Holla, kembali bertemu dengan Ana, tapi kali ini kita ketemu di cerita yang berbeda.
Semoga menikmati isi cerita keduaku...Happy reading...
. 🌹🌹 🌹🌹
. 🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
. 🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
🌹🌹🌹🌹🌹🌹
Λ 🌹🌹🌹🌹🌹
( ˘ ᵕ ˘🌹🌹🌹
.ヽ つ\ /
. U U / 🎀 \𖡼𖤣𖥧𖡼𓋼𖤣𖥧𓋼𓍊
Candala Store (toko yang hina), diksi yang tepat untuk menggambarkan sebuah store tersebut. Toko kecantikan yang menggoreskan luka yang cukup dalam. Toko itu diberi nama Lavender Store, bunga lavender memiliki makna ketenangan, makna itu juga yang diharapkan oleh para karyawan yang bekerja di sana.
Lavender sebagai tumbuhan yang memiliki aroma menenangkan dan harum, aromanya yang lembut, namun berbanding terbalik dengan Lavender Store, toko yang cukup besar, dengan ribuan barang yang tersusun rapi di dalamnya. Toko tersebut lebih condong ke arah kosmetik ataupun kecantikan, keramahan karyawan bukan untuk menunjukkan sebuah ketenangan pada jiwanya, namun untuk menutupi luka yang tergores pada hatinya.
Sebuah bisnis tidak akan berjalan lama, jika melibatkan hal gaib dan ketamakan di dalamnya.
Sistem tabur tuai itu benar adanya, jika kamu menabur keburukan, maka kamu akan menuai keburukan tersebut, begitupun sebaliknya.
Bukankah Allah selalu memberi hambanya kecukupan materi maupun fisik? Lalu apalagi yang membuat dirimu tamak akan harta. Melimpahnya harta hanya akan membuat kerendahan hati seseorang terkikis secara perlahan, membuat diri menjadi sombong, angkuh, tamak dan keji. Namun jika seseorang tersebut bisa mengelola hati dan menjaga imannya, hal tersebut tidak akan terjadi.
Menjaga lisan tidak kalah penting dalam kehidupan kita, menjaga lisan dapat membuat diri kita terjaga dalam berucap buruk.
Kali ini Ana akan membawakan cerita based on true story. Cerita tentang dunia kerja yang diselimuti oleh kisah mistis dan ketamakan seorang owner Lavender Store yang membuat karyawannya tidak bertahan lama, beberapa orang memilih untuk resign dan keluar dari store yang mereka juluki sebagai Candala Store, bagaikan penjara bagi yang merasakannya.
Tanggal 29 april 2022, menurutku itu adalah hari dengan dua sisi, hari bahagia dan juga duka. Hari di mana owner store meresmikan grand opening store tersebut, serta duka untuk para karyawan yang dihajar habis habisan dalam hal mental, fisik dan juga materi.
Owner store selalu menutupi alasan kejadian demi kejadian yang telah terjadi di dalam store tersebut, namun seiring berjalannya waktu seorang gadis bernama Kirania Khanza Azzahra, dengan keteguhan hatinya, ia mencari tahu akan hal itu, berbekal kejanggalan yang selalu ia rasakan, dunia lain yang ingin menyingkirkannya, goresan luka yang selalu ia dapat. Namun itu semua tidak membuatnya menyerah, mungkin rencananya tidak berjalan dengan mudah, tapi hatinya tidak akan tenang sebelum memecahkan kejanggalan itu.
Ada tragedi hebat yang terlukis melalui mataku, lukisan itu nampak samar untuk seseorang yang buta warna, mungkin hanya dirikulah yang bisa melihat lukisan hitam itu.
Perjalanan menyeramkan yang membuatku memelankan langkahku, harapanku cukup besar, sekadar merasakan untuk keluar dari perjalanan gelap itu.
Mataku tajam, namun hatiku buram, yang ku lihat semua orang selalu baik kepadaku, meskipun mereka menyakitiku.Aku sempat menghentikan langkahku dari perjalanan itu, beberapa temanku menyadarkanku tentang itu, memberikan penerangan untuk jalan pulang, hatiku memang berkata ingin mengikuti langkahnya, namun mulutku mengucap untuk tetap berada di dalam jalur itu, entah kenapa mulutku tak bisa lagi aku kendalikan.
Kekecewaan mereka rasakan ketika diriku tak mau mengikuti hal yang benar, aku pun tak mengerti apa yang terjadi padaku.
Mereka meninggalkanku di perjalanan itu, aku kembali berjalan menyusuri gelapnya ruang. Berharap cahaya keemasan membelah dinding dinding berlubang, sialnya dinding di sekelilingku sangatlah kokoh, tak ada celah sedikitpun.
~Terpenjara di ruang lara~
𖡼𖤣𖥧𖡼𓋼𖤣𖥧𓋼𓍊
"Tol*l! Makannya otak tuh di pakai, otak sama dengkul sama-sama nggak berguna!" tutur Finda seraya menunjuk ke arah Amra.
"Omset kita menurun drastis, gaji kalian sementara di off kan terlebih dahulu, kecuali kalian mendapat omset 500.000 ke atas, kalian baru bisa mendapatkan gaji," ucap Amra membuat mereka ber empat menjadi kesal. Mayra, Fadilla, Nila dan juga Kirania. Mereka berusaha mencari solusi dengan ancaman tersebut, satu-satunya jalan mungkin hanya dengan menghubungi Devan.
"Dia munafik! Aku nggak mau kerja sama Kirania!" pekik Fia seraya menunjuk ke sudut ruangan, yang mengarah ke wajahku. Aku hanya bisa terdiam disaat semua tuduhan mengarah padaku, bulir air mata mulai menetes di pipi. Mulutku seakan terkunci saat itu juga. Sekadar menjawab tuduhan tersebut aku tidak bisa.
"Cepat pergi!" teriakan itu terdengar nyata di telingaku. Suaranya yang cukup keras membuat telingaku sakit, aku berpikir sejenak, ada apa sebenarnya yang terjadi, aku memilih untuk mengabaikan bisikan itu, lalu melanjutkan pekerjaanku.
Tak lama dari itu Dera menepuk pelan pundakku, memberitahuku sesuatu. "Rania, karungnya jatuh," pekiknya seraya menunjuk beberapa karung yang tak jauh dari tempatku berdiri.
Sebuah kejadian terlintas di kepalaku, aku kembali mengabaikan pikiran buruk itu. Saat Dera menunjuk karung, atensiku malah tertuju pada pintu kamar yang ada di lantai 2. Mataku terbelalak, tatapan kosong mengarah ke pintu itu. Laki-laki bertubuh besar berdiri di sana, dalam waktu dua detik wajahnya tepat berada di hadapanku, matanya yang penuh amarah menatap tajam tepat di depan mataku, darah segar berlumuran di wajah pucatnya. Tubuhku seakan tak bisa dikendalikan, kejadian yang ada di bayanganku benar-benar terjadi terlalu cepat, kakiku melangkah ke arah bawah, melompati 10 tangga yang berada di lantai 2, rasa sakit di tubuhku tak terasa saat itu, mataku masih saja menatap kosong ke arah sembarang. Darah segar mengalir di pergelangan tanganku, kaki dan tanganku semakin membiru karena benturan yang cukup keras.
"Percuma kamu berpakaian syar'i, percuma kamu ngaji, menghafal al-Qur'an, tutur kata kamu sopan. Buat apa kamu taat agama, kalau kamu nggak amanah percuma Rania!" teriak Finda di dalam panggilan, membuat air mataku mengucur deras. Aku hanya bisa terdiam, rasanya hatiku kini teriris saat agamaku di hina olehnya.
"Gaji kamu selama 3 bulan ibu off kan dulu, ya, Rania. Ibu nggak bisa kasih gajimu itu, tapi ibu harap pekerjaanmu tetap berjalan normal," ucap Finda membuatku terdiam. Aku berusaha mengambil hak yang seharusnya menjadi milikku, namun usaha tersebut nihil, tidak membuahkan hasil apa pun.
𖡼𖤣𖥧𖡼𓋼𖤣𖥧𓋼𓍊
Ini cerita keduaku, semoga saja kalian suka dengan cerita keduaku ini ˖⁺‧₊˚♡˚₊‧⁺˖
Bagaimana menurut kalian?
ଘ(੭ˊᵕˋ)੭* ੈ✩‧₊
KAMU SEDANG MEMBACA
Candala Store [On Going]
غير روائيCandala Store (toko yang hina), diksi yang tepat untuk menggambarkan sebuah store tersebut. Namanya Lavender Store, toko kecantikan yang menggoreskan luka yang cukup dalam. ⚠ PERINGATAN DILARANG KERAS MENGGUNAKAN KATA-KATA KASAR & KOTOR dari cerita...