41.

27 6 22
                                    

“Fariz keterlaluan, ya.”

Widi yang sedang meracik kuah soto mi hanya melirik sejenak. Kemudian tersenyum. Ia juga kesal dengan ulah Fariz, tapi rasanya lega sekali sudah membalas perlakuannya yang seenak jidat itu. Menuduh Widi yang tidak-tidak, apaan tuh?

“Biarlah. Dari dulu juga dia memang kurang klik denganku.” Widi mencicipi kuah sotonya. Begitu dirasa pas, ia mulai suapan pertama.

“Anak-anakmu kayaknya kurang suka jalan-jalan ikut kita.”

“Jelas. Mereka ditawari ke mall. Namanya juga anak muda. Mana bisa menolak mall?”

Sebelumnya Widi mengantar William dan Sarah ke rumah Tania sepulang dari reuni. Tania bilang akan mengajak anak-anak pergi ke mall. Widi kemudian pergi menggunakan mobil Tommy menuju lokasi penjual soto mi yang dahulu jadi langganan mereka.

“Aku bertemu Ezra di pernikahan anaknya. Ternyata dia sudah menikah dengan pria Jerman, ya.”

“Aku juga enggak menyangka semua itu terjadi, Tom.”

“Dia enggak cerita sama kamu?” Tommy menambahkan sambal ke kuah sotonya.

“Enggak. Sejak putus kedua kalinya, aku dan dia sudah jarang ngobrol. Tahu-tahu dia muncul di hadapanku, sudah tunangan. Terus tak lama mereka menikah.”

“Begitu, ya. Tahu kabar Ivan?”

“Enggak. Hilang kontak.”

“Oh. Aku kangen Ivan, lho.”

“Nanti kalau bertemu, aku minta kontaknya, deh.”

“Terima kasih. Eh, kapan kamu kembali ke Amerika Serikat?”

“Tanggal 2 Januari.”

“Wah. Ezra lusa pulang.” Tommy membaca pesan Ezra yang dikirimkan padanya. “Mungkin dia mau merayakan tahun baru dengan suaminya. Sekalian mengobati lukanya karena penolakan Widuri.”

Tiba-tiba Widi teringat pada Widuri yang tidak suka dengan Ezra yang seorang penyuka sesama jenis. Sekarang Ezra sudah menikah dengan seorang pria. Jika Widuri tahu, hubungan ayah dan anak itu pasti semakin berantakan. Widi juga teringat dengan William yang sama kerasnya seperti Widuri. Ia bertanya-tanya apakah William juga akan sama seperti Widuri jika Widi menikah lagi dengan seorang laki-laki?

*

Daripada terus-terusan sakit hati karena sikap Widuri, Ezra memilih untuk pulang ke Amerika Serikat lebih awal. Di stasiun Semarang Tawang, Ezra menunggu keretanya yang akan menuju Jakarta. Di antara keramaian itu Ezra merasa kesepian. Rasanya aneh sekali melihat orang sebanyak ini malah membuat hatinya semakin hampa. Seorang anak perempuan sedang mengelus kucing liar yang merebahkan diri di bangku. Melihatnya membuat Ezra teringat dengan Widuri saat masih kecil.

Kereta yang akan Ezra tumpangi kini telah tiba. Para penumpang mulai memasuki kereta. Ezra yang masih duduk di sebuah bangku berharap Widuri akan memanggilnya dan menahannya untuk pergi. Ia berhitung satu sampai lima, tapi sang putri tidak kunjung datang. Ia pun bangkit dari duduknya dan masuk ke dalam kereta.

Ezra memilih duduk di kelas eksekutif saat memesan tiket sebelumnya. Kini ia sendirian menatap keluar jendela. Dalam hatinya masih mengharapkan Widuri untuk hadir. Setidaknya untuk mengucapkan selamat tinggal.

Kereta mulai berjalan. Dalam hati, Ezra mengucapkan lagi selamat tinggal pada kota kelahirannya. Entah kapan ia akan kembali lagi ke sini.

Ponsel Ezra berbunyi. Sebuah pesan dari nomor asing masuk ke sana.

Yaya, ini Widuri.
Widuri minta maaf karena sudah bersikap kasar pada Yaya. Widuri harap Yaya mau memaafkan semua kesalahan itu.
Yaya masih di rumah Mbah Kung?

His Love 3 🌈Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang