Bab 2 - Terhipnotis

112 32 8
                                    

Hai.. Hai.. Author is back. Ada yang kangen? Ada? Tidak ada? Okay-- it's fine.

Maaf kalo ini AGAK GAJE, maaf, maaf banget.. Tapi semoga kalian suka :D bab kemarin kependekan ya? Tapi kayanya bagusan kalo pendek pendek gitu ya, biar gak bosen --only my opinion. Pokoknya happy reading!

Next...

****

Rayya kembali ke kelas dengan badai di hatinya. Ada musim semi karena mengetahui nama gadis itu, namun ada tornado karena ucapan Dani --love at first sigh--

"Gimana, Ray? Lu udah tau namanya?" tanya Dani yang langsung mendekati Rayya.

"Udah, namanya unik." jawab Rayya.

"Siapa emang namanya?" Dani balas bertanya.

"Airin minela syitah, unik ya?"

"Nama belakangnya gua suka, kedengarannha kaya cheetah." setelah itu Dani terdiam sebentar, dan Rayya menatapnya bingung. Dani melanjutkan, "Dia kelas apa weh?"

Kelas, benar, gak gua liat. Batin Rayya.

"Ehhmmm.. Actually-- gua lupa ngeliat."

"Gimana lu mau ngapelin dia ke kelasnya?" tanya Dani seraya menggoda Rayya.

"Tunggu--apa? Ngapel?" Rayya terkejut dengan ucapan Dani, "Gak lah, gua tuh cuman penasaran. Gak ada niatan kesitu. Kok lu jadi ngeselin gini sih?"

"Karena lo lagi salting, jarang banget gua liat seorang Rayya adiputra handoyo salting. Bwahahaaha."

No, no, no, gua gak boleh salting. Gak ada sejarahnya gua salting buat cewek. Rayya segera membatin. Badai belum selesai di hatinya. Tapi memang, wajah Rayya saat ini memerah.

"Tapi..." Dani kembali membuka pembicaraan. "Kalo emang lu gak mau, boleh kali gua dikenalin?"

"Gak bakal--eh?" Rayya menjawab dengan spontan, namun ia sadar akan kata-katanya sendiri.

"Itu yang orang jaman dulu nyebutnya cinta, tahayul yang gak pernah lu percaya." Dani menyeringai kepada Rayya.

"Gua jajanin lu kalo lu diem, gak usah bahas ini lagi ahh.."

"Okee, deal. Batagor sama es teh ya?"

"Terserah lo aja."

Untuk menghentikan mulut Dani, dari segala racauannya tentang--cintaa. Rayya memutuskan untuk menghamburkan uang 10.000 rupiah untuk menyumpal mulut Dani dengan batagor dan es teh.

****

Keesokan harinya, Rayya berangkat sekolah seperti biasanya. Namun, ia sendiri belum yakin, apakah badai yang kemarin datang sudah pergi atau belum.

Satu hal yang ia yakini, gadis itu belun pergi dari pikirannya.

Rayya melewati jalan besar yang nantinya akan menuju ke gerbang depan, dan sepanjang jalan, ia terus menoleh ke kanan dan ke kiri. Well-- kalian pasti tahu apa yang Rayya cari. Yang jelas itu bukanlah abang batagor tempat ia menghamburkan uang kemarin.

Rayya memandangi tempat ia bertemu gadis itu, tepat di samping selokan yang mirip sungai kecil ini. Agak menggelikan, tapi ini adanya.

"Gadis itu.." Rayya melihat kearah gerbang, gadis yang dilihatnya saat hujan, kini kembali.

Rambutnya yang panjang-entah seberapa- berterbangan tertiup angin. Membuat Rayya semakin gila.

Tanpa sadar, Rayya mengikuti gadis itu. Seakan ia terhipnotis.

Ia mengikutinya, sampai memasuki gerbang. Bahkan sampai menaiki tangga, kelasnya berada diatas kelas Rayya. Rayya di lantai 2 dan gadis itu lantai 3.

Tepat saat ditangga menuju lantai 3, ia tersadar. Ngapain gua ngikutin dia?

Rayya segera berbalik dan menuruni tangga. Baru menuruni 3 anak tangga, ia segera berbalik dan kembali mengejar gadis itu.

Gua pasti gila udah balik arah buat ngejar tuh cewek. Tapi dia harus tanggung jawab, karena dia, tidur gua gak nyenyak. Karena dia, gua jadi nraktir Dani. Seenggaknya, gua berhak tau tentang dia.

Rayya sudah sampai di depan kelas cewek itu. 8 E. Ia mengintip dari pintu, gadis itu duduk didepan. Ia sedang melihat handphone nya. Tak lama, ia kembali menuai senyuman di bibirnya, dengan mata yang masih menatap layar hp.

Rayya masuk ke kelas itu. Entah apa yang merasukinya, tapi ia terpanggil untuk mendekati gadis itu.

Selangkah, dua langkah, tiga langkah.. Dan entah pada langkah keberapa ia sudah sampai di meja gadis itu.

Wajah Rayya tak karuan. Ia berkeringat dan wajahnya memerah.

Gadis itu, Airin, saat sadar ada orang yang memang dengan sengaja berdiri di depan mejanya, ia segera menoleh ke atas.

Mata mereka bertemu, Rayya bertambah gugup. Mata Airin indah, besar dan bercahaya.

"Kau siapa? Kau berkeringat banyak." suaranya lembut, enak didengar.

Rayya tersadar, gua harus jawab apa sekarang?

"Ehmmm.. Itu, aku..." Rayya berhenti sejenak dan kembali menatap dua bola mata indah itu.

--bersambung--

Gimana? Gimana? Endingnya kaya sinetron ya? Lagi seru seru bersambung, hahaha.

Makasih yang udah mau baca. Saya gak nyangka yang baca bakal 60 lebih.. Saya gak tahu itu siapa aja yang baca, tapi makasih. Sekali kagi terima kasih.

Okay, stay tuned untuk bab selanjutnya..

Make A WishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang