.
.
"Ah sudahlah! Kalian sesama wanita memang biasa saling membela!"
.
.
***
"Syukran, Malik. Kamu sudah repot-repot datang ke pengadilan," ucap Raesha ramah. Mereka sudah di teras lobi, menunggu mobil datang menjemput.
"Dengan senang hati. Sama sekali gak merepotkan," sahut Malik tersenyum manis. Lesung pipitnya nampak.
Adli mengamati tindak tanduk pria yang menjadi partner dakwah Raesha di televisi ini. Fix pria ini naksir Raesha. Tapi, katanya dia beristri dan punya dua anak? Kenapa ya, Raesha jadi semacam magnet untuk pria beristri? Nasibmu, Kak, komentar umum Adli untuk Raesha, dalam batinnya.
"Lain kali, gak usah datang lagi," ceplos Yunan.
Arisa mencubit pinggang belakang suaminya. Sungguh kelakuan kekanak-kanakan Yunan membuatnya malu. Padahal Yunan biasanya tidak seperti ini. Dia jadi ajaib kalau ada masalah terkait Raesha.
"Jangan begitu, Yunan!" omel Erika dengan tatapan tajam ke arah Yunan.
"Gak apa-apa, Tante. Saya mulai terbiasa," komentar Malik dengan senyum basa-basi pada Yunan.
"Kamu sudah balik ke rumahmu?" tanya Malik pada Raesha.
"Belum. Rumahku lagi direnovasi. Ganti pintu dan jendela yang rusak. Ada lantai keramik yang rusak juga. Masih berantakan. Makanya aku sama anak-anak masih tinggal di rumah Adli," jawab Raesha. Padahal bukan cuma karena sedang direnovasi, melainkan juga karena masih trauma dengan kejadian malam itu saat Sobri muncul. Tapi Raesha tidak ingin membahasnya dengan Malik. Cukup orang-orang terdekat saja yang tahu.
"Anak-anak kok gak diajak ke pengadilan?" tanya Malik lagi.
Telinga Yunan jengah mendengarnya. Malik menyebut 'anak-anak' seolah Malik dekat sekali dengan Ismail dan Ishaq.
"Memang sengaja gak diajak. Kasihan. Di pengadilan lagi bahas kasus pembunuhan bapaknya, soalnya. Nanti saja diajaknya, kalau sudah harus bersaksi untuk kejadian pembobolan rumah."
"Ooh iya. Benar juga. Sebaiknya begitu. Kapan kamu syuting lagi? Studio terasa sepi gak ada kamu."
Orang-orang di sekitar mereka berdua, mendadak jadi serasa nyamuk pengganggu.
"Raesha lagi sibuk dengan kasusnya. Belum sempat mikirin syuting. Lagipula, studio TV 'kan ramai orang. Mana mungkin kamu kesepian?" ucap Yunan pedas.
"Kakak!" seru Raesha dengan suara tertahan. Mulai kumat deh Yunan. Super nyinyir ke Malik.
Mobil sedan hitam menepi. Adli merasa lega karena akhirnya bisa kabur dari sana.
"Kami duluan, ya, Ustaz Malik," kata Adli sopan.
"Baik. Hati-hati di jalan," sahut Malik.
"Mari, Ustaz. Kapan-kapan mampir ke rumah, Ustaz," ucap Erika bukan berbasa-basi. Dia senang saja kalau Malik main ke rumah.
"Benarkah boleh mampir? Apa saya tidak merepotkan?" tanya Malik dengan tatapan berharap.
"Merepotkan! Gak usah datang ke rumah segala!" kilah Yunan galak.
"Sayang!" seru Arisa sebelum menepuk keningnya dari luar cadar. Ampun deh, Yunan. Bisa gak sih, suaminya dibikin tidur sementara, supaya gak perlu berantem gaya anak bocah seperti ini?
Erika hendak mengomeli Yunan lagi, tapi Adli berhasil menarik ibunya masuk ke dalam mobil. Sebaiknya mereka tidak ikut campur urusan pelik yang melibatkan Kak Yunan dan Kak Raesha. Nanti bisa berabe urusannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANXI EXTENDED 2
EspiritualSemua berubah semenjak Ilyasa wafat. Yunan jadi lebih dekat dengan Raesha, jandanya Ilyasa, sekaligus adik angkatnya sendiri. Plus, Yunan jadi lebih akrab dengan Ismail dan Ishaq, kedua putra Raesha. Arisa sebagai istri Yunan, dibuat galau dengan p...