adalah dua orang yang dipertemukan dan berkenalan melalui media sosial. Bahkan sama sekali kita belum pernah jumpa di dunia nyata, kita hanya jumpa di dunia maya. Jujur saja, entah sejak kapan tiba-tiba aku jatuh cinta padanya. Aku jatuh cinta pada orang yang belum aku kenal dalam dunia nyata. Begitu mudah kah jatuh cinta?
"Aa," pesannya. Dia memanggilku dengan "Aa," entah sejak kapan mulainya, terkadang juga dengan kata "sayang," tiba-tiba kata panggilan itu sering kita katakan, tanpa ada sebuah awalan. Padahal kita hanya dua orang yang bertemu melalui sosial media.
"Iya, ada apa? Kangen."
"Iya sih kangen, dikit tapi."
"Hahaaaa."
"Cantik kan aku?" Pesannya lagi, setelah dia mengirim foto padaku.
"Mana ada. Jelek kali kau, kacamatanya kaya mata alien."
"Ishh nyebelin."
"Biarin, bodoh. hahahaha."
"Ay, gak mau dipanggil bodoh."
"Mau dipanggil apa dong?"
"Sayang aja," pesannya dengan diakhiri emoticon senyum.
"Iya udah, sayang."

KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA DAN LUKA
Short StoryManusia terkadang kan lupa introspeksi diri. Beberapa manusia suka menilai buruk seseorang sebelum dirinya introspeksi diri sendiri, bisa jadikan manusia itu lebih buruk dari seseorang yang ia anggap buruk. Ya memang beberapa manusia lupa untuk intr...