15. Nomer Asing

158 8 0
                                    

Perasaanku mulai lega ketika aku memuntahkan isi perutku di wastafel. Aku langsung terduduk di lantai sembari menyandarkan punggungku di tembok. Lagi, ia harus menerima kenyataan pahit lagi malam ini, bahkan hampir setiap malam.

Bibirku terangkat ke atas, kepalaku menunduk melihat perutku yang masih rata karena kehamilanku kisaran 4 minggu.

"Sepertinya kamu juga muak melihat Papamu yang seperti itu, Nak," gumamku.

Aku yang biasanya tidak semual ini mencium parfume di tubuh suamiku, sekarang jadi mual, bahkan sampai kumuntahkan isi perutku.

Rupanya si jabang bayi pun mengerti, jika ia tidak mau parfume si gundik itu menempel di tubuhku. Bagus Nak, sering-seringlah membuat Mama sebal di hadapan Papamu.

Aku tergugu, dengan apa yang aku katakan pada Mas Irsan. Aku meringis sembari menepuk keningnya pelan. Aku kelepasan marah-marah padanya, harusnya aku bermain cantik, seolah tidak tahu.

Baiklah, akan kuikuti permainanmu itu, Mas!

Bangkit dari duduku, melihat wajahku yang terlihat menyedihkan di pantulan cermin. Rinjani yang ceria, kini malah berganti menjadi Rinjani yang menyedihkan.

Aku harus bangkit! Tidak akan kubiarkan pelakor itu menang dan membuatku terpuruk. Lihat saja, akan kubalas semua perbuatanmu jika kebenaran sudah terungkap!

Aku membasuh wajahku dengan air, agar wajahku tidak terlihat sembab.

Saat pintu kamar mandi kubuka, aku melihat Mas Irsan yang mondar-mandi di depan sana. Cih, pria ini. Dia berlagak khawatir, tetapi dia sendiri yang membuatku seperti ini.

Mendengar suara pintu di buka, Mas Irsan datang dan hendak menghampiriku.

"Mandilah Mas, aku mual mencium aroma parfume wanita lain di bajumu!" titahku seadanya, tanpa melirik dia bahkan untuk sekilas pun.

"Nanti Mas jelaskan kalau udah mandi, Yang, jangan dulu tidur." Aku menggeser tubuhku. Mempersilahkan dia untuk membersihkan tubuhnya terlebih dahulu. Sebelum aku bertambah mual berada di dekatnya.

Sembari menunggu kantuk menghampiri, aku memilih selonjoran di atas ranjang. Sesekali melirik ke arah kasur Indira, untungnya anakku tidur lelap.

Rasa pusingku sudah lumayan berkurang. Aku melirik ponsel Mas Irsan yang sedang di charger. Suara dentingan notifikasi membuatku jadi penasaran. Ingin membuka ponsel milik suamiku itu.

Sebelum memeriksa ponselnya, aku melirik ke arah pintu kamar mandi, memastikan Mas Irsan masih melaksanakan ritual mandinya.

Aku menggeser tubuhku secara perlahan, karena masih merasa lemas dan pusing. Aku meraih benda pipih itu dan saat akan kubuka, ternyata Mas Irsan mengunci ponselnya.

Aku mendesah, tumben sekali ponselnya ia kunci. Aku mencoba memasukan tanggal lahirnya, tapi salah. Lalu memasukan tanda pernikahan, lalu ponsel itu bisa aku buka.

Jariku memencet ke arah aplikasi hijau, karena di sana terdengar notifikasi pesan.

Isi aplikasi itu di penuhi oleh chat rekan bisnis dan juga temannya. Namaku tersemat paling atas. Tidak ada yang mencurigakan. Saat di cek ke bawah, ada sebuah pesan dari nomer tidak di kenal membuat mataku terbelalak sempurna.

08×××: Terimakasih sudah menemaniku malam ini Mas, next time ya.

Jantungku berdebar kencang saat membaca isi pesannya. Pesan dari siapa ini? Apakah dari seorang laki-laki ataukah perempuan?

"Apa maksudnya waktu? Apa Mas Irsan menemani orang itu sebelum pulang ke rumah?"

"Siapa orang itu? Kenapa nomernya nggak Mas Irsan save? Mencurigakan kamu Mas!"

Misteri Selingkuhan SuamikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang