Babak Pertama: Jatuh Cinta (1)

3.2K 359 29
                                    

Agustus 2018

Saat melihat Noah untuk kedua kalinya di Gedung Direktorat kampus ketika registrasi sebagai mahasiswa baru, Ghiani sudah menduga kalau dia akan menjulukki lelaki itu sebagai 'Bajingan Keparat' di dalam kepalanya.

Bukan tanpa alasan Ghiani berpikir demikian, jika saja dia tidak melihat bagaimana mengesalkannya lenggak-lenggok Noah di matanya, saat memperlakukan orang lain selayaknya sampah plastik yang sulit terurai. Arogan, tatapan yang penuh intimidasi, jijik, dan prihatin.

Fakta bahwa, tidak peduli se-arogan apa tindak-tanduk lelaki itu, perempuan di sekitarnya tetap berbisik dan memuji betapa tampannya dia ketika dilihat secara langsung—bukan hanya lewat layar kaca atau sosial media, membuat Ghiani diam-diam menjerit tidak terima.

Ghiani tidak begitu mengikuti perkembangan terkini tentang Influencer atau Selebgram tanah air, tapi setidaknya dia tahu siapa Noah, dan barang apa saja yang diiklankan lelaki itu hingga wajahnya bisa terpampang jelas di Baliho lampu merah kawasan Jalan Jakarta.

Noah tidak sering muncul di televisi sebagai Aktor Sinetron, atau bahkan sampai kancah Bioskop tanah air, tapi orang yang melihat dia untuk pertama kali pun akan langsung mengakui kalau cowok itu punya tampang yang rupawan.

"Oh, yang iklan Parfum itu, ya?"

"Oh, yang nongol di tabloid jam tangan itu, ya?"

Meski tidak tahu namanya sekalipun, orang-orang tetap akan tahu wajah familiar Noah—karena tidak sembarang orang punya wajah seperti itu.

Awalnya, Ghiani tidak begitu peduli. Yang artinya, dia tidak benci ataupun suka pada Noah, karena keberadaannya tidak sedikitpun mengusik Ghiani sebagai individu yang berusaha menjalani kesehariannya seperti orang normal pada umumnya.

Sampai ketika mengikuti Ujian Mandiri yang diadakan kampusnya, kemudian duduk bersebelahan dengan lelaki itu ketika ujian, persepsi Ghiani tentang Noah sedikit demi sedikit mulai ternodai.

Ghiani ingat itu pertengahan bulan Juli, satu bulan yang lalu, saat seisi ruangan tidak berhenti mencuri lirikkan ke arahnya—lebih tepatnya ke sebelahnya—begitu tahu kalau Noah Evan Gautama berada di ruang ujian yang sama dengan mereka.

Ghiani yang awalnya tidak begitu sadar, akhirnya ikutan menoleh ke arah Noah, dan menemukan sosok dengan tampang tak acuh itu tengah menyilangkan tangannya di dada dengan mata terpejam seolah berusaha mengabaikan sekitarnya.

"Itu artis kan? Yang sering ada di iklan Parfum itu!"

"Iya, Noah Gautama. Anaknya Lesmana Gautama. Nanti abis ujian cek deh IG-nya, followersnya banyak."

Ghiani ikut terkejut saat tahu orang di sebelahnya bukan sembarang orang. Ghiani pikir, keren juga dia bisa duduk bersebelahan dengan Artis ketika ujian. Ghiani sudah punya niat untuk minta foto bersama setelah ujian selesai, untuk memamerkannya pada Gipa—adik laki-lakinya.

Namun, sampai ujian selesai, dan para peserta ujian keluar dari ruangan setelah mengambil ponselnya dari pengawas, Ghiani langsung mengurungkan niatnya untuk meminta foto bareng. Dia lupa, tidak semua artis punya sifat yang ramah.

Dan salah satunya jelas bukan Noah.

Bagaimana Noah berjalan lurus tanpa menghiraukan orang-orang yang meminta tanda tangan dan foto dengan sopan sekalipun, he left them speechless.

Di luar gedung, Ghiani bisa melihat bagaimana lelaki itu dijemput sebuah mobil BMW lalu pergi begitu saja, menjauh dari rakyat jelata seperti Ghiani dan orang-orang sekitarnya.

Ghiani hampir melupakan insiden itu, berpikir itu mungkin satu-satunya momen di mana dia bisa melihat Noah secara dekat, namun siapa sangka, dia akan dipertemukan lagi dengan lelaki itu saat hari registrasi mahasiswa baru.

Dalam Tiga BabakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang