°°°
°°°
Semuanya sudah beres. Rencana Sheila dan Vano yang akan membuat drama sebentar lagi dimulai. Karena mereka memang sudah memikirkan ini matang-matang. Dan drama kali ini pasti akan membuat dampak yang besar bagi citra Naya. Citranya sebagai siswi yang lemah lembut dan baik hati. Huft Sheila dan Vano tak sabar menantikannya.
Pukul tujuh pagi, murid-murid sudah banyak yang datang. Parkiran pun telah terisi penuh oleh ratusan motor dan mobil yang berjejer rapi. Tak terkecuali lima motor milik geng Zarlos yang tak main-main harganya. Pemiliknya pun ada di sana lengkap, sambil menyender pada motor masing-masing.
Namun bedanya kali ini Nathan dan Biru tak berangkat sendiri, melainkan ditemani oleh kekasihnya. Naya yang bergelayut mesra di lengan Nathan tersenyum sinis ke arah Sheila. Ia menyadari itu, ia membalasnya dengan senyum manis yang mengandung banyak makna. Naya yang melihat respon Sheila mengerut kesal lalu melengoskan wajahnya.
Sheila terkekeh geli lalu beralih menatap Biru. "Kita di sini dulu aja ya, Ru. Bel masuknya juga masih 30 menit lagi," pintanya pada Biru.
Biru mengangguk sayang namun rautnya tetap datar. Ekhm menjaga image bruh. "Jangan lupa nanti cuddle," bisiknya pada Sheila.
Sheila mengangguk kaku. Ia kira Biru sudah lupa. Tak ingin membuang waktu, gadis itu melirik ke arah Vano yang sedang memikirkan ide licik. Vano membalas nya dengan senyuman miring lalu berdehem sebagai kode jika permainan telah..
Dimulai.
Sheila menghela napas dalam lalu mengeluarkannya. Ia mulai berjalan ke arah Nathan yang membuat semua arah pandang tertuju ke gadis itu. Dalam hati, Sheila terus merapalkan kata penenang agar tak terlihat gugup. Bagaimana tidak, semua orang menatapnya dari ujung kepala hingga ujung kaki saat ia tengah melangkah, begitupun Nathan. Lelaki itu menatapnya menyelidik saat ia sudah sampai tepat di hadapan lelaki itu. Tak lupa tatapan tajam dari Naya yang seolah waspada terhadapnya.
"Mau apa lo?" Tanya Nathan ketus. Jika kalian lupa, waktu itu Nathan sudah dipengaruhi oleh ucapan gadis ular. Lelaki itupun dengan bodohnya percaya.
Sheila berusaha untuk senyum semanis mungkin. Ini adalah bagian dari rencananya. Sheila lalu mengambil sebuah jaket dari tasnya. "Gue cuma mau ngembaliin ini kok." Ia menyodorkan jaket itu ke arah Nathan.
Nathan menaikkan satu alisnya. "Kok jaketnya bisa sama lo?" Herannya namun tak ayal menerima jaket itu.
Sheila terkekeh geli. "Waktu itu kan lo main ke rumah gue. Eh jaketnya malah ketinggalan," Itu memang benar, sewaktu ia dan Nathan belum ada konflik Nathan memang selalu datang ke rumahnya alasannya hanya satu yaitu karena gabut.
Nathan mengangguk baru saja ingat. "Oh iya gue lupa. Makasih ya," Lelaki itu tersenyum tipis. Entahlah, ia merasa jika jarak antara dirinya dan Sheila sudah semakin jauh. Disatu sisi ia merindukan mereka yang dulu namun disatu sisi juga ia merasa jika Sheila sudah berubah.
Sheila mengangguk sambil tersenyum manis. "Sama-sama."
Di sisi lain, terlihat Naya yang berada di samping Nathan tengah menahan kesal yang tak karuan. Ia merasa hanya pajangan di sini. Sesekali ia mendengar bisik-bisik dari murid yang mengatakan jika Nathan lebih cocok dengan Sheila daripada dirinya membuat kupingnya panas. Dan juga, ini adalah ancaman untuknya. Ia takut Nathan kembali luluh pada Sheila.
"Ekhem ini udah selesai kan? Nathan kita ke kelas yuk," Ucapnya tak ingin jika pembicaraan ini terus berlanjut.
"Eh bentar dulu. El, gue boleh ke rumah lo lagi nggak? Gue kangen deh sama tante Alexa," Ucapnya dengan malu-malu. Dalam hatinya ia terkikik geli melihat raut wajah Naya yang sudah kepalang emosi.
"Maksud lo apa ha!!" Teriak Naya tiba-tiba sambil mendorong Sheila. Dari kejauhan Vano tersenyum miring tanda rencananya akan berhasil.
Sheila meringis ngilu. Biru yang sedari tadi hanya nyimak kini dengan sigap menolong Sheila yang tersungkur. "Ada yang sakit?" Tanya Biru lembut lalu menatap Naya bengis.
Sedangkan Nathan mencoba untuk menahan Naya yang sedang emosi. "Hey kamu kenapa?" Pertanyaan itu hiraukan sang kekasih.
Sheila bangun dibantu oleh Biru. "Lo kenapa sih Nay? Kayaknya nggak suka banget sama gue. Gue salah apa sama lo? Lo juga nuduh gue, dan bahkan ngancem gue! Sebegitu pengennya ya lo, lihat gue menderita?" Dengan mata berkaca-kaca, Sheila berkata. Hmm sepertinya ia jago juga berakting.
Naya yang mendengar itu tak terima. "Eh lo kalo ngomong jangan asal ya! Gue nggak pernah nuduh lo ataupun ngancem lo," Ia berusaha membela diri.
"Udahlah Naya. Gue udah muak sama semua ini. Lo mau hancurin hidup gue kan? Lo mau bikin Nathan benci sama gue? Ayo lakuin sekarang di depan semua orang!" Sheila berucap dengan nada yang dibuat sesedih mungkin hingga tak sadar air matanya menetes.
Naya semakin tak terima kala sebagian besar orang sudah mulai memihak Sheila. "L-lo kenapa memutar balikkan fakta. Shei, lo benci banget sama gue ya?" Tak ingin kalah, ia mulai menangis dengan amat dramatis.
Derap langkah kaki terdengar dari arah kerumunan. Vano muncul lalu berdiri tepat di depan Naya. Ia mengambil ponselnya lalu mulai menyetel sesuatu. Sebuah rekaman suara yang ia rekam saat diam-diam Vano mengikuti Sheila disaat gadis itu pergi diam-diam. Dan ternyata ia menuju ke toilet.
Bukan ada maksud apapun, namun sejak kejadian Naya jatuh waktu camping, Vano sudah merasa ada yang aneh dengan Naya. Ia ingin memperingati Sheila soal itu. Namun lelaki itu malah mendengar sebuah perdebatan kecil disertai sebuah ancaman yang ditujukan untuk Sheila. Segera ia merekam aksi yang sudah termasuk tindakan bullying tersebut. Satu hal yang paling ia benci adalah bullying. Karena itu mengingatkannya dengan Vanilla, adiknya.
Kembali pada Vano yang memutar rekaman itu, semua orang mendadak terdiam kaku. Di dalam rekaman itu jelas sekali suara milik Naya. Dan suara itu juga jelas sekali mengucapkan kata ancaman kepada Sheila. Semua orang menatap ke arah Naya yang pucat pasi. Naya tak menyangka jika ada yang mendengar lalu merekamnya. Sedangkan Sheila, ia melirik Vano yang menyunggingkan sudut bibirnya.
"So.. siapa di sini yang memutar balikkan fakta hm? Lo, atau Sheila?" Ucap Vano dengan nada mengejek sambil menunjuk Naya.
Mereka semua kaget sekaligus tak percaya. Kejadian ini menyebar dengan cepat. Banyak yang menjadi kasihan kepada Sheila. Sedangkan Naya? Ia mendapat gunjingan dan tatapan sinis. Nathan yang kecewa sementara waktu menjauh dari Naya untuk menenangkan diri. Beberapa hari berlalu sejak kejadian itu Naya semakin menaruh dendam dan benci. Ia mengepalkan kedua tangannya lalu menyeringai ke arah Sheila yang tengah asik tertawa dengan temannya.
"Lihat aja kehancuran lo, bitch!"
°°°
Vano so rich😎
Sheila bilek: lo drama ngarang cerita gue drama sesuai fakta awkwk
Naya:👹
KAMU SEDANG MEMBACA
The Story Of Sheila
Подростковая литератураSheila Athena Kamilia, seorang gadis yang mempunyai penyakit mental karena sebuah peristiwa kelam sewaktu ia kecil. Hidup Sheila kini tak pernah bahagia semenjak kematian kedua orang tuanya yang meninggal karena tragedi pembunuhan. Bermodalkan teka...