Walaupun baru memulai karirnya dirumah sakit saat ini, Naruto sudah lumayan sibuk dengan beberapa pasien yang sudah di alihkan untuk di tanganin oleh pria itu.
Menjelang malam natal, entah kenapa banyak pasien yang berdatangan, harusnya natal bisa di rayakan dengan suka cita, bukan di habiskan di rumah sakit. Tapi yang namanya musibah tidak ada yang bisa menghidari bukan?
Pria itu mencuci tangan di wastafel ruangan bedah, saat dia baru selesai mengoperasi salah satu pasien gagal jantung beberapa jam yang lalu, syukur semuanya bisa di kerjakan dengan semestinya, dan operasi itu berjalan lancar tanpa kendala.
Itu operasi terakhir yang harus pria itu kerjakan hari ini. Naruto keluar dari ruangan itu dengan masih mengenakan scrub biru dan penutup kepala dengan warna senada, sedangkan pasienya sudah di pindahkan keruangan lain.
Melangkah dan masuk keruang kerja untuk berganti pakaian kembali dengan kemeja hitam dan snelli putih seperti yang dia gunakan sebelumnya. Pria itu melihat ponselnya di atas meja yang sudah di abaikan selama operasi berlangsung tadi.
Sekarang sudah pukul enam sore, itu tandanya dia harus bergegas menjemput Hinata di resto gadis itu untuk kerumah orang tua Naruto, seperti rencana mereka. Makan malam dengan ibu dan ayahnya disana.
"Sayang, aku sudah selasai operasi terakhir hari ini, tiga puluh menit lagi akan sampai disana"
Naruto mengetikan pesan untuk kekasihnya itu, mengatakan kalau dia sedang bersiap menuju kesana segera, agar Hinata juga bisa bersiap sebelum dia datang.
***********
Hampir seharian wanita itu berkutat di dapur resto, membuat puluhan menu yang sama untuk di hidangkan pada pelanggan setia.
Hinata melihat ponsel dalam saku apronnya, saat mendengar dentingan nada pesan masuk. Menjauh dari depan kompor sebentar untuk melihat pesan dari siapa.
Membuka ponsel itu, Hinata tersenyum tipis mendapati pesan dari kekasihnya, pria itu memberitahukan kalau dia sudah akan menuju ke tempat Hinata. "Baiklah, aku juga sudah akan bersiap, hati-hati saat menyetir Naruto-kun" Wanita itu membalas.
Setelah membalas pesan itu, Hinata segera meminta izin pada seniornya untuk undur diri dari dapur. Seperti yang sudah di ucapkannya pagi ini, kalau dia hanya akan bertugas di dapur sampai jam enam sore saja. Syukurnya para senior disana tidak ada yang keberatan satupun dan mengijinkan Hinata untuk pulan lebih dulu
Hinata melangkah ke area dapur tertutup, dan meraih kotak makanan yang sudah di bungkus rapi, berisi masakan yang di buat Hinata untuk di bawa ke rumah orang tua Naruto. Sedari tadi dia sudah membuatkan makanan kesukaan orang tua pria itu.
Hinata melangkah ke dalam ruang ganti perempuan, membuka lockernya untuk berganti pakaian yang lebih pantas dia gunakan untuk bertemu ibu dan ayah prianya. Midi dress sebetis yang sopan menjadi pilihan Hinata.
Ponsel di dalam tas tangannya berbunyi, itu pasti Naruto.
"Halo Naruto-kun? Di seberang sana, Naruto mengatakan kalau dia sudah di depan, tepat di area parkiran resto mewah itu.
"Baiklah, tunggu sebentar ya, aku segera kesana" Hinata mematikan panggilan itu, memasukan semua barang kedalam tas, dan tidak lupa paper bag yang berisikan kotak makanan yang tadi dia buat.
Wanita itu mengenakan coat dan scarf di leher, menutup locker kembali dan bersiap keluar untuk bertemu Naruto di depan.
Melambaikan tangan sebentar pada rekannya yang lain, dan keluar dari resto itu.
Naruto sudah berdiri disana, di luar mobilnya, tepat di sebelah pintu kursi penumpang. Pria itu tersenyum melihat Hinata melangkah ke arahnya dengan senyum manis di bibir wanita itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Am I a Sex Slave ?
Roman d'amourNaruto x Hinata Ada rahasia dari kejadian yang dialami Hinata, sehingga membuatnya harus menghabiskan hari-hari dengan Naruto, sang dokter yang berhati malaikat, setidaknya itulah anggapan Hinata awalnya.