Turnamen Futsal

22 6 0
                                    

Hari ini ada lomba turnamen pertandingan futsal se-SMA Jakarta yang diadakan di lapangan futsal di daerah Jakarta Selatan.

Turnamen hari ini akan sangat menyenangkan dan juga menegangkan. SMA Sastajaya dan SMA Diantara akan saling berhadapan, mereka tiada lain adalah musuh bebuyutan sedari dulu. Maka, akan sangat disayangkan jika terlewatkan.

Langit dan kawan-kawan sepakat titik kumpul pertemuan mereka di sekolah dan menuju turnamen bersama-sama. Lebih aman seperti itu jika tidak ingin diserang oleh siswa Diantara yang mungkin saja sedang berkeliaran di jalan.

Saat semua anggota dan penonton yang akan menyemangati mereka selama pertandingan sudah terkumpul, mereka mulai berangkat menuju tempat turnamen berlangsung.

Sampainya di lokasi Langit memarkirkan motor. Benar saja dugaan Langit, anak-anak Diantara sedang berkeliaran di jalan. Mereka tidak berani mengusik anak Sastajaya sebab jumlah mereka kalah banyak.

Waktu turnamen sebentar lagi dimulai, Langit dan kawan-kawan sudah berganti pakaian. Tribun penonton juga sudah ramai bercampurnya siswa-siswi Sastajaya dan Diantara.

Posisi Langit di futsal adalah sayap kiri atau biasa disebut dalam permainan futsal posisi flank. Sejauh ini Pak Said pelatih futsal mempercayainya diposisi tersebut dikarenakan umpan Langit selalu berhasil mencetak gol.

Semua penonton bersorak senang disaat pluit berbunyi tanda mulainya pertandingan.

Pemain Diantara cukup solid pertahanannya dan rapih. Ada juga beberapa pemain yang main kotor.

Skor sudah satu kosong, dimenit kesepuluh pemain Diantara berhasil mencetak gol lebih dulu. Sebagai kapten Langit menyemangati kawan-kawannya agar tidak patah semangat dan terus berjuang hingga akhir.

Kawan-kawan mulai bangkit dari rasa kecewa dan terbukti berhasil mencetak angka untuk Sastajaya berkat tendangan kaki kiri Surya sang pivot atau dalam dunia sepak bola disebut striker.

Skor imbang menjadi satu sama. Babak pertama sudah usai dan pemain sedang beristirahat. Langit mengambil botol minumnya dia menatap bangku tribun. Betapa terkejutnya Langit menemukan Senja diantara bangku penonton.

Napas Langit masih memburu. Senja tersenyum dan melambaikan tangan. Berarti, selama ini, Senja siswa SMA Diantara? Musuh bebuyutan SMA-nya? Langit hanya mampu menelan ludahnya sendiri.

Tepukan dibahu menyadarkan Langit waktu time out sudah selesai dan Langit kembali masuk lapangan. Sepanjang pertandingan Langit berusaha fokus dan bermain lepas seperti biasanya walau dia tidak bisa membohongi hatinya yang kini sedang gelisah.

***

Turnamen berakhir dengan angka 2-1. SMA Sastajaya berhasil menaklukan SMA Diantara. Namun ini bukan akhir dari segalanya. SMA Sastajaya berhasil masuk ke semi final, itu artinya masih panjang perjalanan Langit dan kawan-kawan untuk melaju ke final. Ya walau pun SMA Sastajaya memiliki peluang besar untuk masuk ke final berkat skornya yang unggul.

Selepas bertanding Langit menerobos kerumunan orang yang baru turun dari tribun penonton. Langit mencari Senja, tapi Senja tidak ada.

Rupanya Senja sudah diluar. Seperti sedang menunggu seseorang.

"Senja!" panggil Langit, dia berlarian kecil. "Gak pulang?"

"Bentar lagi mau pulang, kok, ini lagi nunggu aja," Senja membenarkan rambutnya yang tertiup angin. "Congrats ya. Gue akui sekolah lo emang keren, tapi sekolah gue gak buruk-buruk banget mainnya."

Langit terkekeh. Rasanya aneh diberi selamat sama musuh sekolah sendiri. Tapi bagaimanapun juga dia harus menghargai.

"Jadi, lo anak Diantara?"

"Bisa dibilang begitu."

"Lo tau kan, anak Sastajaya musuh bebuyutannya Diantara?"

"Tau. Yang dua minggu lalu tawuran, kan?" kata Senja mengintrogasi. "Lo, juga suka ikutan?"

Deru motor terdengar dari belakang Langit. Motor itu mengingatkannya pada seseorang. Yang tiada lain adalah Biru! Si ketua Diantara. Yang dua minggu lalu berhadapan dengannya.

Biru berhenti tepat disamping Senja. Tunggu, jadi Senja menunggu Biru? Sejak kapan mereka akrab?

Senja menyambut helm pemberian Biru. Biru sengaja tidak menghiraukan kehadiran Langit diantara dirinya dan Senja, dia malas membuat keributan dan sedang tidak ingin merusak suasana. Terlebih lagi, sekolahnya baru saja dikalahkan.

"Langit, gue duluan ya," pamit Senja dan naik keatas motor Biru. Motor Biru berderu-deru, sengaja untuk menyadarkan Langit dan membuatnya kesal.

Rahang Langit mengeras. Matahari sore kini mulai menyinari bumi. Langit pulang dengan perasaan kesal. Kesal karena tau Senja anak Diantara atau kesal karena Senja sangat akrab dengan Biru. Tidak tau. Yang jelas dia begitu kesal sampai melampiaskannya pada cermin.

Darah segar mengucur tanpa henti, tangan Langit terluka parah akibat ulahnya sendiri.

LANGIT | Complete √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang