VI. Melody of the Deep Sea

104 21 7
                                    

Dua hari setelahnya, Red Plague berlabuh di pelabuhan Sisilia, Kerajaan Maximillum.

Umumnya kapal bajak laut tidak dapat bersauh terang-terangan di dekat suatu kerajaan. Tapi, Namar bilang Kapten Redspear—bukan nama sebenarnya—alias mendiang suami dari Kapten Ilona pernah mengalahkan pasukan kerajaan Maximillum dan menawan jenderal mereka. Alhasil, Red Plague mendapatkan amnesti dari pemerintah Maximillum untuk berlabuh, bahkan berbisnis di daerah tersebut. Sebagai gantinya, tentu Red Plague masih membayar pajak dan membantu menjaga keamanan kerajaan.

Sesuai janji kepada para tahanan yang diselamatkan, mereka memang diberi uang saku dan dibebaskan. Alhasil mereka sudah terlalu bahagia sampai tidak menggubris alasan Delja masih menempel pada Namar, tidak ikut-ikutan pergi walau kebebasan ada di depan matanya.

Setelah perjalanan panjang di kapal, mereka akan bermalam beberapa hari di penginapan yang Kapten Ilona bangun di Sisilia, khusus demi awak-awaknya. Selain menunggu kapal dibersihkan dan diperbaharui pada beberapa bagian, Namar bilang ada beberapa urusan yang harus dikerjakan selagi di sini, termasuk mencari lokasi jurnal Kapten Finch O'Malley, sang penemu pusaka Jantung Biru Samudera.

Mula-mula mereka perlu mandi dan istirahat yang layak. Delja tidak bisa menahan desahan lega ketika mendapatkan air segar untuk merendam kakinya yang sudah sakit bukan main. Kenikmatan itu belum berakhir karena setelahnya pelayan mengantarkan air hangat untuknya membasuh diri.

Walau bak mandinya tidak semewah yang ada di Imperium Halina, tetap saja ini hal terbaik setelah segala sesuatu yang dialami Delja. Segala macam kotoran dan garam laut yang telah menempel di kulitnya selama berhari-hari luruh di air seusai digosok, membuat air rendaman tersebut tidak kalah kotor dari air bekas pel di kapal.

Udara bertambah dingin setelah Delja keluar dari kamar mandi. Selain karena dirinya baru mandi, mulai terdengar derai hujan dari luar, mengetuk-ngetuk atap dari bangunan sekitar hingga menyebabkan keberisikan. Akan tetapi Delja tidak peduli. Dia mengenakan pakaian baru yang sudah disiapkan oleh pelayan penginapan: sebuah gaun putih berbahan katun yang longgar dengan lengan mencapai siku. Sementara di sebuah kursi dekat ranjang, ada pakaian lainnya berupa blus dan rok, serta sepasang sepatu baru untuk dikenakan besok.

Hujan di luar semakin deras. Sambil mengeringkan rambutnya, Delja berjalan ke arah jendela untuk mengamati cuaca yang sedang mengamuk. Begitu daun jendela didorong membuka, tamparan angin langsung menghantamnya, membawa serta tetesan air ke arah Delja. Langit bergemuruh bak perut seekor monster laut yang kelaparan, sebelum menyentakkan cahaya putih ke angkasa dengan suara yang jauh lebih keras.

Betapa indahnya. Delja mendesah sambil menyandarkan kepala ke bingkai jendela, tak peduli meski pakaiannya akan basah. Dia memejamkan mata, membayangkan dirinya berada di lautan tatkala badai melanda. Ombak bergulung tinggi, melahap apa pun yang ada di depannya. Petir menyambar, membakar tiang utama dari sebuah kapal yang hendak karam. Orang-orang terjatuh ke lautan—

Mata Delja sontak terbuka gara-gara teringat mimpinya sendiri, yang sejak semula menjadi alasan dia nekat ke permukaan meski telah dilarang, hanya untuk menantikan saat-saat di mana sebuah kapal dilanda badai.

Karena alasan itu pula dia berkesempatan melihat Storm Catcher, kapal milik Eryk.

Kala itu, sang pangeran tengah mengadakan pesta ulang tahun kedua puluh dua tahun di atas kapal. Alhasil, Storm Catcher yang tengah berlayar di lautan pada malam itu dipenuhi sorak-sorai gembira dari kru. Eryk kelihatan begitu cemerlang, tersenyum paling lebar dan tetap menebar pesona yang karismatik kepada setiap awak kapalnya. Itulah yang membuat Delja jatuh hati pertama kali.

Lalu badai datang dan keadaan berbalik 180 derajat. Delja ingat sang pangeran terjatuh ke lautan karena kehilangan keseimbangan dan tersapu ombak yang menghantam geladak. Dengan sigap, dirinya segera berenang untuk menolong pemuda itu dan membawanya ke pesisir Halina yang sepi.

A Heart for A HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang